Renungan Khusus
Minggu Ketiga Agustus 2019
“Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.”
Kisah Para Rasul 26:20
Kelahiran Baru Diresponi Dengan Pertobatan
Saat kita membaca judul artikel di atas mungkin akan timbul pertanyaan dalam benak kita. Apa maksud dari kalimat tersebut di atas? Bukankah untuk mengalami kelahiran baru (dilahirkan kembali) kita harus bertobat lebih dahulu? Mengapa kesannya malah sebaliknya? Lahir baru dulu, baru bertobat?
Dalam kesempatan yang lalu, kita sudah banyak belajar dan merenungkan tentang kelahiran baru. Kelahiran baru adalah sebuah proses dilahirkan kembali yang merupakan anugerah keselamatan yang dikerjakan oleh Roh Kudus bagi mereka yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Umumnya saat orang dibimbing untuk dilahirkan kembali;
Langkah pertama yang dilakukan adalah pengakuan dosa, menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa yang telah hidup dalam dosa, kemudian mengakui dosa-dosanya dengan jujur di hadapan Tuhan serta meminta ampun atas segala dosa yang telah dilakukan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari telah dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah pengakuan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat serta menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Roma 10:9-10
Kalau begitu, apa perbedaan antara pertobatan sebelum kelahiran baru dan pertobatan sebagai respon dari kelahiran baru?
“Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Kisah Para Rasul 26:20
Ayat ini dengan tegas memberikan penjelasan bahwa semua orang, baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa yang lain harus bertobat dan berbalik kepada Allah. Inilah yang dimaksud dengan pertobatan yang menghantarkan kita pada kelahiran baru, di mana kita berbalik 1800 dari cara hidup kita yang lama dan kembali kepada Tuhan. Setelah itu, orang yang telah dilahirkan kembali harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu!
Hal yang senada juga disampaikan oleh Tuhan Yesus;
- “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” Matius 3:8
- “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Matius 5:20
Maksud dari perkataan Tuhan Yesus dalam kedua ayat di atas adalah bahwa kekristenan kita tidak berhenti hanya sampai pada pertobatan kelahiran baru saja. Bukan berarti setelah kita diselamatkan semuanya beres, lanjutkan hidup kita sebagaimana biasa kita jalani, serta berpikir untuk tidak terjebak dalam aktivitas agamawi dan tidak perlu berupaya untuk hidup menyenangkan hati Tuhan dan mendapat perkenanan-Nya, sebab setelah lahir baru Tuhan tidak lagi melihat pribadi kita, melainkan Kristus yang ada di dalam kita.
RESPON KITA SETELAH LAHIR BARU
- Hidup Menghasilkan Buah Yang Sesuai Dengan Pertobatan
Dengan kata lain, kita harus hidup dan mulai melakukan hal-hal yang berpadanan dengan status baru kita itu. Sebelum kita dilahirkan kembali, status kita adalah orang berdosa, calon-calon penghuni neraka. Puji Tuhan, ketika kita dilahirkan kembali, kita dibenarkan (justification) status baru kita adalah orang benar (Roma 5:19; 1 Pet 3:12), orang kudus (Roma 1:7; 1 Kor 1:2).
Renungkanlah beberapa hal ini:
- Pantaskah orang kudus berbohong?
- Pantaskah orang kudus melakukan usaha yang curang?
- Pantaskah orang kudus menyukai narkoba dan minuman keras?
- Pantaskah orang kudus hidup dalam percabulan dan perzinahan?
- Pantaskah orang kudus mencuri atau korupsi?
- Pantaskah orang kudus…..?
Pertanyaan yang kita renungkan di atas bukan hanya sekedar berbicara soal kepantasan saja, melainkan sebuah standart baru bagaimana kita hidup sesuai dengan status baru kita. Jadi, jika kita menghidupi hidup baru dengan standar yang baru, bukan berarti kita menghidupi Hukum Taurat dan roh agamawi seperti yang dituduhkan oleh mereka yang memiliki pemahaman yang memberikan penekanan akan kasih karunia yang tidak sesuai dengan Alkitab.
Menjalani hidup baru kita dengan kewaspadaan penuh sesuai dengan rambu-rambu yang tertulis dalam Alkitab;
“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Filipi 2:12-13
- Hidup Dalam Pertobatan
Mungkin kita pernah mendengar sebuah pemahaman atau pengajaran yang mengatakan bahwa pertobatan itu hanya satu kali saja, yakni pada saat kita mengalami kelahiran yang baru, di mana Tuhan sudah mengampuni dosa kita di masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Apakah itu berarti bahwa orang percaya sudah tidak dapat berbuat dosa lagi? Apakah perbuatan yang melanggar Firman Tuhan setelah seseorang menjadi orang percaya tidak diperhitungkan sebagai dosa?
Simaklah teguran Tuhan Yesus kepada jemaat di Efesus:
“Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu.
Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Wahyu 2:1-5
Ada beberapa hal yang dapat kita garis bawahi sebagai berikut:
- Teguran ini disampaikan kepada jemaat; artinya orang percaya yang sudah bertobat, percaya, menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta mengenal Dia dan sedang melakukan pekerjaan-pekerjaan pelayanan.
- Jemaat di Efesus mendapat teguran yang keras dari Tuhan Yesus karena telah meninggalkan kasih yang semula serta mereka disuruh bertobat!
Bukankah mereka adalah orang percaya yang sudah bertobat? Mengapa disuruh bertobat lagi?
Dalam perjalanan kehidupan kita mengiring Tuhan Yesus, tentu kita pernah mengalami ‘pasang-surut’ kerohanian akibat dari pergumulan, persoalan bahkan rutinitas rohani yang membuat kasih kita kepada Tuhan menjadi dingin. Ada kalanya bahkan membuat kita ingin mundur dan meninggalkan Tuhan. Atau karena emosi, persoalan yang sangat berat, bahkan kenyamanan akibat berkat yang berkelimpahan bisa membuat kita hidup menyimpang dari kehendak dan rencana Tuhan. Pada titik inilah kita harus bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Itu sebabnya sangat penting bagi kita untuk senantiasa hidup dalam pertobatan dan menjaga hidup kita terus ‘on fire’ dengan Tuhan. Amin! (AR)
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Roma 12:11-12
Sumber : Warta Pusat HMMinistry