“jalan ke arah penyelesaian amanat agung”
“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”
Matius 24:14
Matius 24:14, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”
Pada waktu Tuhan Yesus ditanya oleh murid-murid-Nya tentang tanda kedatangan-Nya dan tanda kesudahan dunia ini, Tuhan Yesus menjawab dalam Lukas 21:11 bahwa salah satunya adalah penyakit sampar.
Sampar dapat diartikan sebagai pandemi. Jadi COVID-19 sebagai pandemi dapat dikatakan sebagai bagian dari tanda-tanda kedatangan Kristus yang kedua kali.
Selain itu, Tuhan Yesus menjawab dari Matius 24:14, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”
Tuhan Yesus pasti datang kembali, karena itu Dia memberikan Amanat Agung kepada kita, yaitu agar kita pergi dan menjadikan semua bangsa itu murid Tuhan Yesus. Hal ini juga berarti agar terjadi penuaian jiwa besar-besaran sebelum Tuhan Yesus datang kembali.
PENCURAHAN ROH KUDUS PADA HARI PENTAKOSTA
Sekarang kita akan melihat bagaimana proses untuk menyelesaikan Amanat Agung atau proses penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir sebelum Tuhan Yesus datang kembali. Kita tidak bisa menyelesaikan Amanat Agung dengan kekuatan sendiri. Karena itu pesan terakhir Tuhan Yesus sebelum naik ke sorga kepada murid-murid-Nya, yang juga berarti kepada kita semua dalam Kisah Para Rasul 1:8, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
pencurahan roh kudus
Jadi untuk menyelesaikan Amanat Agung, kita harus menerima kuasa dari Roh Kudus yang turun ke atas kita.
Setelah itu, dengan disaksikan para murid-Nya, Tuhan Yesus naik ke sorga. Setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, 120 murid Tuhan Yesus berkumpul di kamar loteng Yerusalem. Mereka melakukan ini karena Tuhan Yesus memerintahkan agar mereka tidak meninggalkan kota Yerusalem sebelum diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi. Tuhan Yesus berkata, “Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”
Apa yang dilakukan 120 murid di kamar loteng? Alkitab mencatat bahwa mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, artinya mereka berdoa, memuji dan menyembah Tuhan dalam unity, siang dan malam. Ini adalah prinsip Restorasi Pondok Daud. Ini adalah prinsip Menara Doa.
Setelah 10 hari mereka melakukan hal itu, maka pada hari raya Pentakosta, tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Itu adalah bahasa roh. (Kisah Para Rasul 2:1-4)
Jadi tanda awal orang yang dibaptis dengan Roh Kudus adalah mereka akan berbahasa roh.
penuaian jiwa di yerusalem
PENGGENAPAN AMANAT AGUNG SETELAH PENTAKOSTA
Penuaian Jiwa di Yerusalem
Dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 kita bisa melihat gaya hidup penuaian jiwa yang dihidupi oleh jemaat mula-mula di Yerusalem, yaitu:
- Khotbah yang Disertai Kuasa Roh Kudus
Petrus berkotbah sekitar 5 menit dan kira-kira 3.000 orang bertobat dan dibaptis. Petrus berkotbah dengan kuasa Roh Kudus. Pada jaman itu populasi penduduk dunia sekitar 255 juta orang. Sekarang penduduk dunia sekitar 7,8 milyar. Jadi 3.000 orang yang bertobat dan dibaptis pada waktu itu setara dengan sekitar 91.000 orang pada saat ini. Saya percaya hal ini juga bisa terjadi saat ini.
- Pelayanan yang Disertai dengan Tanda dan Mujizat
- Petrus dan Yohanes menyembuhkan orang lumpuh sejak lahir.
- Bayangan Petrus bisa menyembuhkan orang sakit.
- Saputangan atau kain yang pernah dipakai Paulus jika diletakkan pada orang sakit atau dirasuk setan, maka orang itu akan sembuh.
Dalam Markus 16:15-18, Tuhan Yesus berkata bahwa kalau kita pergi untuk memberitakan Injil maka tanda-tanda dan mujizat akan menyertai kita.
Sejak tahun 2006 saya diperintahkan oleh Tuhan untuk mengadakan Kebaktian Kesembuhan Ilahi. Selama 13 tahun, saya sudah mengadakan 318 kali Kebaktian Kesembuhan Ilahi. Setiap kali saya berkhotbah pasti saya memberitakan Injil. Tanda-tanda dan mujizat terjadi. Saya diijinkan Tuhan untuk melihat dan mengalami mujizat seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus 2000 tahun yang lalu.
3. Gaya Hidup Unity
a. Bertekun dalam Pengajaran Rasul-rasul
Ini bisa diartikan mereka suka membaca Alkitab.
Mazmur 119:105 berkata, “Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”
Kalau kita suka membaca Alkitab, itu akan menuntun jalan hidup kita; hidup benar sesuai dengan Firman Tuhan. Kita akan menjadi orang yang berintegritas. Itu akan membuat orang lain bertobat.
b. Selalu Berkumpul Memecahkan Roti dan Berdoa
Ini bisa dikatakan mereka hidup dalam unity dan suka berdoa.
Hari-hari ini saya melihat melalui Menara Doa, bahwa ada doa, pujian dan penyembahan dalam unity siang dan malam. Saya melihat melalui ‘Third Pentecost Azusa Street Prayer Tower’, ada doa yang bertalu-talu untuk pencurahan Roh Kudus yang dahsyat melalui Pentakosta Ketiga.
Saya percaya kalau Tuhan sudah berikan kepada kita beban untuk berdoa seperti ini, maka ini merupakan tanda bahwa Pentakosta Ketiga yang dahsyat akan turun dan akan terjadi penuaian jiwa yang terbesar dan terakhir sebelum Tuhan Yesus datang kembali.
Saya juga percaya Pentakosta Ketiga akan membangkitkan Gererasi Yeremia yaitu anak-anak muda yang dipenuhi Roh Kudus, cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus, tidak kompromi terhadap dosa dan akan memenangkan banyak jiwa.
c. Suka Memberi
Dalam kondisi krisis ekonomi akibat pandemi, hari-hari ini justru Tuhan Yesus menghendaki agar kita suka memberi. Alkitab berkata adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.
“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Lukas 6:38
d. Selalu Bergembira dan Tulus Hati
Hidup dengan tulus hati artinya hidup sebagai orang yang berintegritas.
Dikatakan bahwa mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari jumlah orang yang diselamatkan bertambah. Haleluya!
Saya percaya mereka menganggap bahwa pola penuaian jiwa hanya seperti itu. Mereka sebagai orang-orang percaya, hidup dalam zona nyaman. Mereka biasa berkumpul dalam unity sambil membaca Alkitab, berdoa dan memuji Tuhan dengan sukacita, dan tidak ada orang yang berkekurangan. Wow… siapa yang tidak mau menjadi orang percaya.
Saya teringat kesaksian yang pernah saya dengar dari Gus Dur. Beliau pernah berkata: “Orang Kristen itu jangan ditekan-tekan, sebab kalau ditekan mereka akan meledak. Justru kalau dibiarkan dalam zona nyaman, mereka tidak akan berkembang.”
Penuaian Jiwa di Yudea dan Samaria
Tetapi ternyata supaya penuaian jiwa bertambah besar dan meluas, Tuhan ijinkan proses berikutnya terjadi, yaitu aniaya menimpa jemaat di Yerusalem. Selain rasul-rasul maka mereka harus lari meninggalkan Yerusalem. Mereka pergi ke Yudea dan Samaria sambil memberitakan Injil. Jadi kalau tadinya penuaian jiwa hanya terjadi di Yerusalem saja, sekarang menyebar ke seluruh Yudea dan Samaria. Pola penuaian jiwa yang seperti ini masih terjadi sampai hari ini.
Saya teringat kesaksian yang pernah saya dengar dari Gus Dur. Beliau pernah berkata: “Orang Kristen itu jangan ditekan-tekan, sebab kalau ditekan mereka akan meledak. Justru kalau dibiarkan dalam zona nyaman, mereka tidak akan berkembang.”
Karena itu Tuhan ijinkan hari-hari ini penderitaan dan aniaya itu terjadi di antara orang-orang percaya, supaya terjadi penuaian jiwa yang lebih besar.
Pandemi COVID-19 membuat kita tidak lagi hidup dalam zona nyaman, mengalami tekanan-tekanan; ada yang mengalami sakit, bahkan ada yang meninggal, tetapi justru ini akan mempersiapkan penuaian jiwa yang terbesar dan terakhir dalam era Pentakosta Ketiga ini sebelum Tuhan Yesus datang kembali.
Melalui semua ini, mari kita katakan sama-sama: “Tuhan Yesus, Engkau baik, sungguh baik dan sangat baik….” Mari taruh tangan Saudara di dada…
Nyanyi:
All my life You have been faithful
All my life You have been so, so good
With every breath that I am able
I will sing of the goodness of God
Penuaian Jiwa Sampai Ke Ujung Bumi
Ternyata pola penuaian yang terjadi di atas belum menyelesaikan rencana Tuhan, karena penuaian jiwa selain harus terjadi di Yerusalem, seluruh Yudea dan Samaria, juga harus sampai ke ujung bumi. Tuhan mempunyai cara untuk membuat penuaian jiwa itu sampai ke ujung bumi yaitu dengan terjadinya perubahan paradigma dalam pelayanan.
Selama ini pengertian tentang keselamatan hanya untuk orang-orang Yahudi saja. Tetapi melalui peristiwa Kornelius, di mana Petrus diutus oleh Tuhan untuk mendatangi Kornelius yang bukan orang Yahudi, untuk memberitakan jalan keselamatan, akhirnya mereka mengerti bahwa ternyata keselamatan bukan hanya untuk orang Yahudi saja tetapi untuk semua bangsa.
Dan ini mengakibatkan terjadinya penuaian jiwa besar-besaran. Haleluya!
Jadi mereka tidak hanya mengabarkan Injil di Yerusalem, Yudea dan Samaria saja, tetapi sekarang mereka, termasuk kita juga pergi ke seluruh dunia. Proses perubahan paradigma dalam pelayanan itu tidak mudah.
Petrus harus diyakinkan oleh Tuhan: kalau Tuhan berkata halal, jangan dia berkata haram. Pada masa itu, orang-orang non Yahudi adalah haram di mata orang Yahudi. Proses itu masih terus berlanjut untuk memberikan pengertian kepada orang-orang Yahudi, golongan bersunat dan juga orang-orang Farisi yang sudah bertobat. Sebab mereka berpendapat bahwa orang yang non Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus, harus disunat, dan diwajibkan mengikuti hukum-hukum Musa.
Tetapi melalui sidang di Yerusalem, akhirnya mereka mengerti dan bisa menerima bahwa keselamatan bukan hanya untuk orang-orang Yahudi saja, tetapi untuk semua bangsa.
penuaian jiwa sampai ke ujung bumi
Nyanyi:
Ku mau mengikuti
Kehendak-Mu ya Bapa
Ku mau s’lalu
Menyenangkan hati-Mu
Pada waktu awal pelayanan saya, saya pernah mengalami apa yang disebut dengan perubahan paradigma dalam pelayanan. Jadi pengertian orang-orang Kristen pada waktu itu adalah kalau beribadah hari Minggu harus di gedung gereja. Ibadah di tempat-tempat selain gedung gereja dianggap haram. Pengalaman gereja kita di Bandung bisa saya katakan sebagai pengalaman yang unik. Pernah dalam kurun waktu 1 tahun setiap minggu kita harus pindah tempat ibadah. Dan setelah berjalan 1 tahun kita tidak mendapat tempat kebaktian lagi, kecuali sebuah night club yang bernama Paramount. Ini pasti tempat ‘haram’, tetapi justru Tuhan hanya sediakan tempat ini. Dan Tuhan hanya berkata kepada saya: “Apa yang Aku katakan halal, jangan kamu berkata haram”.
Di tengah kecaman yang cukup banyak, kita berbakti di tempat itu justru sampai 3 tahun. Melalui tempat yang haram tadi, kita menuai jiwa-jiwa yang dianggap ‘haram’. Mereka yang tadinya mau ke night club, istilah mereka: mereka kesasar ke gereja dan bertobat. Tidak sedikit dari mereka yang sekarang ini menjadi pelayan Tuhan. Melalui peristiwa ini, kita diberikan pengertian, bahwa bagi Tuhan tidak masalah tempat yang akan kita pakai untuk beribadah, meskipun itu bukan gedung gereja, bahkan mungkin di tempat yang ‘haram’.
Kalau kita tidak peka terhadap kehendak Tuhan, tempat kebaktian untuk jiwa-jiwa yang bertobat pada waktu itu, tidak akan mencukupi kalau hanya di gedung gereja saja. Karena waktu itu sedang terjadi penuaian jiwa yang besar di Indonesia. Selain itu orang-orang yang mau ke gereja untuk pertama kali, karena bukan di gedung gereja, menjadi lebih mudah. Jadi, itu cara Tuhan untuk terjadinya penuaian jiwa besar-besaran.
Hari-hari ini untuk memasuki penuaian jiwa yang terbesar dan terakhir, Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya yang kita sebutkan dengan Pentakosta Ketiga. Saya percaya Pentakosta Ketiga bisa disebutkan sebagai perubahan paradigma dalam pelayanan. Terus terang sampai dengan hari ini banyak orang-orang yang belum mengerti tentang Pentakosta Ketiga ini. Memang tidak mudah untuk mengerti tentang perubahan paradigma dalam pelayanan, tetapi saya percaya bahwa pada akhirnya kita semua akan melihat bahwa dengan adanya Pentakosta Ketiga ini akan terjadi penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir sebelum Tuhan Yesus datang kembali. Amin.
Nyanyi:
Allah Bapa, kami mengasihi-Mu
Yesus Kristus, Tuhan yang Kudus
Kami yang ada di sini
Masuk Hadirat-Mu yang Suci
Berhiaskan kekudusan dan jubah pujian
Kami datang melayani
Sang Raja Yang Mahasuci
Yang tlah bertahta di sorga
Yesus Kristus nama-Nya
Hosana, Hosana di tempat yang tinggi
Hosana, Hosana, dihati yang suci
Khotbah Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
Ibadah Minggu Online – 20 Juni 2021