Renungan Khusus

 Minggu Pertama Oktober 2021

 

Sesuai dengan pemahaman Pentakosta Ketiga, bangkitnya generasi Yeremia dikarenakan oleh pencurahan Roh Kudus yang terbesar itu. Roh Kudus yang dicurahkan dalam kapasitas besar ini, membangkitkan secara langsung generasi Yeremia yang dimaksud

Pembentukan Seorang Yeremia

Gereja GBI Jl. Jend. Gatot Subroto menerima pewahyuan tentang Pentakosta Ketiga, dan mendoakannya. Salah satu pemahaman Pentakosta Ketiga adalah “Pentakosta Ketiga akan membangkitkan generasi Yeremia, yaitu anak-anak muda yang dipenuhi Roh Kudus, cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus, tidak kompromi terhadap dosa, dan bergerak untuk memenangkan jiwa.

 

Nubuatan Russel Evans ini diadopsi dalam pemahaman Pentakosta Ketiga dan diterima sebagai pesan Tuhan untuk Gereja yang percaya tentang pencurahan Roh Kudus besar-besaran di akhir zaman, seperti yang dinubuatkan oleh Yoel 2:28-31, dan nubuatan ini menekankan pesan tentang bangkitnya sebuah generasi anak muda yang mewarisi mantel rohani Yeremia. 

 

Sesuai dengan pemahaman Pentakosta Ketiga, bangkitnya generasi Yeremia dikarenakan oleh pencurahan Roh Kudus yang terbesar itu. Roh Kudus yang dicurahkan dalam kapasitas besar ini, membangkitkan secara langsung generasi Yeremia yang dimaksud. Bila itu kejadiannya, maka bagian kita hanyalah percaya dan mendoakan untuk hal itu terjadi. Namun bagaimana bila Roh Kudus juga bekerja dengan cara yang lain? Roh Kudus sebagai inisiator bangkitnya generasi Yeremia, memakai dan menggerakkan semua potensi yang ada di sekitar anak-anak muda untuk mendorong kebangkitan generasi Yeremia terjadi?

 

“Inilah perkataan-perkataan Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di Anatot di tanah Benyamin.” Yeremia 1:1

 

KELUARGA YEREMIA

Yang perlu diketahui, Yeremia bukanlah nabi dari kalangan orang biasa. Ia adalah keturunan imam, yang artinya ia adalah keturunan Harun.  Ada dua bukti yang cukup yang diungkapkan Alkitab. 

Bukti pertama adalah pernyataan di Yeremia 1:1, “… Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam…”

 

Dan keturunan imam adalah juga keturunan Harun. (Keluaran 30:30; Bilangan 3:10; 2 Tawarikh 13:10; 2 Tawarikh 26:18)

Bukti kedua adalah alamat rumah Yeremia di Anatot di tanah Benyamin. Menurut Yosua 21:17-19, berdasarkan pembagian, menjadi salah satu milik anak-anak Harun. 

Sebagai keturunan Harun, Yeremia tumbuh sebagai calon imam, bahkan bila ada tambahan bukti sebagai keturunan Eleazar bin Harun, ia punya peluang untuk menjadi Imam Besar.  Semua keturunan imam akan mengalami dan melalui pendidikan seorang imam supaya siap bertugas. Bila memenuhi syarat, maka mereka akan dilantik dan akan masuk dalam jadwal tugas yang akan ditetapkan.

Pendidikan dan pelatihan ini yang akan membentuk dan mempersiapkan seorang imam, dalam hal ini, seorang Yeremia. Pembentukan yang pastinya dapat terjadi di dalam rumah orangtuanya dan dapat terjadi juga di lingkungan luar rumahnya. Sebagai keturunan imam, Yeremia pasti mengalaminya.

 

PEMBENTUKAN SEORANG IMAM

        1. Menjadi Paga

Seorang imam pada dasarnya menjadi jembatan yang membantu membangun hubungan antara umat dan Tuhan. Seperti Yesus, sang Imam Agung, membawa semua orang percaya kepada Bapa, seorang imam berdiri di antara Tuhan dan umat. Apapun yang dilakukannya dalam tugas, akan berhubungan dengan ini. Kesadaran ini perlu diajarkan berulang-ulang, dicontohkan oleh orangtuanya dan dilatih. Orangtua dan lingkungan berperan untuk membangkitkan prinsip Paga (Yun. Berdiri di antara).

2. Pentahiran untuk Bertugas

Setiap kali akan bertugas di Bait Allah yang kudus, seorang imam diperintahkan Tuhan untuk menguduskan dirinya lebih dahulu. Kesadaran untuk mentahirkan diri dan menjaga kekudusan diri, demi melakukan tugas; dijalani oleh seorang imam.

Seorang imam sadar bahwa kesulitan dan harga yang ia bayar dalam menjaga kekudusan, bukanlah hal utama, imam harus kudus demi panggilannya. Para orangtua, yang juga adalah imam, menanamkan hal ini pada anak-anaknya.

3. Mempersembahkan Korban di Mezbah

Tugas imam di pelataran Bait Allah adalah mempersembahkan korban di mezbah bakaran. Korban yang dibakar ada bagian Tuhan dan ada bagian imam. Selain kerelaan untuk melayani Tuhan dan umat, integritas dan kejujuran imam diperlukan di sini.  Para orangtua mengajar dan mendidik para calon imam untuk melakukan hal ini.

 

4. Roti Tiap Pagi

Walaupun digilir dan terpilih, semua orangtua ingin agar anak mereka kelak akan mendapat tugas tidak hanya di pelataran, tapi juga masuk ke Ruang Kudus. Di dalam Ruang Kudus ada Meja Roti persembahan yang rotinya harus diganti setiap pagi.

Selain ini berhubungan dengan disiplin bertugas di pagi hari, dalam pengajaran tentang Tabernakel di buku KOM, mengganti roti tiap pagi memiliki arti rohani disiplin rohani terima firman setiap pagi. Disiplin rohani ini menjadi tanggung jawab orangtua untuk mengajarkan dan memberikan teladan dengan konsisten.

5. Merawat Api di Kaki Dian

Dalam ruang kudus, Kaki Dian perlu dijaga minyaknya, agar apinya tetap menyala.

Arti rohani untuk kita di Perjanjian Baru yang diajarkan di KOM, Kaki Dian bicara tentang kepenuhan dan karunia Roh Kudus. Menjaga kepenuhan Roh Kudus dan mengalir dalam karunia Roh Kudus adalah disiplin rohani yang perlu dibangun sejak awal oleh para imam, juga untuk para calon imam.

6. Menyalakan Mezbah Dupa

Aktivitas terakhir yang imam perlu kita ketahui di dalam Ruang Kudus adalah membakar dupa di Mezbah Dupa. Dalam pelajaran KOM, aktivitas ini bicara tentang doa, pujian dan penyembahan bagi Tuhan. Yang lebih penting dari semuanya, bahan-bahan yang akan dibakar di mezbah dupa, adalah bahan-bahan olahan yang harus dipersiapkan lebih dahulu sebelum bertugas, dan hanya imam yang boleh membuatnya.

Para imam dan calon imam yang membakar Mezbah Dupa mengerti bahwa dalam tugas ini waktu persiapannya lebih panjang dari pada pelaksanaannya. Doa, pujian dan penyembahan yang menjadi gaya hidup adalah bagian dari pendidikan keluarga imam yang utama.

 

7. Bertemu Tabut dan Menerima Pesan

Tugas terakhir yang menjadi puncak tugas seorang imam, dan amat terseleksi untuk melakukannya adalah mendapat giliran untuk masuk ke dalam Ruang Maha Kudus, di mana ada Tabut Allah, dan dimaknai sebagai lambang hadirat Tuhan.

Seorang imam dalam kekudusan menghampiri takhta kasih karunia dan bertemu Tuhan, untuk mendapatkan pesan Tuhan yang akan disampaikan pada umat, seperti yang dialami oleh imam Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis.

Arti rohani bagi kita di Perjanjian Baru bicara tentang kesiapan kita untuk bertemu hadirat Tuhan dan menerima amanat-Nya. Imam perlu paham bobot sesungguhnya dari sebuah firman atau sabda Allah. Dan pemahaman ini diajarkan secara tradisi turun temurun di seluruh keluarga imam.

 

PERAN ORANG TUA YEREMIA

Pada waktu Roh Kudus dicurahkan dalam Pentakosta Pertama, semua murid Kristus menerima kuasa, namun manifestasi kuasa mereka untuk menjadi kesaksian tidak terjadi besamaan. Salah satunya adalah Paulus sendiri. Paulus butuh waktu dibentuk sebelum kemudian benar-benar menempati panggilannya.

Dalam era Pentakosta Ketiga ini, Roh Kudus juga sanggup memenuhi semua generasi Yeremia dengan kuasa yang dahsyat. Ada yang langsung akan beroperasi memenangkan jiwa dan jadi saksi, namun akan ada juga yang butuh waktu pembentukan sedikit waktu lagi.

Masa Pandemi COVID-19, bukanlah tidak mungkin diijinkan Tuhan untuk ‘memaksa’ semua orang tinggal di rumah dan menjadi lebih dekat dengan keluarga mereka. Tantangan ini adalah kesempatan untuk para imam-imam Kristus mendidik, mengajar dan melatih semua anak-anak mereka. Ijinkan mereka terpapar pembentukan ke-imam-an yang akan mempersiapkan Yeremia-Yeremia dibangkitkan.

Tuhan yang nanti akan menentukan waktu panggilan bagi Yeremia-Yeremia itu menempati posisinya dalam gerakan Pentakosta Ketiga. Gereja dan bahkan dunia akan terkejut saat mereka, generasi Yeremia bangkit, karena mereka benar-benar akan melayani Tuhan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak kompromi terhadap dosa dan bergerak memenangkan jiwa. (JR)

 

Sumber : Warta Pusat HMMinistry

 

Silakan share :