Renungan Khusus
Minggu Kelima Maret 2019
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.”
Yohanes 14:16-17a
Jangan Membatasi Roh Kudus Berkarya Dalam Hidupmu
Pernahkah kita merasakan ketakutan dan kebimbangan saat mengetahui bahwa pribadi yang dikasihi dan mengasihi kita, yang selama ini senantiasa bersama-sama, mendidik, mengayomi, memberikan teladan akan segera pergi meninggalkan kita? Sedih, gelisah, takut, rasa tidak siap kehilangan, bingung, tentunya terasa berkecamuk dalam perasaan kita. Demikianlah kira-kira yang dirasakan oleh murid-murid Tuhan Yesus pada saat itu ketika Dia menyampaikan pesan perpisahan kepada murid-murid-Nya. Tentunya Tuhan Yesus mengetahui kegalauan hati mereka, hingga akhirnya Dia berjanji memberikan Penolong yang lain, seperti yang kita baca dalam ayat di atas.
Siapakah Penolong yang Tuhan Yesus janjikan? Yang jelas “Penolong yang lain” (Yun: allos parakletos) yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus bukanlah tokoh manusia lain yang datang setelah Yesus seperti klaim salah satu agama tertentu. Sebab dengan jelas dan tegas Yesus menyatakan bahwa Penolong itu adalah Roh Kebenaran, bukan manusia. Jika kita membaca Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) disebutkan: “Dia itu Roh Allah yang akan menyatakan kebenaran tentang Allah.” (Yoh 14:7a).
Penolong lain yang dimaksud oleh Tuhan Yesus adalah Roh Kudus, Dia adalah satu Pribadi. Ia eksis dan nyata, sekalipun tidak dapat diraba secara fisik. Sebagai satu pribadi, Roh Kudus mempunyai pengetahuan, kehendak, emosi dan kuasa. Ia adalah Allah itu sendiri, bagian dari Allah Tritunggal bersama dengan Allah Bapa dan Tuhan Yesus.
Eksposisi keberadaan Roh Kudus dalam Alkitab bukanlah baru dimunculkan dalam Perjanjian Baru, melainkan telah diekspos dalam Perjanjian Lama dengan menggunakan istilah Roh Allah atau Roh Tuhan. Roh Kudus telah ada sebelum segala sesuatu ada dan turut serta dalam peristiwa penciptaan alam semesta ini. (Kej 1:2; Mzm 104:30; Ayb 33:4)
Dia adalah Roh yang hinggap, memenuhi dan menguasai manusia yang telah dipilih dan ditetapkan TUHAN sebagai hakim-hakim, raja-raja, nabi-nabi, atau orang-orang tertentu yang dikhususkan untuk melakukan tugas tertentu seperti yang dilakukan oleh Bezaleel dan Aholiab. (Kel 31:1-11)
Dia juga adalah Roh yang dijanjikan dalam Yoel 2:28-29 dicurahkan ke atas semua manusia, kemudian digenapi dalam peristiwa Pentakosta Pertama di Yerusalem lebih dari 2000 tahun yang lalu, kemudian membesar pada Pentakosta Kedua di Azusa Street (1906), dan puncaknya pada masa sekarang ini yakni Pentakosta Ketiga yang dimulai dari Indonesia di SICC menyebar ke bangsa-bangsa sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
KARYA ROH KUDUS DALAM HIDUP KITA
- Memimpin dan menuntun
“Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus.
Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.”
Kis 13:1-3
“Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:” Kis 15:28
Dari dua peristiwa diatas, dapat kita pelajari bagaimana Roh Kudus memberikan instruksi, arahan mengenai hal-hal yang harus dilakukan atau diputuskan oleh para rasul terkait dengan pelayanan misi maupun pelayanan kepada jemaat. Roh Kudus memimpin dan menuntun kehidupan kita, Roh Kudus yang ada dalam hidup kita siap menuntun, memimpin, memberikan arahan dan langkah yang harus kita tempuh dalam perjalanan hidup kita agar selaras dengan kehendak TUHAN, jika kita mengijinkan dan memberi ruang bagi Dia untuk berkarya dalam hidup kita. Sangat penting bagi kita untuk melibatkan Roh Kudus, bukan hanya dalam mengambil keputusan atas hal-hal yang penting saja, bahkan yang sering kali kita anggap kurang penting dan kita pikir bisa kita putuskan sendiri pun kita harus menyertakan-Nya, agar kita tidak salah dalam melangkah.
- Sumber Kuasa
Sebelum terangkat ke Sorga, Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Kisah 1:8
Janji Tuhan ini, Dia genapi dan terjadi sesuai dengan perkataan-Nya. Setelah peristiwa Pentakosta Pertama, kita dapat membaca dalam kitab Kisah Para Rasul bagaimana murid-murid dipakai dengan kuasa Roh Kudus yang dahsyat, yang menyertai pelayanan dan pemberitaan injil mereka.
Orang buta melihat, lumpuh berjalan, mati dibangkitkan, segala kelemahan dan sakit penyakit disembuhkan dengan kuasa Roh Kudus. Bahkan ada seorang yang bernama Simon meminta agar ia dapat menerima kuasa itu, jikalau ia menumpangkan tangan atas seseorang, ia juga boleh menerima Roh Kudus, dengan iming-iming memberikan imbalan uang kepada Petrus dan Yohanes jika mereka mengimpartasikan kuasa tersebut kepadanya. (Kis 8:14-20)
- Menyatakan Kehadiran Yesus dalam Hidup Kita
“Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Yoh 14:23
Mereka yang benar-benar mengasihi Yesus dan sungguh-sungguh menaati perkataan-Nya akan mengalami kehadiran dan kasih yang langsung dari Bapa dan Anak. Bapa dan Anak datang kepada orang percaya melalui Roh Kudus.
Yesus menyatakan diri kepada orang percaya yang taat, melalui Roh Kudus yang menyatakan kehadiran Yesus didalam orang yang mengasihi Dia. (Yoh 14:21)
Roh Kudus menyadarkan kita betapa dekatnya Yesus dan realitas kasih, berkat, dan pertolongan-Nya dengan kita.
Kita perlu menyadari bahwa karya Roh Kudus itu tidak terbatas, oleh karena itu kita jangan membatasi karya Roh Kudus yang bekerja dalam hidup kita. Jika kita hanya memberikan ruang bagi Roh Kudus sebagai tempat kita bertanya dan sekedar meminta arahan dalam hidup atau pengambilan keputusan, sama saja kita menganggap Dia hanya seperti google assistant atau artificial intelligence (AI) lainnya yang ada dalam gadget kita di zaman now ini, yang kita gunakan untuk menambah kenyamanan dan mempermudah hidup kita.
Demikian juga seandainya kita hanya menjadikan Roh Kudus sebagai sumber kuasa yang kita gunakan dalam pelayanan untuk melakukan tanda heran dan mukjizat, terlebih sering kali tanpa sadar beberapa hamba Tuhan seakan-akan ‘menempatkan diri’ lebih tinggi dari Roh Kudus, dengan memerintahkan Roh Kudus untuk berbuat begini, berbuat begitu kepada jemaat dan mengambil semua kredit (baca: kemuliaan) hanya untuk menambah popularitas bagi dirinya sendiri saja. Dengan melakukan hal tersebut, mereka bukan hanya sedang membatasi Roh Kudus berkarya, tetapi juga tidak menghormati-Nya.
Biarlah tingkat pemahaman dan pengalaman kita terhadap Roh Kudus tidak berhenti sampai pada pengenalan akan Dia hanya sebagai Roh yang memimpin dan menuntun serta sumber kuasa dalam pelayanan kita saja, tetapi lebih dari itu, bagaimana Roh Kudus menyatakan kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup kita. Menyadari bahwa Yesus menyatakan kehadiran-Nya dan menghampiri kita melalui Roh Kudus, seharusnya membuat kita menanggapi dengan kasih, penyembahan, dan pengabdian kepada TUHAN.
Salah satu contohnya adalah teladan yang ditunjukkan oleh Polikarpus, seorang uskup di Smirna, murid dari Yohanes anak Zebedeus, murid Yesus yang oleh inspirasi Roh Kudus menulis injil Yohanes. Ketika Polikarpus ditangkap dan terancam hukuman mati dengan cara dibakar hidup-hidup kecuali dia mau menghujat Tuhan Yesus, justru dia mengucapkan pernyataan iman dan kesetiaannya kepada Tuhan Yesus:
“Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja [Kristus] yang telah menyelamatkanku?”
Ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana seseorang yang tidak membatasi karya Roh Kudus dalam hidupnya sekedar menuntun dan memimpin, sekedar sebagai sumber kuasa semata, melainkan menyatakan kehadiran Kristus dalam hidupnya. Bagaimana dengan kita? (DL)
Sumber : Warta Pusat HMMinistry