SUDUT PANDANG

Kamis, 11 Mei 2023

Oleh: Sdri. Helen Seubelan

(Kabid Digital Ministry)

Setiap orang itu tidak ada yang benar-benar sama persis secara fisik, sifat dan karakter, begitupun dengan cara kita berdoa, cara membangun hubungan kita dengan Tuhan. Seseorang yang menjaga koneksinya dengan Tuhan, yang selalu berhubungan erat dengan Tuhan itu terlihat dari cara mereka berdoa. Perbedaan cara kita berdoa itu biasanya sesuai dengan kepribadian kita, ada yang ekstrovert, ada juga yang introvert, ada yang berdoa dengan lebih mementingkan diri sendiri, tetapi ada juga yang berdoa lebih memperhatikan orang lain. Ada orang yang berdoa secara lebih formal, tetapi ada juga orang yang berdoa seperti dengan cara lebih banyak berbicara atau berbicara layaknya sahabat atau kepada seorang Bapa.

Kita semua tahu bahwa Allah itu maha besar, Dia jauh lebih besar dari semua makhluk yang diciptakanNya. Allah itu tidak terbatas dalam kekudusanNya, dan Dia selalu ada buat kita setiap anak-anakNya. Hal inilah yang membangkitkan rasa kagum, takjub dan rendah hati dalam diri kita sebagai ciptaanNya.

Cara kita memandang Tuhan itu menentukan bagaimana cara kita berhubungan atau terkoneksi dengan Tuhan. Kalau kita hanya berpusat pada kuasaNya, kita mungkin akan memuja Tuhan sama seperti kita memuja tokoh-tokoh super hero yang ada di fim-film. Tetapi jika kita terlalu menekankan kebaikannya Tuhan, itu juga bisa menimbulkan malah kita jadi cenderung meremehkan Tuhan, padahal kita tahu bahwa rancangan Tuhan itu adalah rancangan yang mendatangkan kebaikan. Pandangan kita tentang Tuhan yaitu melalui Yesus Kristus, akan terlihat dari cara kita berhubungan dengan-Nya. Semakin kita intim dengan Tuhan Yesus, maka semakin kita diubahkan cara pandang kita terhadap Tuhan.

Ayat yang menyatakan kebesaran Tuhan: Mazmur 147:5 mengatakan “Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.”

Ayub 11:7-9 juga mengatakan, “Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit – apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati – apa yang dapat kauketahui? Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.”

Mazmur 46:1-4 menggambarkan hubungan ini: “Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian.
Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya.”

Ketika kita menyadari bahwa Tuhan lebih besar dari kita dan dekat dengan kita, maka kehidupan doa kitapun menjadi sederhana. Kita berdoa dengan Tuhan sama seperti kita berbicara dengan sahabat, keluarga atau orang terdekat kita. Seperti dikatakan dalam Yohanes 15:14 “ Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

Maka kita tidak butuh doa-doa dramatis dan mencari kejadian-kejadian yang tidak masuk akal. Dan Tuhan pun tidak menuntut doa-doa yang pamer atau menuntut atau memaksa. Kita hanya perlu mengarahkan doa-doa kita kepada Tuhan untuk membawa setiap kita lebih dekat kepadaNya.

Contoh yaitu kesaksian Paulus dalam penjara (Filipi 1:12-26), “Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita” (Filipi 1:18)

Paulus juga memiliki pandangan yang sama. Dulu ia memiliki sudut pandang yang berbeda dengan Kristus. Apa yang dulu baginya rugi telah berubah menjadi keuntungan, begitu pun sebaliknya. Ia mencoba untuk lebih berhikmat memandang segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan.

Keadaanya dalam penjara mungkin akan terlihat buruk dan penuh penderitaan. Namun dalam Tuhan, Paulus sanggup bersyukur dengan penderitaannya itu, karena nama Kristus semakin dimuliakan (ayat 12-14).

Ayat tersebut mengatakan bahwa bertambahnya jumlah orang percaya dan semakin banyak orang yang berani bersaksi tentang Kristus. Tetapi ada juga sebagian pemberita Injil yang palsu karena mereka punya maksud yang tidak baik. Mereka memberitakan Injil bukan untuk memuliakan Kristus tetapi sangkanya mereka akan memperberat beban Paulus dalam penjara.

Namun, sekali lagi Paulus mencoba untuk melihat dari sudut pandang Tuhan. Hidup dalam penderitaan bukan apa-apa, asalkan Kristus dimuliakan. Bagi Paulus sendiri baik hidup dan mati adalah untuk Kristus. Itu sebabnya ia dapat berkata, “tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita”.

Marilah kita sama-sama harus belajar untuk mengetahui bahwa Tuhan selalu bersama kita, bahkan ketika kita tidak melihat Dia. Kita harus berusaha untuk menyeleraskan diri kita dengan Tuhan, untuk mengembangkan hubungan kita dengan Tuhan, yang bukan berdasarkan hasil saja tetapi pada cinta dan iman kita. Marilah juga belajar seperti Paulus, yang dapat melihat penderitaan dalam sudut pandang Tuhan yang membawa kebaikan hidup.
Amen.

Tuhan Yesus Memberkati Kita

Silakan share :