Renungan Khusus

 Minggu Keempat November 2019

 

Doktrin bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (D’muth dan Tselem) adalah doktrin yang menjadi kebanggaan orang Kristen.

Mencipta Bersama Allah

 

“Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”.

1 Korintus 3:9

  

Doktrin bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (D’muth dan Tselem) adalah doktrin yang menjadi kebanggaan orang Kristen. Nilai-nilai umum yang dianut oleh sistem kepercayaan Judeo-Kristen menaruh nilai yang sangat tinggi terhadap keunikan individu setiap manusia yang lahir di bumi ini. Hak asasi manusia diberikan oleh Tuhan, bukan oleh negara. Negara hanya mengakui hak-hak asasi yang diberikan oleh Tuhan. Hak-hak asasi ini lahir karena:

 

  1. Manusia adalah Ciptaan Tuhan Yang Tertinggi Dan Unik

Bukan seperti hewan, ia tidak bisa hanya dinilai dari fungsinya saja, tetapi dari ‘nilai hakikinya.’ Nilai seekor sapi dengan sapi yang lain dapat dibedakan melalui beratnya, trah (silsilah) sapi tersebut, harga pasar dan faktor lainnya. Kita tidak bisa menggunakan penilaian tersebut untuk membandingkan nilai seseorang individu dengan individu lainnya.

Terkandung di dalam keunikan individu tersebut terdapat pengertian yang tersembunyi mengenai kreativitas manusia. Kejadian 1:26-28 menunjukkan bahwa pemberian otoritas atas dunia ini ialah supaya manusia menjadi rekan sekerja Allah di dalam ‘menaklukkan’ dan ‘mengusahakannya’ sehingga kehendak Allah terjadi di atas muka bumi ini dan bumi semakin hari semakin serupa dengan gambaran sorga.

Memang kata ‘menciptakan’ di dalam Alkitab hampir secara eksklusif dikenakan kepada Tuhan. Di dalam bahasa Ibrani kata ‘bara’ berbicara tentang mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Tetapi ketika menciptakan manusia, Tuhan menggunakan ‘asah’ yang berarti membentuk (shape) seperti di dalam kesenian tanah liat. Bagian dari gambar dan rupa Allah di dalam diri manusia ialah sama seperti Allah mengerahkan seluruh daya cipta yang ada di dalam dirinya di dalam ‘membentuk manusia’ yang berasal dari tanah liat, demikian pula manusia bisa mengerahkan seluruh daya ciptanya untuk menguasai bumi (tanah liat) yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya.

Sebagai contoh; manusia adalah satu-satunya makhluk yang perlu memasak makanannya. Di dalam keadaan ekstrim manusia bisa saja bertahan hidup dengan memakan apa-apa yang disediakan oleh alam secara mentah, tetapi hanya manusia yang menggunakan penemuan api untuk memasak makanannya.

 

  1. Hanya Kepada Manusia Allah Menaruh Roh-Nya

Alkitab menyatakan bahwa:

Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.” (Amsal 20:27)

Fungsi roh inilah yang menghubungkan alam kediaman Allah yaitu sorga dengan bumi di mana manusia hidup. Dengan fungsi roh inilah manusia bisa ‘berimajinasi’ melihat hal-hal yang belum ada dan berusaha untuk mewujudkannya. Bagi orang non Kristen, fungsi ini hanya terbatas sebagai kegiatan jiwani saja. Kita bisa melihat benda-benda abstrak dan menggabungkannya menjadi suatu benda yang baru, contoh yang sangat jelas; dari dahulu orang sudah tahu apa itu kata ‘inter’; Internasional, interdenominasi, interlokal dan lain sebagainya. Kata jaring (net) sudah dikenal orang dari dahulu, bola jaring (net ball, network jaringan kerja) , tetapi orang tidak pernah memikirkan kalau dua kata ini dijadikan satu, antara ‘inter’ dan ‘net’ menjadi sesuatu dunia yang baru dengan segala kemungkinan yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Bagi orang Kristen hal ini berfungsi lebih jauh lagi. Tuhan memberikan kita kemampuan untuk melihat hal-hal yang ada di dalam alam sorgawi dan menjadikannya nyata di dalam alam jasmani.

Contohnya:  Abraham dalam Perjanjian Lama. (Ibrani 11:15-16)

Dengan melihat kedua dasar tersebut kita mengerti sekarang bahwa kita disebut rekan sekerja bersama Tuhan karena kita juga bisa menciptakan hal-hal yang Tuhan kehendaki di atas muka bumi ini:

  1. Kita Mencipta Dengan Pilihan-pilihan Kita

Manusia hidup di dalam ‘waktu’. Kita memiliki masa lalu, masa kini dan masa depan. Masa lalu sudah lewat dan tidak bisa diubah, masa depan belum tiba dan masih berupa kemungkinan. Ada banyak ‘kemungkinan-kemungkinan’ yang bisa terjadi sebagai hasil dari suatu peristiwa. Masa kini adalah proses di mana kita bisa menciptakan kemungkinan mana dari sekian banyak kemungkinan yang ada.

Daud berdoa meminta Tuhan untuk menguji hatinya (Mazmur 26:2). Permintaan Daud ini sebenarnya adalah sesuatu yang janggal secara teologis. Jika Tuhan adalah maha tahu dan mengetahui segala kemungkinan di masa depan, buat apa kita meminta Dia untuk menguji hati kita? Di sinilah letak keindahan teologi Kristen. Bahwa kemaha-tahuan Tuhan tidak berarti Ia berkuasa 100% menentukan hasil di masa depan.

  1. Kita Menciptakan Dengan Perkataan Yang Diberdayakan Oleh Iman

Sama seperti Allah menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya, demikian juga kita diberi kehormatan untuk mengucapkan segala sesuatu yang belum kelihatan dan membuatnya menjadi nyata di dalam dunia ini. Di sini bukan berarti kita betul-betul seperti Tuhan yang menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Kita melakukan prinsip yang tertulis dalam Ibrani 11:1.

Pepatah Latin ‘Ora Et Labora’ (Berdoa dan Bekerja) sebenarnya harus diterjemahkan berdoa sebelum bekerja, atau pekerjaan yang pertama adalah berdoa. Di dalam doalah kita sedang mengucapkan dan membentuk hal yang ingin kita lihat menjadi nyata di atas muka bumi ini. Doa adalah blue print dari pekerjaan kita. Ketika roh manusia dipulihkan oleh Yesus di dalam kelahiran baru, kemampuan untuk menerima download dari sorga kembali berfungsi.

  1. Kita Mencipta Dengan Cara Memultiplikasikan Diri Dan Karakter Kita Ke Dalam Diri Orang Lain

Pernahkan kita berpikir tentang apa yang membedakan ‘ciptaan’ manusia dengan ciptaan Tuhan? Manusia menciptakan barang yang memiliki fungsi tetapi tidak memiliki kehidupan. Tuhan menciptakan makhluk-makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) yang tidak hanya memiliki fungsi tetapi memiliki kemampuan untuk berkembang biak, sehingga bisa memenuhi bumi.

Ada satu hal istimewa yang diberikan kepada murid-murid Kristus yaitu mereka dapat mencipta dengan cara memultiplikasikan diri mereka pada kehidupan orang lain. Prinsip inilah yang dipakai oleh Tuhan Yesus di dalam memuridkan murid-murid-Nya. Yesus mengajar, berkhotbah dan mementor murid-murid dengan tujuan menjadikan mereka seperti Yesus. Pola itu juga yang Tuhan inginkan untuk diteruskan oleh murid-murid-Nya lakukan. Ketika seorang murid memuridkan orang lain, artinya murid itu sedang mencipta (murid-murid lain).

 

  1. Hasil Ciptaan Kita Memuliakan Allah

Mandat umum yang diberikan Allah kepada manusia untuk menguasai dan menata bumi serta mengelolanya bagi kemuliaan Tuhan tetap berlaku sesudah kejatuhan manusia dalam dosa. Setelah manusia diusir keluar dari taman Eden, manusia mulai membuat kota-kota.

Kejadian 4:20-22 mencatat profesi-profesi awal yang dikerjakan oleh manusia yaitu mendirikan kemah, memelihara ternak, menciptakan alat-alat musik dan industri logam. Mulai dari saat itu, kota menjadi latar belakang yang sangat signifikan di dalam menceritakan sejarah keselamatan Tuhan. Kita melihat motif perbandingan antara kota Allah (Zion) yang melambangkan persekutuan Allah dan umat ketebusan-Nya; dikontraskan dengan kota buatan manusia (Sodom dan Gomora/Babel) yang melambangkan kesombongan dan kemandirian manusia yang ingin memisahkan diri dari Allah. Jika sejarah keselamatan mencatat asal mula manusia diciptakan di dalam sebuah taman mengapa tidak dikatakan bahwa di ujung proses keselamatan manusia dikembalikan ke dalam taman? 

Alkitab mencatat bahwa sejarah keselamatan akan berujung di sebuah kota yang bernama Yerusalem Baru (Wahyu 21:2, 10, 26). Apakah yang dimaksud dengan “kekayaan dan hormat bangsa-bangsa”? Ini berbicara mengenai hasil-hasil produksi terbaik yang bisa diberikan oleh pembagian bangsa-bangsa yang diciptakan oleh Tuhan sendiri. Karakteristik bangsa-bansga secara tidak langsung menunjukkan sebagian dari daya cipta yang luar biasa dari dalam diri Tuhan.

  • Bangsa Jerman terkenal dengan ketelitian dan sistematisnya
  • Bangsa Anglo-Sakson terkenal dengan kreativitasnya
  • Bangsa-bangsa Latin terkenal dengan romantismenya
  • Bangsa China terkenal dengan komitmennya kepada keluarga
  • Bangsa Jepang terkenal dengan kepatuhan dan kerelaan berkorban

Sifat seperti itu kemudian diterjemahkan menjadi daya cipta yang di dalam masyarakat modern  tercermin di dalam branding-branding dan etos budaya yang melekat kepada hasil produk bangsa tersebut. Karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka seringkali sifat-sifat itu dipakai untuk membangun indetitas nasional yang berdasarkan keangkuhan. Dapatkah dibayangkan jika orang-orang ketebusan dari tiap-tiap bangsa ini mengerahkan daya cipta terbaik mereka menjadi suatu karya yang memuliakan Tuhan dan memberkati umat manusia lainnya? Di dalam Yerusalem Baru semuanya ini akan dibawa masuk untuk memuliakan Tuhan. 

Tuhan menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia sendiri, termasuk dalam kemampuan untuk mencipta. Dengan bimbingan Firman dan Roh Kudus, manusia yang sudah ditebus dari dosa dapat menciptakan segala sesuatu yang pada akhirnya dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan.  Amin. (AL)

Sumber : Warta Pusat HMMinistry

Silakan share :