Merdeka Dalam Tuhan
RENUNGAN KHUSUS
1 Korintus 7:22
“Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya.”
Merdeka Dalam Tuhan
MELAWAN LUPA
Tanggal 17 Agustus 2020, kita sebagai warga negara Indonesia, merayakan kemerdekaan bangsa dan negara kita. Kemerdekaan yang tidak murah. Kemerdekaan yang diraih lewat perjuangan yang panjang oleh pengaruh segelintir manusia yang berkualitas merdeka, bapak ibu bangsa Indonesia.
Tokoh-tokoh muda itu bersinar di tengah kegelapan penjajahan dan memulai sebuah perjuangan ide tentang identitas Indonesia sejak 1908, hingga berbuahkan Sumpah Pemuda, sebuah momen penularan semangat persatuan di seluruh Nusantara di 1928 yang dengan cepat merebak lewat anak-anak muda berkualitas merdeka di masa itu. Bergerak dari ide dan semangat, para tokoh muda bangsa lalu memanfaatkan momentum kekalahan Belanda pada 1942, hingga Jepang masuk Indonesia.
Lagi-lagi segelintir tokoh muda yang berkualitas merdeka melihat peluang untuk membangun militansi dan semangat juang pada masa transisi itu. Di tengah keterbatasan dan resesi, bahasa Indonesia menjadi alat pemersatu bangsa dalam komunikasi, sebuah jalan raya terbuka lebar untuk pulau-pulau yang tersebar oleh alam ini, merapatkan barisan untuk merdeka. Bangsa yang terjajah selama 3,5 abad ini akhirnya menjadi cerdas, kuat, bersatu, dan bergerak bersama, memanfaatkan momen kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Bersatu memproklamasikan kemerdekaan 75 tahun lalu, pada tanggal yang sama, 17 Agustus 1945.
5 tahun berikutnya, visi ‘merdeka’ ini diuji. Belanda dan sekutu tidak rela Nusantara menjadi Republik Indonesia. Seolah belum cukup masalah dari luar, pemberontakan dari dalam pun melubangi tembok rumah Republik ini yang sedang dibangun dengan tersendat sendat. Sekali lagi, sekelompok manusia merdeka, membangun kekuatan untuk berbagi peran di politik luar negeri, dalam negeri, militer dan sipil. Mayoritas mereka berusia dibawah 40 tahun, muda; tetapi berkualitas dan bersinar.
2 November 1949 Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
Seorang anak muda, kurus berkaca mata, berdiri dan berbicara mewakili Indonesia. Dan, mundurlah Belanda dari Indonesia pada tanggal 30 Desember 1949. Visi ‘merdeka’ itu menang dan kemerdekaan terwujud pada tahun1950.
KUALITAS ‘MERDEKA’
17 Agustus 1945, 2 November 1949, 30 Desember 1949 hanyalah tanggal yang menjadi milestone bangsa besar ini. Kemerdekaan itu sebenarnya sudah ada jauh sebelum itu. Sekelompok anak muda yang berkualitas ‘merdeka’ telah memulai semuanya 5 dekade sebelum Belanda angkat kaki dari Nusantara. Betapa besarnya pengaruh sebuah pemikiran yang hanya mampu merasuki jiwa seseorang. Karena saat apa yang ada dalam diri orang-orang ‘merdeka’ itu, menular dan menyebar. Jiwa ‘merdeka’ itu akan menjadi milik bersama, dan meluas dan meluas.
Indonesia saat ini belum merdeka seutuhnya. Masih ada penjajahan kemiskinan, penjajahan korupsi, penjajahan kepentingan dan lain sebagainya. Bila hari ini Indonesia masih berdiri, itu karena ide dan jiwa kemerdekaan sudah atau masih menguasai mayoritas dari bangsa ini bersama-sama. Dalam doa untuk kesejahteraan Indonesia, seharusnya kita juga mendoakan agar semangat ‘merdeka’ ini makin menyebar dan menyala.
When your will is God’s will, you will have your will.
Charles Spurgeon
MERDEKA VERSI PAULUS
Rasul Paulus punya definisi sendiri tentang manusia yang berkualitas merdeka ini.
“Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya.” I Korintus 7: 22
‘Merdeka’ menurut Paulus ternyata dihubungkan dengan penundukan diri dan melayani kehendak Tuhan. Orang bebas milik Tuhan, adalah mereka yang meresponi panggilan Penciptanya dan menjadi hamba yang melayani kehendak Kristus. Kebebasan itu ada, bila orang merdeka itu memilih untuk setuju dengan apapun yang Tuhan inginkan. Orang itu bebas merdeka, kalau menjadi milik Tuhan, milik Kristus.
Paulus melihat dan memahami apa yang diajarkan Kristus kepada gereja-Nya selama masih di dunia ini.
“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Matius 5: 3
Kata “miskin” di sana dipakai kata Yunani: ptōchos πτωχός (STRONG G4434) yang kurang lebih berarti: ‘tidak memiliki apapun di dunia ini’.
Orang “miskin” ini tidak memiliki dunia ini, tetapi memiliki “Sorga”, dalam bahasa Yunani: ouranos οὐρανός (STRONG G3772) yang berarti: ‘kekekalan, dunia di atas langit, tempat di mana Tuhan berada’. Orang ‘merdeka’ dalam Tuhan, adalah orang yang terbebas dari dunia ini. Dan jalan untuk kesana, hanya dengan melayani kehendak Kristus.
BUTUH PENTAKOSTA KETIGA
Firman Tuhan itu bersifat roh. Tubuh manusia tentu saja adalah daging. Keinginan daging tidak akan mampu takluk pada keinginan Allah.
(Roma 8:7)
Jelas tidak mungkin melakukan Firman Tuhan, melayani kehendak Allah dengan mengandalkan kekuatan daging, kekuatan manusiawi itu sendiri. Itulah sebabnya Tuhan mengutus dan mengirim Roh Kudus, dan menyebutnya sebagai Penolong kita, sebab dalam melayani Tuhan dan kehendak-kehendak-Nya, kita memerlukan pertolongan Roh Kudus.
(Yohanes 14: 6)
Bila dalam masa biasa saja, Roh Kudus memampukan manusia Kristen untuk hidup dalam kuasa dan melayani kehendak Allah dengan dahsyat, serta mengubahnya menjadi saksi Kristus yang berkualitas merdeka, apalagi dalam masa Pentakosta Ketiga.
Dalam era Pentakosta Ketiga ini, bobot pencurahan yang dijanjikan akan terjadi dalam eskalasi yang meningkat. Begitu mengagumkan hingga Russel Evans, menubuatkan tentang bangkitnya sebuah generasi yang kebakaran api cinta akan Tuhan dan melayani Tuhan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Orang merdeka milik Tuhan, yang melayani kehendak Tuhan, bukan hanya akan membebaskan dirinya dari dunia, tetapi akan membebaskan banyak orang lainnya pula. Sebuah percepatan sedang terjadi dan sudah pasti akan berujung kepada penuaian jiwa besar-besaran, karena Roh Kudus dicurahkan. Apa yang ada dalam roh, akan mempengaruhi dan menguasai jiwa dan akan mempengaruhi manusia merdeka itu.
Api yang membakar orang orang yang telah merdeka itu, akan menyebar dan meluas dan meluas. Amanat Agung pasti diselesaikan.
Nabi Yesaya pernah memaparkan sebuah nubuatan tentang manusia yang dipenuhi oleh Roh Allah. Ayat yang digenapi Tuhan Yesus sewaktu ada di muka bumi ini, dan terulang berjuta-juta kali dalam diri manusia-manusia merdeka dalam Tuhan.
“Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,
untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung,
untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka “pohon tarbantin kebenaran”, “tanaman TUHAN” untuk memperlihatkan keagungan-Nya.” (Yesaya 61: 1-3)
Semua ini terjadi karena Roh Kudus memimpin hidup orang merdeka yang bebas dalam Tuhan. Bukan hanya ide, tetapi kebenaran yang digenapi Yesus diwariskan kepada semua orang yang mengaku percaya kepada-Nya.
“Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yoh 2: 6)
Indonesia juga bisa merdeka seutuhnya, dan Tuhan juga menginginkannya. Namun, untuk menuju posisi itu, dibutuhkan sekelompok manusia merdeka yang akan menyebarkan api kemerdekaan, api Roh Kudus itu, untuk sepakat dengan kehendak-Nya. Tuhan mau agar orang Kristen Indonesia menjadi orang yang merdeka seutuhnya lebih dahulu. Dan ini pasti terjadi. (JR)
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,
dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Kisah Para Rasul 1:8
————————–
Sumber : Warta Pusat HMMinistry
When Your Will is God’s Will, You Will Have Your Will
Charles Spurgeon