Person and Purpose

“Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”
Matius 7:20

Melayani Tuhan dan umat-Nya adalah sebuah kehormatan yang Tuhan berikan kepada kita. Pelayanan adalah bentuk kasih kepada Tuhan dan ucapan syukur akan apa yang Tuhan telah kerjakan, yaitu anugerah keselamatan yang kekal. Pelayanan adalah memberikan hidup bagi Tuhan dan sesama. Pelayanan yang benar akan mengubah banyak orang untuk percaya dan menerima Kristus dalam hidup mereka. Kehidupan umat Tuhan akan dibangun melalui pelayanan hamba-hamba Tuhan yang hidupnya benar di hadapan Tuhan.

Pelayanan membutuhkan pemimpin dan hamba-hamba Tuhan yang hidup dalam integritas dan berusaha sungguh-sungguh dalam memimpin jemaat menuju penggenapan panggilan hidup mereka sesuai dengan kehendak Allah. Pelayanan dan kehidupan para pemimpin gereja dan hamba-hamba Tuhan yang benar dan kudus diharapkan memberikan dampak positif terhadap spiritualitas dan kedewasaan rohani umat Tuhan.

Tuhan Yesus berkata, kita dapat mengenal apakah seseorang itu adalah hamba Tuhan atau pelayan sejati dari buah kehidupan yang dihasilkannya. Seorang hamba Tuhan yang sejati harus menghasilkan buah pertobatan, buah Roh dan buah jiwa-jiwa dalam kehidupannya. Kualitas dan kuantitas pelayanan harus ditopang oleh kualitas kehidupan.

Sayangnya, ada beberapa hamba Tuhan yang hidupnya tidak berpadanan dengan panggilannya. Websitebbc.com mencatat beberapa fakta yang ada dalam “dunia pelayanan”.

– Seorang pengkhotbah meminta jemaat untuk membelikan pesawat pribadi keempat untuk dirinya (31 Mei 2018).
– Seorang pendeta menggugat gerejanya karena menolak dirinya; dikarenakan pendeta tersebut gay dan telah menikah dengan pasangan sejenis (23 Maret 2018).
– Sseorang pendeta yang mengaku nabi Tuhan, tetapi menghalalkan alkohol dan seks bebas, ditangkap oleh kepolisian setempat (25 Jan 2018). [1]

Dan banyak lagi kisah serupa dimana ada yang mengaku Hamba Tuhan tetapi tidak menunjukkan jati dirinya seperti Tuannya, yaitu Kristus. Hal ini tidak saja terjadi di negara-negara lain tetapi juga terjadi di Indonesia.[1]

 

MENJADI HAMBA YANG SETIA DAN BIJAKSANA
Dalam Matius 24, Tuhan Yesus menjawab pertanyaan murid-murid-Nya tentang tanda kedatangan-Nya dan tanda kesudahan dunia. Menariknya, Tuhan Yesus mengakhiri pengajaran-Nya tentang akhir zaman ini (ayat 45-47) dengan mengajarkan kriteria seorang hamba yang setia dan bijaksana. Yesus mengajar bahwa hamba yang setia dan bijaksana adalah mereka yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya datang. Mereka yang setia sampai akhir hidup dalam kebenaran dan bertanggung jawab dalam memenuhi panggilan dan rencana Tuhan dalam hidupnya.

Paulus dalam Galatia 3:3 juga mengingatkan jemaat untuk tetap setia kepada kebenaran Injil sampai akhir hidup mereka. Orang percaya yang sudah memulai dengan Roh, harus juga mengakhirinya dalam Roh.

Sebuah peringatan yang keras untuk hamba Tuhan palsu ada dalam Matius 7:22-23 dimana dengan tegas Yesus berkata,

“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Adalah sebuah kesia-siaan ketika kita sebagai hamba Tuhan, sibuk ‘melayani’ dan mengandalkan pelayanan itu sebagai sebuah ‘jaminan’ untuk hidup kekal. Melakukan banyak ‘pekerjaan Tuhan’ seperti bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat tidaklah lebih penting daripada membangun hubungan dan pengenalan yang benar akan Kristus.

Menjadi seperti Yesus jauh lebih penting daripada sibuk melakukan ‘pelayanan’, apalagi ditambah dengan motivasi yang salah, yang hanya mencari keuntungan pribadi.

 

MENGAPA YESUS TIDAK MENGENAL ORANG-ORANG YANG MENGAKU SUDAH MELAKUKAN BANYAK HAL YANG KELIHATANNYA ROHANI?

1. Pekerjaan yang berhubungan dengan karunia rohani semata-mata adalah pemberian (anugerah) Tuhan bukan karena kemampuan manusia. Tidak selayaknya seorang yang mengaku hamba Tuhan menyandarkan hidupnya dengan apa yang dia lakukan. Dasar hidup dan pelayanan yang benar adalah kita mengenal dan dikenal oleh Tuhan. (2 Timotius 2:19)

2. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26) barulah difirmankan “supaya mereka berkuasa …” Artinya dengan menjadi segambar dan serupa dengan Tuhan maka manusia beroleh kuasa untuk menjalankan tugasnya. Bukan sebaliknya, dengan kesanggupan untuk menjalankan tugasnya maka manusia menjadi serupa dengan Allah.

Dalam bahasa Inggris, manusia disebut “HUMAN BEING” bukan “HUMAN DOING”. Yesus sudah diakui oleh Bapa sebagai Anak yang dikasihi dan Bapa berkenan kepada-Nya ketika Yesus selesai dibaptis (Matius 3:17), padahal Yesus belum melakukan pelayanan apapun.

3. Karunia-karunia Roh Kudus (charisma) adalah pemberian dari Roh Kudus berdasarkan anugerah untuk digunakan dalam pelayanan atas anggota tubuh Kristus; hal itu bukan perkembangan kemampuan secara alamiah, melainkan suatu pemberian yang dilimpahkan kepada orang percaya. (1 Korintus 12:4)

Karunia-karunia Roh berasal “dari atas”.[2]
Karunia-Karunia Roh adalah tindakan Roh Kudus melalui pribadi-pribadi orang Kristen, bukan talenta atau kemampuan manusia.[3] Sedangkan buah Roh adalah perwujudan normal bagi pertumbuhan kekristenan, kematangan rohani serta pemenuhan Roh. Buah Roh terlihat dalam gaya hidup orang percaya yang menjadi tempat kediaman Roh Kudus.[4] Buah Roh adalah hasil ketaatan atas pimpinan Roh Kudus ketika orang tersebut berjalan dalam Roh.[5] Orang percaya diperintahkan untuk “terus-menerus dipenuhi oleh Roh Kudus” untuk kedewasaan dan pelayanan. Dipenuhi Roh Kudus akan menghasilkan buah Roh[6]

Dari sini kita bisa melihat bahwa kedewasaan rohani seseorang tidak dapat diukur melalui karunia Roh yang muncul dalam pelayanannya melainkan diukur melalui seberapa nyata buah Roh yang dihasilkan dalam hidupnya yang memberkati banyak orang, seperti yang Yesus katakan, “Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”.

 

APA YANG HARUS DILAKUKAN JIKA ADA HAMBA-HAMBA TUHAN YANG JATUH DALAM DOSA?

Jika ada seorang hamba Tuhan yang terbongkar dosanya, maka hamba Tuhan tersebut akan mengalami penghakiman atau pengampunan dan bimbingan. Gereja memang harus mendidik dan mendisiplinkan hamba-hamba Tuhan yang bernaung didalamnya, tetapi juga harus siap mendampingi dalam proses pertobatan dan pemulihan.

Jemaat bisa bereaksi dengan berbagai cara, bisa dengan menyatakan kekecewaannya dan mengundurkan diri dari gerejanya. Bisa juga bereaksi dalam kedewasaaan melalui pengampunan dan dukungan untuk pemulihan hamba-hamba Tuhan yang jatuh dalam dosa.
Seharusnya, Gereja dan Jemaat menyadari kemungkinan kejatuhan hamba-hamba Tuhan ini bisa terjadi dalam proses kehidupan dan pelayanan mereka. Penghakiman yang dilakukan dalam Gereja dianggap menjadi hal yang menakutkan dan akibatnya membuat mereka hidup dalam kemunafikan dan terus menutupi kesalahannya. Alkitab menyatakan tidak ada seorangpun yang tidak pernah jatuh dalam dosa, kecuali Kristus tentunya. Alkitab mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan mengasihi hamba-hamba Tuhan (1 Tesalonika 5:12-13, I Timotius 5:17) dalam kaitannya dengan pembangunan Tubuh Kristus.

Kegagalan hamba Tuhan untuk menjadi garam dan terang dunia bisa berdampak bagi jemaat, yaitu menimbulkan ketidakpercayaan dan kekecewaaan dalam jemaat. Diperlukan sebuah kebangunan rohani dalam hal “gaya hidup seorang hamba Tuhan” agar hamba Tuhan tersebut tetap hidup dalam rencana dan panggilan Allah bagi dirinya. Kebangunan rohani ini terjadi ketika seorang hamba Tuhan hidup dalam pertobatan yang akan membawa perubahan dalam hidupnya dan juga atas gereja, kota dan bangsa.

“dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.”
2 Tawarikh 7:14

Alkitab menyatakan bahwa kita hanyalah alat di tangan Tuhan, kita adalah hamba yang tidak berguna, kita hanya melakukan apa yang harus dilakukan. (Lukas 17:7-10)

Tidak ada seorangpun yang boleh memegahkan dirinya dan mengambil keuntungan pribadi dalam pelayanannya. Sebagai hamba Tuhan, seharusnya kita hidup berpadanan dengan panggilan dan rencana Tuhan dalam hidup kita. (Efesus 4:1) (BM)

 

  1. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-42814353
  2. Paul Enns, The Moody handbook of Theology, Malang: Literatur SAAT, 2016, hal. 303-304, 445
  3. French L. Arrington, Doktrin Kristen: Perspektif Pentakosta, Yogyakarta, Penerbit ANDI, 2015, hal.446
  4. Arrington, Doktrin Kristen, hal. 430
  5. Arrington, Doktrin Kristen, hal. 432
  6. Enns, The Moody handbook, hal. 314-315

Sumber : Warta Pusat HMMinistry

 

Silakan share :