Bangkitlah Para Penuai

“Itulah sebabnya dikatakan:
“Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati
dan Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Efesus 5:14

Kita patut bersyukur kepada Tuhan bahwa kita sudah memasuki tahun 2023, dimana Tuhan memberikan tema melalui gembala sidang kita bahwa “Tahun 2023 adalah Tahun untuk Bangkit, Jadilah Pemenang!”

Tahun 2023 adalah 10 tahun sebelum tahun 2033 dimana tahun tersebut adalah peringatan 2.000 tahun setelah wafat, kebangkitan, kenaikan Tuhan Yesus ke surga, dan juga kelahiran Gereja yang terjadi pada hari raya Pentakosta.

Kita percaya bahwa dekade ini adalah dekade yang menentukan bahwa kemungkinan setiap orang di dunia ini akan sudah mendengar berita Injil. Empowered21 Global memberikan tema satu dekade (2023-2033) yaitu “A Decade of Evangelism for Everyone” atau “Satu Dekade Penginjilan untuk Semua Orang”. Mari kita lihat bersama-sama di dalam artikel ini, apakah hubungan antara nats di atas dengan penginjilan, dan pada akhirnya dengan kebangkitan rohani terbesar yang akan terjadi sebelum Tuhan Yesus datang kembali untuk kedua kalinya ke bumi ini.

Ada hal yang menarik untuk kita perhatikan bahwa jauh sebelum Empowered21 Global memberikan tema untuk dekade ini, gereja kita sudah mengimani perihal penginjilan yang akan berdampak bagi penuntasan Amanat Agung dan kebangkitan rohani terbesar yang akan terjadi sebelum Tuhan Yesus datang kembali, dimana hal ini dituliskan melalui 5 butir pengertian Pentakosta Ketiga.

  • Butir ke-2 dari pengertian ini berkata “Pentakosta Ketiga akan mengakibatkan penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir sebelum Tuhan Yesus datang kembali”.
  • Butir ke-5 berkata “Pentakosta Ketiga akan memberikan kuasa untuk menyelesaikan Amanat Agung dan setelah itu Tuhan Yesus datang kembali”.

Kalau kita lihat nats Efesus 5:14, bahwa frasa “bangkitlah dari antara orang mati” sebetulnya diambil dari Yesaya 26:19, dimana pengertian bahasa Ibrani nya untuk kata ‘bangkit’ (dari kata Ibrani ‘Qum) adalah ‘berdiri tegak’, sehingga kata ini juga memiliki implikasi, yaitu bangkit dari pola pikir yang salah, bangkit kepada jati diri sebagai murid Kristus, dan bangkit untuk melihat tuaian jiwa-jiwa. (Yohanes 4:35)

1. Bangkit Dari Pola Pikir yang Salah
Gereja zaman modern baru saja melewati 3 tahun masa pandemi. Selama 3 tahun ini, banyak anggota gereja yang ‘tertidur’. Dimulai dari suatu keadaan yang tidak biasa, yaitu dengan ‘musim’ ibadah secara daring, lama kelamaan ada anggota gereja yang malah menjadi terbiasa dengan sistem daring ini, sehingga enggan untuk datang beribadah secara onsite, ketika ibadah gereja mulai kembali diadakan secara on-site. Alasan mereka adalah karena “sudah nyaman” beribadah secara daring.

Pada tanggal 30 Desember 2022 yang lalu, Presiden Joko Widodo secara resmi mencabut PPKM di seluruh wilayah negara Indonesia. Hal ini seakan menjadi kado akhir tahun yang luar biasa bagi masyarakat Indonesia. Di lain pihak, bagi kita orang percaya, hal ini menjadi suatu momentum untuk bangkit dari pola pikir yang salah, yaitu merasa ‘nyaman’ dengan keadaan selama pandemi. Bergereja secara daring sama sekali tidak salah, akan tetapi kalau dibandingkan dengan ibadah secara langsung, banyak hal seperti misalnya persekutuan, akan lebih sulit dirasakan manfaatnya jika dilakukan secara daring. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi sosial secara langsung.

2. Bangkit Kepada Jati Diri sebagai Murid Kristus
Orang percaya tidak boleh lupa pesan terakhir Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke surga, yang lebih dikenal dengan nama Amanat Agung. Yang melihat Tuhan Yesus naik ke surga adalah murid-murid-Nya, jadi jelas pesan tersebut ditujukan langsung kepada murid-murid-Nya. Kita yang mengaku sebagai murid Kristus perlu melihat kembali isi pesan ini, yang terutama untuk menjadikan semua bangsa murid Tuhan. (Matius 28:19-20)

Inilah jati diri seorang murid Tuhan, yaitu orang yang rindu agar orang lain yang belum menjadi murid Tuhan pun dapat menjadi murid Tuhan juga. Dalam hal ini, kita melihat bahwa Pentakosta Ketiga mendorong kita untuk menjadi murid Tuhan, yang beroleh kuasa untuk menyelesaikan Amanat Agung. Kita perlu bangun dan bangkit.

  • Jika selama ini kita masih bermalas-malasan untuk bergerak dan memuridkan orang-orang lain menjadi murid Tuhan.
  • Jika kita masih saja memikirkan hanya diri kita sendiri, dan belum mau memikirkan orang lain yang belum menjadi murid Tuhan, maka jati diri kita sebagai seorang murid patut dipertanyakan.

Murid harus menghasilkan murid. Pemuridan adalah sarana yang efektif dalam rangka penginjilan, yang pada akhirnya akan berdampak pada penuaian jiwa-jiwa bagi Kristus.

3. Bangkit untuk Melihat Tuaian Jiwa-jiwa
Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,

“Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.”
Yohanes 4:35

Seorang yang menyebut dirinya murid Tuhan pasti mencintai jiwa-jiwa, karena kita dipanggil untuk menjadi penjala manusia. (Lukas 5:10)

Kita percaya bahwa Pentakosta Ketiga akan mengakibatkan penuaian jiwa yang terbesar dan terakhir sebelum Tuhan Yesus datang kembali untuk kedua kalinya. Pertanyaannya: Maukah kita bangkit untuk menjadi penuai jiwa-jiwa di akhir zaman? Jika kita berkata ‘Ya’, maka kita adalah sungguh murid Tuhan. Namun, konsekuensi dari jawaban ‘Ya’ ini adalah kita harus membayar harga lebih lagi dari sebelumnya, mengingat penuaian membutuhkan banyak waktu, tenaga, bahkan materi. Itu adalah harga yang harus dibayar demi melihat tuaian jiwa-jiwa ini. Salah satu cara terbaik untuk memelihara tuaian ini adalah dengan mengajak jiwa-jiwa baru ini tergabung di dalam COOL, karena di sinilah tempat jiwa-jiwa ini bisa dimuridkan dan belajar menjadi murid. Mari kita berketetapan hati untuk membawa lebih banyak jiwa-jiwa ke dalam COOL, agar mereka dapat dimuridkan dan dapat menjadi pasukan penuai di kebangkitan rohani terbesar sepanjang sejarah dunia ini.

Dari ketiga hal di atas, yaitu area dimana kita harus ‘bangkit’, sangatlah jelas bahwa itu berhubungan dengan kebangkitan rohani terbesar di akhir zaman, karena tanpa:

  • bangkit dari pola pikir yang salah (dalam konteks ini, terlalu lama berdiam di zona nyaman),
  • lalu bangkit kepada jati diri sebagai murid Kristus,
  • dan bangkit untuk melihat tuaian jiwa-jiwa, maka jiwa-jiwa tinggalah jiwa-jiwa.

Tanpa dituai dan dimuridkan, jiwa-jiwa tersebut malahan bisa terhilang. Kita ingat nats di Yehezkiel 37 tentang tulang-tulang kering yang dibangkitkan menjadi sebuah pasukan yang besar. Kitalah pasukan itu;

  • Pasukan yang siap untuk menuai jiwa-jiwa untuk Kerajaan Allah di akhir zaman ini.
  • Pasukan yang rela membayar harga dalam segala bentuk , agar semakin banyak orang mengalami kasih dan kebaikan Tuhan di dalam hidup mereka.

Biarlah kerinduan Tuhan akan jiwa-jiwa juga menjadi kerinduan kita semua. Mari kita bangkit dan jadi pemenang! (WP)

_________________

Sumber : Warta Pusat HMMinistry

Silakan share :