Renungan Khusus

 Minggu Ketiga September 2019

 

Firman Tuhan datang kepadaku, bunyinya” “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Yeremia 1:4-5

Kelahiran Generasi Yeremia

Di dalam Alkitab ada beberapa tokoh yang pada waktu mudanya memiliki sifat panggilan yang luar biasa. Sejak di masa mudanya karakteristik panggilan mereka diperjelas. Hal ini terlihat di dalam kehidupan Yusuf, Daud, Samson dan juga Yeremia.

Berikut ini beberapa hal yang unik yang melatarbelakangi panggilan Yeremia:

 

  1. Zaman Di mana Yeremia Hidup Adalah Unik

Ahli-ahli sejarah Alkitab hampir semua setuju bahwa Yeremia hidup dan melayani kurang lebih tahun 605 SM. Di dalam beberapa tahun kemudian (586 SM) Yeremia akan menyaksikan kehancuran kerajaan Yehuda. Para sarjana-sarjana Alkitab juga percaya bahwa tulisan nabi Yeremia adalah “point of no return” di mana terjadi pergeseran pesan kepada bangsa Israel yang berbeda dibandingkan dengan nabi-nabi sebelumnya.

Sebelum masa pelayanan Yeremia, nabi-nabi yang diutus Tuhan (terutama Amos) masih menyampaikan pesan yang berbunyi, “Bertobatlah; karena murka Tuhan akan tiba. Masih ada waktu untuk memperbaiki kelakuanmu supaya bisa terhindar dari murka tersebut.”

 

Mulai dari pasal ke 7 kitab nabi Yeremia pesan dari Tuhan berbunyi kira-kira demikian “Apapun yang kalian lakukan tidak akan mampu mengubah rencana Tuhan. Lebih baik kalian bersiap-siap untuk pergi dalam pembuangan ke Babel karena sehabis itu Tuhan masih punya rencana untuk memulihkan kalian.”

 

Kitab nabi Yeremia menandai perubahan nada dalam rencana Tuhan. Bangsa Israel telah melewati “point of no return” sehingga tugas nabi Yeremia adalah nabi yang harus mendampingi mereka di dalam pembuangan. Coba bayangkan jika ini terjadi pada zaman kita sekarang. Hal ini adalah sesuatu yang membuat orang kehilangan semangat.

Banyak studi psikologi menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa harapan. Saking perlunya manusia akan harapan, seringkali iblis si musuh jiwa kita menawarkan harapan-harapan yang bersifat semu. Saat-saat sulitlah yang akan membuktikan; mana harapan yang sebenarnya dan mana harapan yang semu. Di masa-masa sulitlah harapan semu yang diandalkan bangsa Israel dihancur leburkan oleh Tuhan, dan di situlah Yeremia menawarkan harapan yang sebenarnya.

 

  1. Panggilan Yeremia Bersifat Unik

Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: “Sesungguhnya, aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam.” Yeremia 1:9-10

 

Tuhan dengan jelas berkata kepada Yeremia bahwa Ia memberikan kuasa di dalam mulut dan perkataannya. Kuasa untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam. Pada saat yang sama Tuhan juga berkata kepada Yeremia bahwa apapun yang akan ia katakan kepada bangsa Israel, mereka tidak akan mendengarkannya. Mereka akan terus bersikeras di dalam pemberontakan mereka. Hal ini pasti akan membuat orang merasa tertekan. Seberapa besar kuasa yang kita miliki, tetap tidak akan menghasilkan keberhasilan secara langsung di hadapan mata kita.

Manusia modern cenderung terlena di dalam naratif yang mengidolakan sukses instan. Tidak banyak orang yang menghargai proses. Di sini kita melihat keistimewaan pelayanan nabi Yeremia. Ia rela ditempatkan Tuhan di dalam bagian proses meskipun ia tidak diijinkan untuk melihat keberhasilan pelayanannya. Keberhasilannya ini baru mulai terlihat satu generasi sesudahnya.

 

  1. Panggilan Hidup Yeremia Bersifat Unik

“Janganlah mengambil isteri dan janganlah mempunyai anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan di tempat ini.” Yeremia 16:2

 

Tuhan melarang Yeremia menikah, mengingat sulit dan beratnya zaman di mana ia hidup. Melajang menjadi pilihan yang lebih baik bagi dirinya. Di sini kita melihat tingkat pengorbanan yang Tuhan tuntut dari kehidupan Yeremia sungguh sangat dalam. Bukan hanya pesannya yang bersifat ‘gelap’ dan tidak populer; sebagai konsekuensi ia harus rela melepaskan harapan untuk kebahagiaan kehidupan pribadinya. Yeremia seringkali disebut sebagai nabi yang menangis. Reputasi ini begitu terkenal sehingga di dalam bahasa Inggris terlahir kata “Jeremiad” yang berarti lagu atau puisi yang menyayat hati.

 

Kembali pada zaman modern; seringkali generasi muda sangat terobsesi mengenai naratif kebahagiaan bagi kehidupan pribadinya, entah itu didapat dari persahabatan, percintaan, petualangan, permainan atau prestasi hidup. Naratif yang ditawarkan Tuhan kepada hidup nabi Yeremia sangatlah bertentangan dengan apa yang dicari anak muda pada umumnya.

 

 

LETAK SIGNIFIKANSI PELAYANAN YEREMIA

Meskipun secara jasmani nasib hidup Yeremia begitu sengsara sehingga tidak banyak orang atau angkatan yang mau menempelkan label Yeremia kepada generasinya, namun di mata Tuhan pelayanan nabi Yeremia sangatlah berhasil. Kita melihat kontribusinya di dalam hal-hal ini:

  1. Yeremia menjadi titik referensi bagi pelayanan Daniel di dalam memetakan lokasi umat Allah di dalam kerangka waktu rencana Allah.

 

Daniel 9:2, “Pada tahun pertama kerajaannya itu aku, Daniel memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun.”

 

Daniel sebagai nabi dan perdana menteri kekaisaran Media Persia merasakan di dalam rohnya bahwa waktu yang ditetapkan Tuhan atas pembuangan orang Yehuda dan pemulihan Yerusalem akan segera tiba. Tujuh Puluh tahun akan segera berlalu.  (Yeremia 25:11, 29:10)

 

Berarti Yeremia mendirikan dasar supaya bangsa Israel tidak kehilangan harapan di dalam menghadapi hari-hari yang kelam di depan mereka. Di balik kekerasan penghukuman rencana Allah untuk membersihkan dosa dari tengah-tengah umatnya (kaum Yehuda) kasih setia Tuhan tetap menyertai mereka. Tidak heran nabi Yeremia juga menulis satu kitab lagi yaitu Ratapan, di dalamnya terdapat ayat yang sangat terkenal, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” Ratapan 3:22-23

 

  1. Kehidupan nabi Yeremia menjadi “template” ketaatan hamba-hamba Tuhan kepada panggilan Tuhan.

Jika kita melihat pelayanan Yesus, rasul Paulus, dan bapa-bapa Gereja abad pertama kita dapat mengatakan bahwa ketaatan mereka menghadapi aniaya dan penderitaan adalah mengikuti template yang dipelopori oleh nabi Yeremia. Bahkan Tuhan Yesus sendiri, jika kita mengukur dengan standar kesuksesan pada zaman ini, dapat disebutkan bahwa Ia sebenarnya adalah orang ‘gagal’. Karena meskipun kuasa yang menyertai pelayanan-Nya disertai dengan mujizat-mujizat yang ajaib, namun pada akhirnya murid-murid-Nya pun meninggalkan Dia, dan pada saat kenaikan-Nya ke sorga paling hanya sekitar 120 orang yang tersisa di kelompok-Nya. Tetapi apa yang ditinggalkan oleh Tuhan Yesus di dalam kehidupan mereka lama-lama menjadi bola salju yang berdampak kepada milyaran manusia yang ada di muka bumi ini.

 

Konflik antar generasi bukanlah sesuatu hal yang baru, hal ini terus menerus terjadi sepanjang sejarah manusia. Namun mulai tahun 1950-an ke atas, konflik antar generasi semakin tajam karena hal ini dibarengi dengan perubahan percepatan teknologi yang begitu menggila. Di abad-abad sebelum abad ke-20 sudah terjadi Generation Gap, tetapi setidak-tidaknya generasi anak dan generasi bapa memiliki teknologi, musik dan kerangka budaya yang kurang lebih sama. Tetapi di abad ke-20 dan 21 perbedaan antara satu generasi dengan generasi di bawahnya diperburuk dengan perbedaan teknologi, selera dan budaya. Pada umumnya generasi yang lebih senior menganggap generasi dibawahnya cenderung lebih malas, tidak tahu bakti, hedonistik dan egosentris.

 

Dengan mengadopsi paradigma generasi Yeremia diharapkan generasi yang lebih senior menghargai bahwa generasi yang ada di bawahnya juga ternyata generasi yang siap menderita, siap bayar harga, bersedia taat kepada Tuhan tanpa kompromi meskipun menghadapi masa depan yang kelihatannya suram. Generasi Yeremia adalah pahlawan-pahlawan yang meletakkan rel rencana Allah untuk terjadi di atas bumi ini melalui kehidupan kita masing-masing.

Silakan share :