Renungan Khusus

 Minggu Pertama September 2019

 

Saudara-saudaraku yang kekasih kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” 1 Yohanes 3:2-3

Pengharapan Eskatologis Adalah Bagian Dari Penyempurnaan Gereja-Nya

 

“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah,

tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu,

bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia,

sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.

Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya,

menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.”

1 Yohanes 3:2-3

 

 Allah adalah raja. Di dalam kalimat ini terdapat pengharapan bahwa di akhir zaman Ia akan membawa kerajaan-Nya turun dari sorga dan mendirikannya di atas bumi. Pengharapan ini dipercayai oleh orang-orang Yahudi terutama setelah periode kerajaan di mana umat Israel menjadi bulan-bulanan kekaisaran yang ada di sekitarnya yang jauh lebih besar daripada Israel.

Sebagai contoh, Mazmur 2:9 menubuatkan bahwa Mesias pada suatu hari akan memerintah bangsa-bangsa dengan gada besi. Wahyu 12:5; Wahyu 19:15 meneruskan gambaran ini dalam nubuatan di mana Yesus sang Mesias akan menjadi raja dan mengadili bangsa-bangsa dengan gada besi.

Di dalam kerajaan-Nya akan terjadi harmoni yang sempurna di antara semua ciptaan Allah; nabi Yesaya menggunakan bahasa ‘singa dan anak lembu akan makan rumput bersama-sama’ (Yesaya 11:6; Yesaya 65:25) dan seorang anak kecil akan menggiring mereka.

Nabi-nabi besar di dalam Perjanjian Lama banyak menulis mengenai pengharapan eskatologis, yaitu kerajaan Mesias di atas muka bumi ini di mana Israel akan dipulihkan kembali; bahkan melebihi dari masa keemasan Raja Daud.

 

Orang Kristen juga mewarisi pengharapan yang sama dengan orang Yahudi. Yesus di dalam pengajaran-Nya perlahan-lahan memasukkan pengertian ini kepada murid-murid-Nya. Di dalam Perjanjian Baru Ia mengajarkan mereka supaya berdoa: “Kerajaan-Mu datang, kehendak-Mu jadi di bumi seperti di sorga”.

Di dalam Matius 24 – 25,  yaitu perumpamaan mengenai akhir zaman, Tuhan Yesus seringkali mengambil gambaran bahwa Ialah sebenarnya Raja yang akan datang dan akan menghakimi semua orang dimulai dari hamba-hamba-Nya terlebih dahulu.

Ada beberapa fitur utama di dalam pengharapan mengenai kerajaan Mesianik yang dipercayai baik oleh orang Yahudi dan orang Kristen, yaitu:

 

  1. Kerajaan Ini Adalah Kerajaan Yang Nyata

Ini bukan isu yang sifatnya alegoris Pembuktian yang paling nyata akan hal ini ialah bahwa kita diundang untuk berharap masuk ke dalam-Nya.

Di dalam Yohanes 11:24 Marta menyatakan imannya, bahwa saudaranya Lazarus akan dibangkitkan pada hari terakhir. Implikasi dari pernyataan itu adalah Lazarus akan dibangkitkan kembali dan mengambil bagian dari kerajaan yang akan datang. Jika kerajaan itu hanya sebuah alegori seperti yang dipercayai oleh kaum amillennialism maka ‘zaman kerajaan’ adalah zaman ini/zaman gereja, tidak usah lagi berharap akan datangnya kembali suatu kerajaan yang real. Jadi buat apa kita berharap akan kebangkitan orang mati untuk masuk ke dalam ‘kerajaan yang nyata’?  Pernyataan Yesus akan menjadi tidak masuk akal.

 

  1. Yesus Akan Menjadi Raja Di Dalam Kerajaan Itu

Setelah penciptaan manusia, Allah ‘beristirahat’ dari pekerjaan-Nya dalam mencipta. Hal ini bukan berarti Allah tidak bekerja sama sekali, tetapi tampaknya pemerintahan atas bumi ini di delegasikan kepada manusia.

 

Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia”  Mazmur 115:16

 

Secara tipologi Alkitab, zaman ini disebut ‘hari-hari  manusia (The days of man)’ di mana pemerintahan Allah sekalipun diwakili oleh manusia yang diurapi, seolah-olah Allah mundur di belakang layar, Ia hanya bekerja secara indirect dengan mengurapi orang pilihannya.

Tetapi di dalam ‘Hari Tuhan’, DIA sendiri akan menyatakan diri-Nya dan mengambil pemerintahan dari tangan manusia.

Di dalam hari manusia, manusia berperan sebagai ‘wakil Tuhan’ untuk mengatur dunia ini, tetapi di dalam hari Tuhan manusia bertindak sebagai “co-pilot” di mana Tuhan yang memerintah secara langsung, orang-orang pilihannya akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan.

 

  1. Kerajaan Allah Membawa Penghakiman

Hari Tuhan itu akan membawa penghukuman bagi dunia yang memberontak kepada-Nya, tetapi membawa berkat bagi hamba-hamba-Nya yang menantikan Dia.

 

Ada 27 kitab dalam Perjanjian Baru memuat doktrin mengenai pengharapan eskatologis ini. Semua rasul utama menempatkan doktrin ini menjadi salah satu pilar iman. Rasul Yohanes mengajarkan kepada kita bahwa memelihara pengharapan ini berarti menjaga diri kita tetap murni di hadapan Tuhan. Bagaimanakah pengharapan eskatologis dapat memurnikan kita?

 

  1. Pengharapan Eskatologis Adalah Pengharapan Tertinggi Gereja

Pengharapan itu akan mendorong kita untuk menaruh pengharapan tertinggi kita bukan kepada dunia ini tetapi kepada Yesus pada waktu pernyataan diri-Nya. (Ibrani 10:23, Kolose 3:24)

Dalam berbagai perumpamaan akhir zaman berkali-kali dijelaskan bahwa sang raja itu akan memberi upah kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan kesetiaan mereka. Bagi gereja mula-mula yang hidup dalam tekanan kekaisaran Romawi, agaklah sulit bagi para pemimpin gereja untuk mengharapkan upah secara lahiriah. Bukan berarti tidak ada kompensasi materi dan penghargaan sosial bagi seorang hamba Tuhan di abad pertama, tetapi apapun yang mereka nikmati akan mudah hilang di dalam musim penganiayaan berikutnya.

Pengharapan eskatologis terus menerus mengingatkan hamba-hamba Tuhan akan hari di mana Tuan yang empunya tuaian membawa upah bagi semua pelayanan yang kita lakukan demi nama-Nya.

 

  1. Pengharapan Eskatologis Membuat Gereja Bijak Dalam Bertindak

Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk aktif terlibat menjadi garam dan terang bagi dunia. Namun pada saat yang sama, Yesus juga mengajar bahwa Gereja tidak bisa menyelesaikan semua permasalahan di dunia ini sebelum Ia sendiri datang kembali.

Gereja akhir jaman dilukiskan dalam perumpamaan tentang talenta, mina dan pelayan yang baik ketika tuannya datang kembali. Namun seringkali kita lupa bahwa perumpamaan-perumpamaan itu, terutama di dalam kitab Matius, adalah dalam konteks kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.

Ketika sang tuan itu datang, dan ia menjadi sangat marah kepada hamba yang tidak melipatgandakan talentanya. Alasan pertama kemarahan sang tuan diakibatkan sikap yang salah dari sang hamba (jahat dan malas). Alasan kedua yang patut diperhatikan bahwa apa saja yang memiliki hidup pasti berkembang biak/berlipat ganda. Jika ada sesuatu yang tidak berlipat ganda/berkembang biak berarti kemungkinan besar hal itu tidak memiliki kehidupan. Di mata Yesus talenta yang adalah mata uang yang selalu dianggap sebagai ‘benda hidup’ karena di dalam cerita tentang membayar pajak kepada Kaisar, Yesus menjawab orang-orang Farisi ketika mereka bertanya; bolehkah membayar pajak kepada kaisar? Yesus menjawab dengan mengambil perumpamaan mata uang dirham (bahasa Yunani: Drakhma) yang memiliki muka kaisar di satu sisi. Semua koin yang beredar di dunia Romawi adalah milik kaisar karena koin tersebut dicetak atas namanya, dan atas persetujuan kaisarlah orang dapat melakukan kegiatan ekonomi di dalam kekaisaran Romawi.

Dengan prinsip yang sama Tuhan Yesus menyuruh manusia untuk mengembalikan apa yang menjadi milik Allah. Manusialah yang membawa gambar dan rupa Allah di dalam dirinya dan harus dikembalikan kepada Allah dalam bentuk talenta, sumber daya, waktu dan kesempatan.

 

  1. Pengharapan Eskatologis Menggairahkan Gereja

Hal ini karena kita tahu bahwa Tuhanlah yang pada akhirnya akan menghukum semua musuh-musuh kita.

 

Tubuh Kristus di atas muka bumi memiliki mandat yang jelas, yaitu terlibat di dalam peperangan rohani. Dengan jelas kita mengerti bahwa darah dan daging bukanlah musuh kita. Sejahat apapun seorang pribadi atau suatu tatanan institusi, penyebab kejahatan yang utama bukanlah mereka, tetapi roh jahat yang menguasai pribadi/institusi tersebut.

Salah satu keironisan terbesar dari mandat peperangan rohani ialah kita diberikan kuasa untuk menghancurkan pekerjaan iblis tetapi tidak diberikan mandat untuk menghancurkan si iblis. Karena itu kita menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, di mana Dia sendiri yang akan menghancurkan semua musuh-Nya dan menaklukkan mereka di bawah kaki-Nya. (1 Korintus 15:24-27)

 

Yesus mengajarkan kepada kita sebagai murid-Nya untuk tidak membenci siapapun dan tindakan ‘balas dendam’ tidak pernah menjadi perbendaharaan kata dalam kehidupan orang Kristen, bahkan sebaliknya kita berdoa supaya mereka diberikan kesempatan untuk bertobat dan mengenal kasih karunia Allah sehingga mereka tidak dihakimi pada hari kedatangan Tuhan. (AL)

 

‘Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.’   1 Tesalonika 5:23

Sumber : Warta Pusat HMMinistry

Silakan share :