RENUNGAN KHUSUS
MELIHAT ALKITAB SECARA BERIMBANG
Orang percaya memandang Alkitab dari berbagai cara pandang. Ada pengajaran yang mengatakan bahwa Alkitab harus selalu dilihat dengan kacamata Kasih Karunia. Cara pandang ini akan menjadi sangat salah, berbahaya dan menyesatkan. Ajaran itu berpandangan bahwa segala sesuatu dalam Perjanjian Lama, pengajaran Yesus sebelum salib, termasuk Doa Bapa Kami yang di dalamnya menyerukan pertobatan, adalah hukum dan sudah tidak berlaku bagi orang percaya yang hidup pada masa kasih karunia. Padahal Yesus sendiri memerintahkan murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya dan mengajarkan segala perintah-perintah-Nya, dan Amanat Agung itu diberikan setelah Salib dan Kebangkitan-Nya. Itu tertulis di Matius 28:19-20:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Kalau kita berani menamakan diri kita seorang pengikut Kristus, lalu mengapa tidak mau menerima ajaran-ajaran-Nya? |
Tidak menerima pengajaran Yesus bukan hanya masalah sudut pandang atau kesalahan secara teologis saja, tetapi merupakan kesalahan menyeluruh yang amat serius bagi orang percaya. Oleh sebab itu kita harus melihat Alkitab dengan seimbang. Tidak cuma menerima satu sisi (kasih karunia) dan tidak mau menerima hukum-hukumnya. Dalam pelayanan-Nya, Yesus sudah memperingatkan orang Farisi dan ahli Taurat yang ditulis di Matius 23:23:
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.”
Tidak ada yang salah dengan pengajaran kasih karunia yang Alkitabiah, karena itu juga berasal dari Allah. Yang tidak benar adalah pengajaran kasih karunia yang berlebihan atau overdosis, yang tidak memperhatikan aspek-aspek yang lain. Kita meyakini Alkitab mengajarkan dengan seimbang antara Kasih Karunia dan Kebenaran,
“Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa,
tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.”
(Yohanes 1:17)
Kita tidak bisa hanya memilih salah satu! Di sisi lain, penekanan legalistik (keselamatan hanya karena perbuatan baik) juga tidak Alkitabiah.
Cara pandang yang menilai surat-surat Paulus hanya berbicara mengenai kasih karunia dan tidak lagi mengajarkan hukum adalah keliru. Contoh mengenai ‘kasih karunia mengalahkan hukum’, mereka ambil dari Ibrani 8:12, “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”
Padahal dari surat-suratnya terlihat jelas bahwa Paulus berbicara mengenai kasih karunia dan juga hukum dan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan setelah kita menerima kasih karunia Allah. Dalam surat Roma 12:1-2, Paulus menasihatkan jemaat:
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Kita mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup dengan melakukan kehendak Allah, yaitu:
1. Apa yang Baik
“Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?Jawab Yesus: Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah. Kata orang itu kepada-Nya: Perintah yang mana? Kata Yesus: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormati ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
(Matius 19:16-19)
Disini Yesus menjelaskan perbuatan-perbuatan baik yang harus kita lakukan.
1 Korintus 6:20, “kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” Baca juga 1 Tesalonika 5:21-23.
2. Apa yang Berkenan Kepada Allah
“Karena iman Henokh terangkat supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”. (Ibrani 11:5-6)
Orang percaya yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, berkenan kepada-Nya. Baca juga kisah Daud dalam Kisah Para Rasul 13:22.
3. Apa yang Sempurna
Kata orang muda itu kepada-Nya: Semuanya itu telah kuturuti, apalagi yang masih kurang? Kata Yesus kepadanya: Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku. (Matius 19:20-21)
Kata ‘juallah segala milikmu dan berilah kepada orang-orang miskin’ berbicara tentang menyingkirkan semua hal yang menghalangi kita mentaati panggilan dan perintah Tuhan.
Apa yang baik berlaku umum, apa yang berkenan kepada Allah hanya oleh orang Kristen, apa yang sempurna adalah panggilan pribadi Anda dengan Tuhan. |
Jadi jelaslah bahwa melihat Alkitab itu harus dengan seimbang dengan melihat keseluruhannya; tidak hanya menerima yang satu lalu mengabaikan yang lainnya. Melihat Alkitab dengan satu kacamata akan sangat berbahaya. (JM)
Sumber : Warta HMMinistry