KATEKISMUS GBI – EKLESIOLOGI

SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS

Eklesiologi (dari bahasa Yunani ἐκκλησια, ekklesia: gereja; dan λογος, logos: perkataan, firman, atau ilmu; bahasa Inggris: ecclesiology) merupakan salah satu sub-disiplin ilmu teologi yang membahas mengenai hakikat dan fungsi gereja, berkaitan dengan identitas dan misi gereja di dalam dunia. Dalam ranah gerejawi, eklesiologi adalah rumusan teologis-sistematis mengenai pemahaman gereja tentang dirinya.

Dalam Katekismus GBI, Eklesiologi membahas:

A. Natur dan Eksistensi Gereja

B. Tugas Gereja

C. Gambaran Tentang Gereja

D. Sistem Pemerintahan Gereja

E. Sakramen Baptisan Air

F. Sakramen Perjamuan Kudus

 

SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS

 

1. Apakah Perjamuan Kudus itu?

Perjamuan Kudus merupakan Sakramen. Kata Sakramen berasal dari kata Latin sakramentum, dipakai pertama kali oleh Tertulianus untuk memperkenalkan konsep sakramen dalam gereja. Kata sakramentum itu sendiri dipinjam dari kata Yunani mysterion, yang berarti misteri atau rahasia. Dapat juga diartikan sebagai “hal yang tersembunyi atau yang dirahasiakan dan dikuduskan.” Sakramen adalah tanda dan meterai yang kelihatan dan suci yang ditentukan oleh Tuhan untuk menjelaskan segala sesuatu yang dijanjikan-Nya, Sakramen Perjamuan Kudus sangat berkaitan erat dengan peristiwa penderitaan dan kematian Kristus dalam karya penebusan dosa dan penyelamatan seluruh umat manusia.

 

2. Apakah makna Perjamuan Kudus?

Perjamuan Kudus mengandung beberapa makna teologis yaitu:

Sebagai tanda pengucapan syukur. Melalui kematian Kristus di atas kayu salib karya penebusan-Nya sempurna bagi orang percaya. Hal itu dilambangkan dengan roti yang dipecah-pecahkan dan cawan anggur yang diminum dalam perjamuan kudus

1 Korintus 10:16 Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?

Melambangkan persekutuan antara orang percaya dengan Kristus dan orang percaya dengan sesama anggota tubuh Kristus

1 Korintus 10:16-17 Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.

Memperingati penderitaan dan kematian Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa seluruh umat manusia

1 Korintus 11:24-25 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: ”Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ”Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”

 

Menjadi kesaksian melatul pemberitaan mengenai kematian Kristus sampai la datang

1 Korintus 11:26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

 

3. Apakah dasar alkitabiah dan teologis tentang sakramen Perjamuan Kudus?

Secara umum, dasar alkitabiah praktik Perjamuan Kudus didasarkan pada beberapa teks Alkitab yang mengacu pada perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya pada sebelum Ia disalibkan

Matius 26:26-29 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: ”Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ”Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.”
Markus 14:22-25 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ”Ambillah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu.  Dan Ia berkata kepada mereka: ”Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah.”
Lukas 22:19-20 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: ”Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ”Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
1 Korintus 11:23-26 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: ”Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ”Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Kemudian ditambahkan dengan beberapa kata Yunani yang dipakai dalam Perjanjian Baru untuk perjamuan kudus:

Deipnon Kurianon (the Lord’s supper = perjamuan Tuhan)

1 Korintus 11:20 Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan.

Trapeza Kuriou (the table of the Lord = meja perjamuan Tuhan)

1 Korintus 11:21 Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk.

Klasis Tou Artou (memecah-mecahkan roti, Kisah 20:7 menunjuk kepada suatu peristiwa perjamuan kasih, namun peristiwa ini juga mengarah kepada kegiatan memecah-mecahkan roti sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan Yesus).

Kisah 20:7 Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.

Eucharistia (ucapan syukur dan berkat)

Matius 26:26-27 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: ”Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ”Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.
Lukas 22:19-20 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: ”Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ”Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
Kisah 27:35 Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan.
1 Korintus 10:21 Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.

 

4. Apa sajakah konsep terkait Perjamuan Kudus?

Ada empat macam pemahaman terkait dengan Perjamuan Kudus yaitu:

Pertama, konsep Transsubstansiasi yang berpandangan bahwa Roti dan Anggur diubah oleh kata-kata konsekrasi menjadi daging (tubuh) dan darah Kristus (Pandangan tradisional Katolik). Pertama kali diperkenalkan oleh Amrosius, dikembangkan oleh Thomas Aguino (1274).

Kedua konsep Konsubstansiasi yang berpandangan bahwa Kristus sungguh-sungguh hadir di dalam, bersama-sama dan di bawah tanda-tanda roti dan anggur, karena tubuh Kristus yang telah dimuliakan itu sekarang bukan hanya berada di sorga, melainkan juga berada di mana-mana, sehingga tubuh itu juga berada di dalam roti dan anggur dari Perjamuan Kudus (Pandangan Marthin Luther, kelompok Lutheran).

Ketiga, konsep Calvin dan kelompok Reform: Yesus hadir dalam sakramen perjamuan kudus, tetapi tidak secara fisik / daging, namun secara rohani atau dinamis.

Keempat, konsep Ulrich Zwingly dan kelompok Zwinglian, perjamuan kudus mengingatkan kita akan kematian Yesus.

 

5. Bagaimana Sikap GBI terkait konsep Transubstansiasi dan konsep Konsubstansiasi?

GBI menolak konsep Transsubstansiasi karena tidak percaya terjadi perubahan dalam unsur-unsur roti dan anggur dalam perjamuan kudus.

GBI menerima konsep Konsubstansiasi karena tidak ada perubahan molekul menjadi daging dan darah, tetapi tubuh dan darah Yesus “di dalam, bersama-sama dan di bawah tanda” roti dan anggur.

 

6. Apa sajakah syarat-syarat untuk menerima sakramen Perjamuan Kudus?

Perjamuan Kudus hanya bisa diterima oleh orang-orang yang sudah bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Sebab perjamuan Kudus merupakan tanda persekutuan seseorang dengan Kristus dalam kematianNya dan tanda persekutuan semua orang yang telah percaya kepada kematian Kristus. Jadi Perjamuan Kudus tidak diberikan kepada orang-orang yang belum menyatakan diri sebagai orang percaya dan memiliki persekutuan pribadi dengan Kristus dan sesama umat percaya.

 

7. Kapan sajakah sakramen Perjamuan Kudus dilakukan dalam jemaat lokal ?

Gereja-gereja lokal GBI memiliki aturan masing-masing. Namun secara umum, GBI melakukan ibadah Perjamuan Kudus pada setiap sebulan sekali di minggu pertama

Kisah 20:7 Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.

Selain itu, ibadah Perjamuan Kudus juga bisa dilakukan pada hari-hari perayaan khusus seperti hari raya Kematian, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus Kristus.

 

 

Sumber: Katekismus GBI – Eklesioiogi
Silakan share :