“JANGAN MENINGGALKAN KASIH MULA-MULA”
Ketika Tuhan Yesus ditanya oleh murid-murid-Nya, akan tanda kedatangan-Nya dan tanda kesudahan dunia ini, maka salah satu dari tanda-tanda itu adalah ‘penyakit sampar’; yang untuk saat ini bisa kita sebutkan sebagai pandemi COVID-19. Jadi pandemi COVID-19 adalah bagian dari tanda kedatangan Tuhan Yesus di awan-awan untuk menjemput gereja-Nya.
Ada yang berkata bahwa penyakit sampar sudah terjadi berulang-ulang. Pada tahun 1918-1920 terjadi wabah flu Spanyol yang menyebabkan 50 juta orang meninggal, tetapi Tuhan Yesus belum datang. Jangan-jangan setelah pandemi COVID-19 Tuhan Yesus juga tidak akan segera datang.
PANDEMI ADALAH SALAH SATU TANDA KEDATANGAN TUHAN YESUS
Kalau kita bicara Tuhan Yesus tidak segera datang, ini tidak sesuai dengan yang dikatakan Tuhan Yesus dalam kitab Wahyu, sebab dalam kitab Wahyu, Tuhan Yesus berkata:
- “Aku datang segera” sebanyak 4 kali dan
- “Waktunya sudah singkat, Waktunya sudah dekat” sebanyak 2 kali.
Jadi kalau 2000 tahun yang lalu Tuhan Yesus sudah berkata: “Aku datang segera”, apalagi hari-hari ini; pasti lebih segera lagi!
Hati-hati! Jangan terjebak menjadi pengejek-pengejek yang dengan ejekannya berkata:
- Di mana janji kedatangan-Nya itu?
- Dari dulu keadaan tetap seperti ini!
- Katanya salah satu tanda adalah penyakit sampar, mana buktinya?
- Penyakit sampar sudah terjadi berulang-ulang, tetapi ternyata Tuhan Yesus belum juga datang…!
Jangan berkata bahwa setelah pandemi COVID-19 Tuhan Yesus pasti datang kembali. Atau jangan juga berkata bahwa setelah pandemi COVID-19 Tuhan Yesus belum segera datang.
Kita tidak tahu dengan pasti kapan kedatangan Tuhan Yesus kembali. Hanya Bapa di sorga saja yang tahu. Yang penting, Tuhan Yesus berkata bahwa penyakit sampar seperti pandemi COVID-19 ini adalah bagian dari tanda kedatangan-Nya.
Tuhan Yesus menghendaki agar kita percaya bahwa Dia akan datang segera, sehingga kita akan sungguh-sungguh mempersiapkan diri kita untuk menyambut kedatangan-Nya.
Saya percaya bahwa sikap orang percaya dari zaman ke zaman yang melihat dan mengalami malapetaka, mungkin itu perang, bencana alam, termasuk penyakit sampar, akan berkata bahwa Tuhan Yesus akan segera datang.
PANDEMI COVID-19
Sebagai contoh Bapa Gereja yang bernama Cyprianus, yang adalah Uskup Gereja Kartago pada zaman kekaisaran Romawi, yang mengalami pandemi pada tahun 250-271 Masehi.
Pada saat itu di Roma saja sekitar 5.000 orang meninggal setiap hari.
Cyprianus menyebutkan bahwa pandemi tersebut sebagai akhir zaman. Memang ini terbukti keliru. Akan tetapi dari sisi yang lain, keyakinannya bahwa ini adalah akhir zaman justru membuat terjadinya kebangunan rohani. Gereja terlibat dalam pelayanan sosial – diakonia yang dahsyat. Melihat itu, banyak orang menjadi percaya dan Gereja berkembang pesat.
Jadi, pada setiap zaman, seolah-olah Tuhan menciptakan situasi apakah itu perang, bencana alam, kelaparan, termasuk penyakit sampar, agar perkataan Tuhan Yesus ‘Aku datang segera’ itu selalu ada di dalam hati orang percaya, sehingga mereka selalu dalam kondisi berjaga-jaga melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus, dan penuaian jiwa besar-besaran terjadi.
Demikian juga dengan adanya pandemi COVID-19 ini, Tuhan menghendaki Gereja-Nya yaitu kita-kita ini bergerak menyelesaikan Amanat Agung sebelum Tuhan Yesus datang kembali.
Sejak tahun 2009, setelah Tuhan berbicara dengan begitu serius kepada saya tentang ‘Aku datang segera’, saya selalu memperkatakan hal ini. Saya selalu mengingatkan agar kita lebih intim dengan Tuhan.
Hari-hari ini, pesan Tuhan kepada kita adalah kembali kepada kasih mula-mula. Ingat, kita adalah calon mempelai wanita dari Kristus. Sang Mempelai Pria akan datang segera untuk menjemput kita. Kita harus mempersiapkan diri kita dengan kembali kepada kasih mula-mula.
PENTINGNYA KASIH MULA-MULA
Dalam Wahyu 2:1-7, Tuhan Yesus berkata kepada jemaat di Efesus bahwa jemaat di Efesus rajin, tekun, tidak dapat sabar terhadap rasul palsu, tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku, tidak mengenal lelah, membenci perbuatan-perbuatan pengikut Nikolaus yang juga Aku benci.
Pengikut Nikolaus mengajarkan bahwa percabulan tidak akan mempengaruhi keselamatan seseorang dalam Kristus. Ini adalah pengajaran sesat karena kitab Perjanjian Baru mengatakan hal yang sebaliknya yaitu bahwa orang yang hidup dalam percabulan tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:9-10)
Kalau kita melihat ini, saya berkata bahwa jemaat Efesus ini jemaat yang luar biasa. Akan tetapi Tuhan Yesus melanjutkan dengan berkata:
“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.
Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”
‘Mengambil kaki dian’ artinya mengeluarkan dari dalam Kerajaan Allah.
Kesimpulan dari pesan Tuhan kepada jemaat di Efesus yang juga berarti buat kita semua adalah apa pun yang kita lakukan untuk melayani pekerjaan Tuhan, kalau tidak didasarkan kepada kasih mula-mula, maka Tuhan Yesus akan berkata: “Betapa dalamnya engkau telah jatuh.” Dan kita harus bertobat. Kalau kita tidak bertobat Tuhan akan mengambil kaki dian kita. Artinya kita akan dikeluarkan dari dalam Kerajaan Allah.
Kasih mula-mula adalah kasih yang kita miliki pada saat kita baru bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Pada saat itu kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan kita.
Pengalaman saya pada waktu itu adalah selalu ingin berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, selalu ingin membaca Alkitab, ingin hidup kudus, dan ingin melayani Tuhan.
Nyanyi:
Ku cinta Kau Yesus
Hanya Engkau bagiku Yesus
Sungguh ku rindu mengatakannya
Betapa aku mengasihi-Mu
Engkau Allah dan Rajaku
Kekasih dalam hidupku
Engkau s’galanya bagiku
Kubersyukur kepada-Mu
Dalam proses ini kita akan dikuduskan terus menerus oleh Roh Kudus dan Firman Allah sehingga kita menjadi serupa dengan gambar-Nya, yaitu menjadi murid Tuhan Yesus.
PROSES KESELAMATAN
Kalau kita melihat proses keselamatan, maka proses tersebut terdiri dari 3 tahap.
- Tahap yang pertama adalah proses Justification yang artinya pembenaran.
Pada proses pertama ini kita bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Kita mengalami kelahiran baru dan mengalami kasih mula-mula.
2. Tahap yang kedua adalah proses Sanctification yang artinya pengudusan.
Dalam proses ini kita akan dikuduskan terus menerus oleh Roh Kudus dan Firman Allah sehingga kita menjadi serupa dengan gambar-Nya, yaitu menjadi murid Tuhan Yesus.
3. Tahap yang ketiga adalah proses Glorification yang artinya pemuliaan atau pengangkatan.
Dalam proses yang ketiga kita akan mengalami pemuliaan atau pengangkatan. Yang diangkat adalah mereka-mereka yang berubah menjadi serupa dengan gambar Yesus, yaitu murid Tuhan Yesus.
Pada waktu memasuki tahapan Sanctification atau pengudusan ini, dengan berbagai macam alasan kualitas kasih kita kepada Tuhan yang tadinya penuh dengan kasih mula-mula bisa berubah menjadi seperti yang terjadi pada jemaat di Efesus.
Saya pribadi juga mengalami seperti yang terjadi pada jemaat di Efesus. Tetapi melalui pengudusan secara terus menerus oleh Roh Kudus dan Firman Allah juga disertai dengan proses yang menyakitkan, saya kembali kepada kasih mula-mula sampai dengan hari ini. Haleluya!
Saya akan bertanya kepada Saudara bagaimana kualitas kasih Saudara kepada Tuhan? Saya mau mengajak Saudara untuk melihat kualitas kasih kita kepada Tuhan melalui kitab Kidung Agung.
MENGASIHI TUHAN
Kitab Kidung Agung merupakan satu-satunya kitab di Alkitab yang khususnya membahas kasih yang unik di antara 2 orang mempelai, yaitu antara Salomo dengan gadis Sulam, yang dipercaya bahwa dia adalah istri pertama dari Salomo.
Beberapa nats penting dalam Perjanjian Baru melukiskan kasih Kristus bagi Gereja-Nya dengan memakai hubungan pernikahan. Kitab Kidung Agung dapat dipandang sebagai melukiskan kasih yang ada di antara Kristus dengan mempelai-Nya yaitu Gereja-Nya, yaitu kita-kita ini.
Sama halnya dengan iman kita yang harus bertumbuh, demikian juga kualitas kasih kita kepada Tuhan harus bertumbuh. (Efesus 4:15)
Secara sederhana, kitab Kidung Agung ini menggambarkan 3 tingkat kualitas kasih, dan ini juga menunjukkan tingkatan kualitas kasih kita dengan Tuhan
- Tingkat Pertama – Kasih yang Egois
Dalam Kidung Agung 2:16 tertulis: “Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia…”
Dalam hubungan kita dengan Tuhan, kita bisa berkata: “Tuhan milikku, dan aku miliknya Tuhan.”
Kualitas kasih yang pertama ini bisa dikatakan adalah kasih yang egois.
Karena yang dikedepankan itu ‘Tuhan milikku, baru aku milik Tuhan’, maka yang selalu dipikirkan hanya soal diberkati. Kasih ini selalu berkata: “Karena Tuhan milikku, berkatilah aku Tuhan.”
Di level ini, jarang orang bertanya kepada Tuhan tentang apa kehendak Tuhan dalam setiap rencana atau langkah yang akan dia lakukan. Jadi, kalau dia punya rencana, dia langsung akan minta supaya Tuhan memberkati.
Biasanya jarang menyinggung tentang apa yang harus kita lakukan untuk melayani Tuhan.
- Tingkat Kedua – Kasih yang Bersyarat
Dalam Kidung Agung 6:3 tertulis: ”Aku kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku kekasihku…”
Dalam hubungan kita dengan Tuhan, kita bisa berkata: “Aku milik Tuhan, Tuhan milikku.”
Kualitas kasih yang kedua ini bisa dikatakan sebagai kasih bersyarat. Motto nya: “Aku milik Tuhan, Tuhan adalah milikku.”
Sekarang yang dikedepankan adalah ‘aku milik Tuhan’, baru setelah itu ‘Tuhan adalah milikku’. Berarti mulai ada suatu peningkatan.
Di level ini orang percaya mulai mempertimbangkan tentang melayani Tuhan, tetapi dengan syarat; yaitu supaya diberkati Tuhan. Jadi, motivasi mau melayani karena mau diberkati Tuhan.
- Tingkat Ketiga – Kasih yang Tidak Egois
Dalam Kidung Agung 7:10 tertulis: “Kepunyaan kekasihku aku,..”
Dalam hubungan kita dengan Tuhan, kita hanya berkata: “Aku milik Tuhan.“
Tingkat kualitas kasih yang ketiga inilah yang disebutkan kasih yang tidak egois. Kasih yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Ini adalah kasih yang semula. “AKU MILIK TUHAN”. Titik. Tidak ada embel-embelnya. Mereka yang memiliki kasih mula-mula akan berkata:
- Aku adalah milik Tuhan, bukan milikku sendiri. (1 Korintus 6:19-20).
- Aku adalah milik Tuhan. Aku sudah dibeli. Dan harganya telah lunas dibayar. Aku dibeli dengan harga yang mahal yaitu dengan darah Yesus. (Wahyu 5:9)
- “Jika aku hidup. Aku hidup untuk Tuhan. Dan jika aku mati, aku mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, aku adalah milik Tuhan.” (Roma 14:8)
MEMILIKI KASIH MULA-MULA
Ekspresi dari orang yang memiliki kasih mula-mula di dalam hidupnya adalah:
- Hidup bagi Kristus
Mereka yang memiliki kasih mula-mula akan berkata: “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20)
PROSES KESELAMATAN
-
anyi:
Hidupku bukannya aku lagi
Tapi Yesus dalamku
Hidupku bukannya aku lagi
Tapi Yesus dalamku
Yesus hidup
Yesus hidup dalamku
Hidupku bukannya aku lagi
Tapi Yesus dalamku
- Tidak Memprioritaskan Berkat
Orang yang memiliki kasih mula-mula sudah tidak memikirkan lagi tentang diberkati atau tidak diberkati oleh Tuhan. Yang paling penting adalah hidup menyenangkan hati Tuhan, melakukan kehendak Tuhan. Seperti Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 4:34,
“Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Makanan adalah sesuatu yang sangat vital dalam hidup ini. Mendapatkan makanan adalah motivasi manusia dalam bekerja. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa yang paling penting dalam hidup ini, artinya fokus hidup kita; adalah melakukan kehendak Bapa, bukan kepada makanan, meskipun makanan itu perlu.
- Bergairah Melayani Tuhan
Orang yang memiliki kasih mula-mula akan melayani Tuhan seperti yang terdapat Roma 14:17-18, yang berkata, ”Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barang siapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan kepada Allah dan dihormati oleh manusia.”
- Mensyukuri Kasih Setia Tuhan
Orang yang memiliki kasih mula-mula akan selalu berkata: “Sebab Engkau baik. Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Mu.” (Mazmur 118:1)
Pujian ini diajarkan oleh Daud dan terus dinyanyikan setelah zaman Daud.
Tuhan memberitahu kepada Daud bahwa hal yang paling menyenangkan hati-Nya, yaitu kalau dipuji oleh kita bahwa Tuhan itu baik. Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Karena memang itulah yang Tuhan lakukan untuk kita. Jadi apapun masalah yang kita hadapi, nyanyikan terus pujian ini.
Nyanyi:
Sbab Tuhan baik
Bahwasanya untuk selamanya kasih setia–Nya
Sbab Tuhan baik
Bahwasanya untuk selamanya kasih setia–Nya
Bahwasanya untuk selamanya kasih setia–Nya
- Tetap Beriman dalam Segala Keadaan
Orang yang memiliki kasih mula-mula akan berkata:
“Aku tidak takut sebab Tuhan menyertai aku. Aku tidak bimbang sebab Tuhan adalah Allahku. Tuhan akan meneguhkan aku bahkan akan menolong aku. Tuhan akan memegang aku dengan tangan kanan-Nya yang membawa aku kepada kemenangan.” (Yesaya 41:10)
Orang yang memiliki kasih mula-mula dalam masa pandemi COVID-19 ini akan tetap percaya kepada janji Tuhan dan terus memperkatakannya.
Nyanyi:
Ku tidak takut s’bab Kau besertaku
Ku tidak bimbang s’bab Engkau Allahku
Engkau meneguhkanku bahkan menolongku
Kau batu karangku Yesus TuhanChorus
Yesus memegangku dengan tangan kanan–Mu
Yesus memberiku kemenangan
Yesus memegangku dengan tangan kanan–Mu
Yesus memberiku kemenangan Yesus memberiku kemenanganYesus memberiku kemenangan- Melaksanakan Amanat Agung
Orang yang memiliki kasih mula-mula akan berkata:
- “Tuhan, saya mau menyelesaikan Amanat Agung dengan kuasa Roh Kudus yaitu Pentakosta yang Ketiga.”
- “Tuhan, saya berjanji untuk memakai mulut ini hanya berbicara tentang firman Tuhan, bukan yang lain-lain.”
- Melakukan Firman Tuhan
Orang yang memiliki kasih mula-mula akan melakukan firman Tuhan seperti yang terdapat dalam lagu ini:
Nyanyi:
Aku mengasihi Engkau Yesus
Dengan segenap hatiku
Aku mengasihi Engkau Yesus
Dengan segenap jiwakuKu renungkan Firman–Mu siang dan malam
Ku pegang p’rintah–Mu, dan kulakukan
Engkau tahu ya Tuhan, tujuan hidupku
Hanyalah untuk menyenangkan hati–MuTuhan Yesus memberkati Saudara sekalian. Amin.
___________________
Khotbah Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahadjo,
Ibadah Minggu Online – 18 Oktober 2020