Godly Desires vs Wordly Desires Keinginan Tuhan vs Keinginan Dunia

Pernahkah kita mengalami dimana saat sedang sendirian, tiba-tiba muncul rasa ingin berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan? Padahal kita sudah lahir baru bahkan telah menerima Baptisan Roh Kudus, tetapi kadang-kadang keinginan jahat itu muncul dalam hati kita. Mungkin bukan keinginan yang langsung jelas bertentangan dengan hukum Tuhan seperti mencuri dan membunuh.

Tetapi ada keinginan misalnya untuk bergosip dan memikirkan hal yang jahat tentang seseorang. Mungkin keinginan berbelanja yang tidak bisa diatur, bahkan sampai harus meminjam uang melebihi batas. Atau bisa jadi keinginan itu berbentuk orientasi seksual yang tidak alkitabiah (menyukai sesama jenis misalnya). Mengapa keinginan itu muncul?

Apa sih sebetulnya keinginan? Menurut Baker’s Evangelical Dictionary of Biblical Theology, kata ‘keinginan’ (desires) di dalam Alkitab mencakup kehendak manusia, emosinya, dan keinginan 1).

Keinginan ini bisa bertujuan baik seperti perkataan Yesus mengutip nabi Hosea, “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Ku-kehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan…”  Matius 9:13

Keinginan atau kehendak juga bisa memiliki konotasi buruk seperti Yakobus 4:2 berkata, “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh, kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi…

Dari sini kita bisa memahami bahwa keinginan itu bisa menjadi salah atau benar tergantung dari tujuan dan isi dari keinginan itu.

Memang kita sudah diselamatkan Tuhan, dan darah Yesus sudah menguduskan kita sekali untuk selama-lamanya (Ibrani 10:10), tetapi di dalam menjalani pengudusan di dunia ini, kita sedang menantikan penebusan tubuh kita saat Dia datang kali yang kedua nanti.

Sambil menantikan penebusan tubuh kita, hari-hari ini kita berjuang di dalam tubuh ini untuk mematikan segala keinginan duniawi yang lahir dari tubuh dosa itu. Hal ini tercatat di dalam Roma 8:13, “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Kata Yunani untuk ‘mematikan’ di ayat tersebut adalah ‘thanatoute’ dalam bentuk present tense yang artinya “terus menerus mematikan” manusia lama. Manusia lama itu terkadang masih memunculkan taringnya dalam bentuk keinginan atau hawa nafsu.

Yakobus 4:1 berkata,  “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?”

Hawa nafsu inilah yang kita perangi, sebagai keinginan duniawi yang seringkali muncul!

Hati-hati dengan jebakan Iblis! Dia akan membuat kita sibuk memerangi segala hawa nafsu yang salah sampai kita lupa bahwa ada aspek lain di dalam mematikan keinginan itu: hidup bagi Kristus. Prinsip sederhananya adalah kita harus memilih; mau berjalan mengikuti keinginan Roh Kudus atau keinginan daging kita. Semakin kita berfokus untuk mengikuti keinginan Roh Kudus, maka pelan-pelan keinginan daging itu akan meredup dan mati dengan sendirinya!

Keinginan Roh Kudus pasti sama dengan keinginan Yesus, karena Roh Kudus selalu mengingatkan kita akan pengajaran dan perkataan Yesus. Dalam 1 Tesalonika 4:7-8 dikatakan,  “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.”

Dari kedua ayat ini sudah jelas bahwa keinginan Bapa adalah untuk setiap anak-anak-Nya memilih apa yang kudus dan bukan yang cemar. Dan Roh Kudus diberikan dalam hati setiap kita agar kita memiliki kepekaan untuk tahu apa yang kudus dan berkenan kepada Tuhan.

Pilihan ada di tangan kita; Apakah kita hari ini mau menyenangkan hati Tuhan atau mau menyenangkan kedagingan kita sendiri? Kalau kita berkata: “Wah, susah sekali untuk bisa berbuat yang kudus karena di sekitar saya semua menikmati keinginan duniawi tuh”, atau “sesekali memuaskan keinginan duniawi kan tidak apa-apa”,  maka kita sedang tidak mengikuti hikmat dari Allah tetapi sedang mengikuti hikmat dunia.

Yakobus kembali mencerahkan kita dengan berkata,  “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!”  Yakobus 4:7-8

Di sini, setidaknya Yakobus memberikan solusi untuk bagaimana kita bisa mengalahkan hawa nafsu yang berjuang di dalam tubuh kita dan tetap memilih apa yang kudus.

 

REAKSI KITA TERHADAP KEINGINAN DAGING

 

  1. Tunduk Kepada Allah dan Mendekat Kepada Allah

Sadarkah kita, sebagaimana dosa itu menarik untuk kedagingan kita, demikian juga kemuliaan dan keindahan hadirat Tuhan itu juga memikat roh kita yang telah dibaharui oleh Roh Kudus. (Titus 3:5-6; Mazmur 27:4,8)

Seringkali kita begitu berfokus melawan Iblis, sampai lupa untuk mendekat kepada Allah. Kata ‘tunduk’ di sini mengandung arti bertobat dan dengan penuh kerendahan hati datang kepada-Nya. Kalau kita menyadari betapa Indah dan nikmat-Nya hadirat Tuhan maka tidak ada respon lain selain kita mau mengejar hadirat-Nya.

Mari kita kembali masuk ke dalam hadirat-Nya, kembali ke kasih yang mula-mula, dan menyembah Dia. Di dalam hadirat-Nya Dia menjanjikan kemenangan atas dosa. Yesus menang melawan pencobaan Iblis, dan kitapun bisa. Posisi dimana kita merendahkan hati dan bertobat adalah posisi kemenangan atas Iblis.

 

  1. Mentahirkan Tangan dan Menyucikan Hati

Maksudnya di sini adalah kita tidak boleh mendua hati; di satu sisi ingin hidup secara duniawi, dan di sisi lain ingin hidup kudus. Kalau kita tidak bisa menentukan pilihan kita, maka kita disebut mendua hati dan ini tidak benar di hadapan Tuhan! Dalam pasal pertama, Yakobus berkata bahwa orang yang mendua hati “tidak akan tenang hidupnya” (Yakobus 1:8).

Kalau kita meremehkan kekudusan Tuhan dan bermain-main dengan dosa maka hati dan pikiran kita tidak bisa merasakan damai yang sesungguhnya. Tentu kita tidak mau hidup kita penuh dengan kekhawatiran dan kehilangan damai sejahtera.

 

Kesimpulan dari renungan ini adalah: hidup itu penuh dengan pilihan. Kembali kepada pertanyaan di awal, “Mengapa keinginan itu muncul?” Keinginan yang duniawi bisa saja sekali-kali muncul dalam hati kita, tetapi kita memilih untuk tidak membuahi keinginan itu menjadi dosa. Sebaliknya, kita bisa berserah kepada kuasa Roh Kudus untuk menolong kita dan memampukan untuk memilih hal yang berkenan di hadapan Tuhan. Semakin kita mengikuti Tuhan, maka semakin Tuhan mengubah keinginan hati kita menyerupai keinginan hati-Nya. Amin. (DAP)

 

Sumber: Warta Pusat HMMinistry

1) Elwell, Walter A. “Entry for Desire”, “Evangelical Dictionary of Theology” Grand Rapids: Baker Publishing. 1997.

Silakan share :