Renungan Khusus

 Minggu Kelima Juni 2019

 

Ketika pencurahan Roh Kudus pertama kali terjadi kepada 120 murid-murid Tuhan Yesus di loteng atas di Yerusalem, terjadi peristiwa yang menggemparkan kota Yerusalem – Kisah 12:6

Melatih Diri Dalam Kebenaran

“Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”

1 Korintus 9:27

 

Ayat di atas adalah ayat yang sangat menarik untuk dipelajari sekaligus ayat penting untuk mengingatkan kita semua. Rasul Paulus adalah hamba Tuhan dengan segudang reputasi pelayanan. Ia:

  • menulis sebagian besar dari kitab Perjanjian Baru,
  • berkeliling dari satu kota ke kota lain,
  • mengajar pemimpin-pemimpin Jemaat,
  • menguatkan Jemaat,
  • memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus,
  • banyak menderita demi Injil

dan lain sebagainya.

Ia menyatakan betapa perlunya melatih tubuh dan menguasainya seluruhnya. Bahwa, sekalipun sudah melakukan segala pelayanan untuk Tuhan, ia tetap dapat ditolak juga.

Dua kata yang sangat menarik untuk kita semua pelajari dan sekaligus menjadi pengingat buat kita adalah kata ‘melatih’ tubuhku dan ‘menguasai’ seluruhnya. Sejenak kita lihat teks asli yang disampaikan oleh Rasul Paulus:

  • Kata ‘melatih’ dalam teks aslinya (Bahasa Yunani) digunakan kata HUPOPIAZO, yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan menjadi: to keep under/to conquer. Secara bebas diterjemahkan menaklukkan atau mengalahkan.
  • Kata ‘menguasai’ dalam teks aslinya digunakan kata DOULAGOGEO, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi bring it into subjection/to enslave. Secara bebas diterjemahkan memperhamba atau memperbudak.

 

Ketika Rasul Paulus menggunakan kalimat tersebut dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus, sebenarnya Rasul Paulus sedang mengajak kita semua bukan hanya berlatih seperti berlatih sekedarnya saja. Contohnya seperti seseorang yang secara sekilas saja berlatih bagaimana cara menyajikan suatu masakan, atau orang yang hanya mau tahu bagaimana cara menyanyi, atau seorang anak yang secara terpaksa berlatih mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tetapi Rasul Paulus sedang mengajak kita semua untuk punya keinginan, menaklukkan/mengalahkan tubuh (daging) dengan segala keinginannya, mengingatkan kita bahwa tubuh (daging) adalah hamba/budak, bukan tuan yang mengatur kehidupan kita.

Diri kita, tubuh kita, hidup kita harus dapat dikuasai/ditaklukkan untuk selalu tunduk dalam Kebenaran. Melatih diri untuk hidup dalam kebenaran memiliki arti bahwa kita harus mampu menguasai dan menaklukan diri kita sendiri untuk tetap hidup dalam Kebenaran. Pikiran, perasaan, keinginan, ucapan, tingkah laku kita harus dikendalikan supaya tunduk dalam kebenaran.

Paulus memberikan contoh bagaimana ia berkomitmen dalam hidup ini. Walaupun ia sangat berhasil dalam pelayanan – sebagai Rasul, sebagai Pengajar, sebagai Penulis Kitab, sebagai Penginjil, sebagai Pengkotbah –  namun ia  tetap mempunyai kesadaran, yaitu bahwa keberhasilan dalam pelayanan menjadi tidak berarti kalau tidak dapat menjaga hidup kita dengan cara menguasai (mengalahkan) tubuh atau daging. Ingat sekali lagi tubuh atau daging adalah hamba bukan tuan.

Dalam kitab Matius dan Markus, Yesus Kristus sendiri pernah mengatakan bahwa “roh memang penurut, tapi daging lemah.” Perkataan Yesus menyadarkan kita bahwa tubuh harus dikuasai — kita tidak boleh menuruti tubuh yang lemah,  sebaliknya tubuh tersebut harus dikuasai dan ditaklukkan supaya menjadi alat yang efektif untuk selalu tetap dalam kebenaran.

Keberhasilan dalam hal keseharian pun membutuhkan niat yang sungguh-sungguh kuat untuk mengalahkan keinginan tubuh ini. Sebagai contoh:

  • Seorang atlet yang berhasil adalah atlet yang punya kegigihan dalam berlatih, pagi-pagi benar ia sudah bangun dari tidurnya, mengalahkan keinginan tubuh yang maunya tetap terlelap di atas kasurnya, selama berjam-jam ia harus dengan gigih terus berlatih, bukan dalam hal berlatih saja, ia pun harus disiplin dalam menjaga apa yang ia makan dan minum — walaupun mungkin punya keinginan untuk mengkonsumsi makan dan minuman yang tidak sehat.
  • Seorang pelajar dapat lulus dengan nilai yang sangat memuaskan hanya jika ia dengan gigih belajar dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Hal tersebut dapat ia lakukan dengan tidak sedikit berkorban untuk tidak melakukan hal-hal yang sebetulnya ia sukai, seperti bermain bersama dengan teman, menonton acara kesukaan, dan lain sebagainya.

 

Jika dalam hal sehari-hari untuk mencapai keberhasilan saja dibutuhkan niat yang sungguh-sungguh dan kegigihan untuk mengalahkan kedagingan ini, apalagi untuk hidup dalam Kebenaran, dibutuhkan kesungguhan yang jauh lebih besar karena berakibat kepada keselamatan.

Beberapa bentuk praktis melatih diri untuk tetap dalam kebenaran adalah dengan tetap setia dan disiplin dalam melakukan hal-hal rohani yang di antaranya adalah membaca dan mempelajari Firman Tuhan, terlibat dalam Menara Doa, berkomitmen dalam Saat Teduh, setia dalam Pertemuan-pertemuan Ibadah bersama dengan Persekutuan dengan sesama anggota tubuh Kristus.

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”

Ibrani 10:25

Waktu kita sungguh-sungguh memperhatikan sekeliling kita, baik dari kejadian sehari-hari, dari berita yang kita baca dan dengar, kita mendapat sebuah kesimpulan bahwa memang kita hidup di saat-saat akhir di mana kita semua sedang menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Tetapi ironisnya, di tengah-tengah kesadaran bahwa hari Tuhan yang semakin mendekat, sebagian orang Kristen malah memiliki kebiasaan yang sangat berlawanan dengan komitmen awal sebagai pengikut Kristus. Mereka memilih untuk memiliki kebiasaan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, dengan berbagai macam alasan — kemalasan, keinginan daging, kesibukan, dan lain sebagainya. Sebenarnya waktu kita sadar dan mengakui bahwa hari Tuhan semakin mendekat, seharusnya kita semakin rajin bertemu, bersekutu, berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.

Tetaplah setia, tetaplah berkomitmen, tetaplah disiplin dalam membaca dan mempelajari Firman Tuhan, terlibat dalam Menara Doa, dalam Saat Teduh, juga dalam Pertemuan-pertemuan Ibadah bersama dengan Persekutuan dengan sesama anggota tubuh Kristus. Ingat Tuhan sudah memberikan kita tujuh hari seminggu, dua puluh empat jam dalam sehari; masakan kita tidak menggunakannya untuk membangun hidup tetap dalam kebenaran? (NS)

Silakan share :