Figure 1. Gambar Arak Kemenangan Roma Kuno. Diambil dari https://exhibits.library.villanova.edu/ancient-rome/roman-activities/roman-triumph
Jalan Salib
Adalah
Jalan Kemenangan
Memasuki tahun yang baru ini, kita mendapatkan tuntunan dari ayat 2 Korintus 2:14 yang berkata,
“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.”
Mungkin kita dengan cepat mengaminkan ayat ini dengan berkata “Ya! Saya percaya selalu dibawa Tuhan di jalan kemenangan-Nya!”, tetapi apakah jalan kemenangan yang dimaksud oleh ayat ini? Apakah kemenangan di sini diartikan sebagai berkat materi? Mari kita simak penjelasan dari ayat tersebut yang ternyata sarat dengan makna dan perenungan yang dalam tentang tujuan hidup orang Kristen.
Istilah ‘jalan kemenangan’ atau triumphal procession memiliki gambaran tradisi kerajaan Romawi yang selalu melakukan parade militer setelah Pasukan Romawi kembali dengan kemenangan gilang-gemilang dari sebuah pertempuran atau peperangan. Biasanya, setelah mereka menang perang, sang Jenderal akan kembali ke kota Roma dengan gegap gempita dan sorak sorai disertai dengan iringan tahanan perang yang nanti akan dihukum mati di kota Roma atau dijadikan budak. Tentu Paulus sangat familiar dengan parade ini karena ini adalah peristiwa yang meriah yang dirayakan hampir oleh seisi kota Roma.
Ketika kita mengerti latar belakang ini, maka sungguh mencengangkan, Paulus berusaha menjelaskan bahwa dia bukanlah sang Jenderal perang tersebut atau komandan perang yang berjalan bersama dengan bangga; tetapi Paulus adalah tawanan perang itu sendiri! Paulus menggambarkan dirinya sebagai tawanan perang yang diarak menuju kematiannya sebagai martir; demi menyebarkan aroma Injil ke mana pun dia pergi.
- Coba perhatikan beberapa ayat lain yang Paulus tulis mengenai perjalanan dan kehidupan pelayanannya:
“Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia.”
1 Korintus 4:19 - “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.”
2 Korintus 1:9 - “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.”
2 Korintus 4:10
Bagaimana kita bisa memahami ayat-ayat yang keras seperti ini? Sesungguhnya, Paulus sedang mengajarkan bahwa jalan kemenangan di dalam kehidupan orang percaya adalah jalan salib: orang-orang yang mengerti bahwa mengikut Yesus itu ada harga yang harus dibayar, dan Yesus sudah memberikan yang terbaik yaitu nyawa-Nya sendiri; sehingga sudah sepatutnya kita hidup bagi Kristus!
(1 Korintus 6:20; Galatia 2:20)
Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan dan menghidupi penderitaan Kristus ketika Dia memikul Salib menggantikan kita. Memang, kita tidak bisa menggantikan karya Kristus di kayu salib. Tetapi kuasa Salib dan pesan kematian Yesus harus selalu hadir dalam kehidupan dan pelayanan kita! Inilah yang Paulus maksudkan ketika dia berkata:
“…Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.”
Apakah kita dikenal sebagai orang yang menyebarkan Injil dan Kabar Baik itu dimana-mana? Apakah lewat hidup kita, orang bisa melihat Kristus dan Injil itu nyata?
Jika kita tidak memberitakan Injil, entahkah itu melalui perkataan atau kehidupan yang kita jalani, maka karya penebusan Kristus di salib menjadi sia-sia. Paulus sudah berbicara di dalam 1 Korintus 1:17-18,
“Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”
Paulus menekankan bahwa hidupnya — artinya juga hidup semua orang percaya– adalah memberitakan Injil dengan kuasa Roh Kudus, agar lebih banyak jiwa-jiwa yang diselamatkan, sekalipun mungkin ada orang-orang yang menganggap pemberitaan Injil maupun kehidupan kita sebagai pengikut Kristus sebagai suatu kebodohan.
Kita juga bahkan tahu bahwa ada orang-orang yang mungkin bahkan sampai menganiaya orang-orang percaya yang memberitakan Injil dan membuat hidup pengikut Kristus dalam penderitaan, tetapi itu semua tidak boleh menghentikan pemberitaan Injil kita dan tidak boleh menghentikan kehidupan kita sebagai orang percaya yang berdasar pada kebenaran firman-Nya dan tuntunan Roh Kudus.
Sebab akan selalu ada orang yang meresponi pemberitaan Injil dan bagi mereka Injil itu adalah bau yang harum; bau yang membawa kehidupan dan kemenangan.
Dari uraian ini sekarang kita mengerti, bahwa kehidupan yang kita jalani sebagai pengikut Kristus, entahkah itu dalam keadaan suka maupun duka, entahkah itu dalam keadaan diberkati atau sedang mengalami beban dan pergumulan hidup, semuanya dapat digunakan sebagai kesaksian bagaimana Kristus bekerja di dalam dan melalui kita.
Melalui keadaan baik, sukacita dan berkat-berkat yang kita terima dari Tuhan, itu menjadi kesaksian bagaimana Tuhan mengasihi dan memberkati kita. Namun melalui jalan salib yang kita jalani, perjalanan itu pun menjadi kesaksian bagaimana Kristus yang kita sembah dan taati terbukti setia menjaga, merawat, membela dan memberi kekuatan serta kemenangan bagi kita.
Kita mengabarkan Injil bukan saja melalui perkataan kita, melainkan juga melalui seluruh aspek kehidupan kita, termasuk jalan salib yang kita hidupi. Kehidupan kita sebagai pengikut Kristus dalam menempuh jalan salib itu, menjadi bukti akan penyertaan Kristus dan menjadi bukti bahwa mengikut Kristus adalah jalan kemenangan! (DAP)
_________________
1. Scott J. Hafemann, 2 Corinthians, The NIV Application Commentary Series, Grand Rapids: Zondervan, 2000.
Sumber : Warta Pusat HMMinistry