RENUNGAN KHUSUS

HIDUPLAH DI ZONA IMAN BUKAN ZONA AMAN

Waktu kedatangan Tuhan sudah begitu dekat, Tuhan Yesus akan segera datang kembali. Ia datang untuk menjemput “Umat yang layak bagi-Nya.” Siapakah umat yang layak bagi Tuhan itu? Yaitu mereka yang hidupnya berkenan bagi Tuhan yaitu yang hidup oleh Iman. Alkitab menyatakan: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.”

Musa adalah Hamba Tuhan yang dalam kisah hidupnya mau berpindah dari zona nyaman ke zona iman. Alkitab menyatakan: “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.” (Ibrani 11:24-27)

Setiap kisah hidup manusia ditentukan untuk menerima resiko yang harus diambil atau dihindari. Seperti yang dialami oleh Musa, suatu hari ia diperhadapkan pada suatu situasi di mana ia harus memilih untuk mengambil resiko dengan keluar dari zona nyaman atau menghindari resiko dengan tetap tinggal di dalam zona nyaman. Saat terbesar di dalam perjalanan hidup Musa dengan Tuhan terjadi ketika semak duri menyala di mana Tuhan berbicara; “Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.” Keputusan yang dibuat Musa di sana merupakan keputusan yang membawa pertemuan setiap hari dengan Allah yang hidup. Apa yang Musa lakukan didalam perjalanan hidupnya?

1. Zona Nyaman Pertama Yang Musa Tinggalkan

Musa lahir dalam keadaan yang penuh ketidakpastian, di mana raja Mesir yang memerintahkan agar setiap bayi laki-laki Ibrani dibunuh. Tetapi setelah ibunya menaruhnya ke dalam tangan Tuhan maka Musa diambil oleh putri Firaun dan ia hidup dalam kenyamanan , semua kebutuhan jasmaninya terpenuhi. Ketika Musa berusia 40 tahun ia mengambil resiko, ia meninggalkan zona nyaman dan mencoba melakukan sesuatu yang besar atas kemauannya sendiri demi rakyatnya. Ia membunuh orang Mesir untuk membela orang Ibrani. Apa yang ia peroleh dari tindakan yang berdasarkan kekuatannya sendiri? Firaun ingin membunuhnya, dan Musa harus melarikan diri dari semua yang telah memberinya kenyamanan. Selama 40 tahun berikutnya, ia hidup di padang gurun, Musa tidak pernah melupakan pengalamannya di Mesir. Musa menyadari sepenuhnya bahwa Mesir bukanlah tempat baginya.

Pada zaman Musa, di Mesir tidak ada penyembahan kepada Tuhan yang benar, orang Mesir menyembah dewa-dewa, mereka adalah penyembah berhala. Jadi Mesir di dalam Kekristenan seringkali melambangkan penyembahan berhala, keduniawian atau hidup di dalam kegelapan. Problem di dalam Kekristenan  saat ini adalah, banyak orang yang sudah Kristen tapi Mesirnya masih ada di dalam hatinya. Pergi ke gereja tetapi kehidupan sehari-harinya masih duniawi, bahkan masih menyembah berhala seperti; menomor satukan uang dari pada Tuhan, menomor satukan pekerjaan atau pelayanan dari pada Tuhan, menomor satukan keluarga dari pada Tuhan dan lain sebagainya. Mesir masih membuat mereka nyaman, sehingga tidak sedikit orang Kristen yang setelah lahir baru merasa nyaman atau merasa puas menjadi jemaat saja, mereka menikmati kenyamanannya dengan hanya datang ke gereja seminggu sekali, duduk manis di gereja mendengarkan khotbah, memberi persembahan, mengembalikan persepuluhan lalu pulang dan menjalankan hidup sesuka hatinya saja. Mereka yang tetap ingin tinggal di zona nyaman tidak terlalu perduli dengan pemberitaan Injil, mereka tidak perduli dengan temannya yang belum mengetahui Injil Kerajaan,  mereka tidak tertarik untuk melayani dan tidak berani masuk ke zona iman. Padahal dunia sedang menantikan anak-anak Allah menyatakan Injil Kerajaan sebagai jawaban dari setiap permasalahan hidup ini.

2. Musa Masuk Ke Zona Nyaman Kedua

Setelah Musa meninggalkan Mesir, ia membuang waktu 40 tahun berikutnya di padang gurun Median dengan menggembalakan domba. Awalnya ia  merasa kesepian namun lama kelamaan ia menjadi terbiasa dengan kehidupan di padang gurun dan padang gurun kembali menjadi zona nyaman yang kedua bagi Musa. Musa memperistri anaknya Yitro dan Musa mempunyai tempat nyaman di dalam bisnis keluarga karena Yitro tidak mempunyai anak laki-laki sehingga Musa sendiri yang menjadi ahli warisnya. Meskipun Musa tidak tinggal di istana , kehidupannya di padang gurun telah menjadi tempat yang nyaman baginya.

Banyak orang Kristen yang setelah lahir baru ia rajin beribadah ke gereja, mereka meninggalkan kehidupan lamanya, mereka mulai ikut COOL mereka juga ikut KOM dan akhirnya mereka meninggalkan zona nyamannya sebagai jemaat biasa untuk terjun ke dalam pelayanan. Seperti Musa yang di proses di zona padang gurun, demikian juga mereka yang terjun ke dalam pelayanan mereka juga di proses untuk menjadi pelayan Tuhan. Seperti Musa yang akhirnya merasa nyaman di padang gurun dan tidak lagi terpikir lagi untuk membebaskan bangsanya dari penindasan bangsa Mesir, demikian juga ada orang Kristen yang setelah melayani lalu mereka diberkati oleh Tuhan. Namun setelah sekian lama melayani akhirnya tempat pelayanannya itupun telah menjadi zona nyaman yang kedua, mereka lebih menikmati “menanti” jiwa-jiwa untuk datang ke gereja dari pada harus melangkah masuk ke zona iman untuk “mendatangi, mengobati dan menjemput “ jiwa-jiwa untuk diperkenalkan kepada Juru Selamat dunia.

3. Musa Tinggalkan Zona Nyaman Keduanya Dan Masuk Ke Zona Iman

Ketika Tuhan memanggil Musa melalui semak duri yang menyala dan mengatakan kepadanya untuk meninggalkan zona nyaman dan masuk ke zona iman dengan kembali ke Mesir untuk menuntaskan misi hidupnya yaitu membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Memang Musa tidak segera berangkat, ada banyak pertanyaan yang diajukan oleh Musa kepada Allah:

“Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel

   keluar dari Mesir?” (Keluaran 3:11)

“….. apakah yang harus kujawab kepada mereka?” (Keluaran 3:13)

Melihat keraguan Musa, Tuhan tidak menolaknya melainkan menjawab: “I Am that I Am (Aku adalah Aku)” Dan akhirnya Musa memilih untuk bersandar kepada Tuhan karena Tuhanlah yang tahu masa depan kita secara terperinci. Dengan berbuat demikian, Musa setuju meninggalkan zona nyamannya untuk masuk ke zona iman dengan kembali ke Mesir. Hasilnya, orang Israel dibebaskan dari tangan Firaun. Problem di dalam Kekristenan adalah ada orang Kristen yang sudah melayani, tetapi ketika sudah ada di zona nyaman pelayanannya, tidak mau keluar melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus berkata; “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20). Rasul Paulus katakan, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.” (Roma 1:16)

Memang untuk memberitakan Injil dan memuridkan itu ada resikonya. Resikonya antara lain: ada orang yang menolak pemberitaan Injil, dicemooh, bahkan dianiaya. Demikian juga untuk memuridkan, resikonya adalah berkorban waktu, tenaga, kadang korban perasaan bahkan harus mengeluarkan uang. Namun inilah zona iman! Sekalipun ada resiko ketika kita mengambilnya bisa menyakitkan, tetapi upah dari ketaatan masuk ke zona iman adalah perkenanan Tuhan, pelipatgandaan mujizat terjadi! Jika kita perhatikan keadaan di bangsa kita, Indonesia memang sudah 70 tahun merdeka dari penjajahan bangsa asing, tapi apakah bangsa Indonesia sudah bebas dari penjajahan dosa dan kuasa kegelapan?

– Menurut data dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) tahun 2013 tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati urutan tertinggi se-Asia Pasifik. Ketika diambil sample tahun 2012 dan 2013 saja berarti satu hari rata-rata 959 kasus atau setiap 1 jam terjadi 40 kasus perceraian.

– Komnas Perlindungan Anak pernah melakukan penelitian terhadap pelajar SMP – SMU di beberapa kota di Indonesia dan menemukan 97% pernah nonton film porno, 93,7% pernah berciuman, 62,7 % pelajar SMP sudah tidak perawan, 21,2 % pelajar SMU pernah melakukan aborsi. Bagaimana dengan pelajar Kristen – Katolik? 93% pernah terlibat dalam pornografi. (sumber: buku Sexual Holliness – Dr. Andik Wijaya, MRepMed)

Alkitab menyatakan: 1 Korintus 6:9b,10b, “Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,….. tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Tuhan Yesus berkata; “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Matius 5:28). Jadi mereka yang terlibat dalam pornografi memiliki pikiran yang penuh perzinahan. Itu berarti 97% komunitas pelajar umum atau 93% komunitas pelajar Kristen-Katolik sedang berjalan menuju kematian kekal karena dosa seksual. Lalu apa gereja lakukan terhadap sebagian kecil permasalahan di bangsa yang besar ini? Jika gereja tidak berbicara “Kebenaran Firman Tuhan” maka iblis akan semakin kuat berbicara yang menyesatkan! Tuhan Yesus Kristus berkata: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (Matius 9:37). Sedikit pekerja yang berani berpindah dari zona nyaman ke zona iman! Seperti Musa diperintahkan Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan bangsa Mesir, demikian juga gereja Tuhan di Indonesia mendapat perintah untuk membawa bangsanya bebas dari penindasan dosa dan kuasa iblis.

Saudaraku , memang banyak di antara kita yang tidak biasa meninggalkan zona nyaman. Tetapi jika Musa tidak meninggalkan zona nyaman, maka ia tidak bisa melihat Laut Teberau terbelah dan ia tidak bisa dipakai oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel. Pertumbuhan rohani dan pembentukan karakter hanya akan terjadi ketika kita meninggalkan zona nyaman untuk masuk ke zona iman. Zona nyaman menghalangi pelipatgandaan mujizat yang Tuhan mau berikan kepada kita.

Banyak orang yang takut menanggung resiko, sehingga menghabiskan hidupnya di Mesir. Tanah yang “tidak cukup.” Ada sebagian orang yang bersedia meninggalkan zona nyaman dan memasuki padang gurun, tanah yang “pas cukupnya.”  Namun Tuhan ingin kita lebih yaitu meninggalkan padang gurun dan masuk zona iman dengan memasuki tanah perjanjian yaitu tanah yang “lebih dari cukup.” Umat yang layak bagi Tuhan adalah umat yang hidupnya di zona iman bukan di zona nyaman. Kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua, amin. (FM) Sumber : Warta Pusat HMMinistry

Silakan share :