“bukan kuat bukan gagah, tapi roh-ku kata tuhan”

TAHUN AYIN TET (5779)

Dari tanggal 10 September 2018 – 29 September 2019 kalender Ibrani memasuki tahun 5779 dan mereka menyebutnya dengan Tahun Ayin Tet. Ayin Tet adalah 79 dan ‘Ayin’ (70) itu berbicara tentang sebuah mata, dan saya percaya itu adalah mata Tuhan. Kalau Saudara melihat Mazmur 33:18 dan Mazmur 32:8, maka dikatakan di sana, “Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya.” Ada berapa banyak di antara Saudara yang takut akan Tuhan dan yang berharap kepada kasih setia-Nya? Berarti mata Tuhan tertuju kepada kita.  

Mazmur 33:18 dan Mazmur 32:8, “Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya.

Shalom Saudara yang dikasihi Tuhan,

Saya baru pulang dari perjalanan yang cukup lama hampir 1 bulan yaitu ke Benua Asia, Eropa lalu ke Amerika. Tetapi saya tahu ini ada sesuatu yang luar biasa. Apa pesan Tuhan buat kita hari ini?

 

Tuhan mau menuntun kita, menasehati, dan mengajar kita. Saudara mau diajar Tuhan? Saudara mau dinasehati oleh Tuhan? Saudara mau dituntun jalan mana yang harus kita tempuh? Saudara, ini hanya bisa kita tangkap kalau mata kita tertuju kepada Dia. Kalau mata kita tidak tertuju kepada Dia, saya kuatir Saudara akan salah nanti. Sebab kadang-kadang Tuhan mengajar, menuntun, menasehati itu tidak dengan suara yang selalu lembut, terkadang keras. Dan yang digunakan mengajar kita adalah manusia juga, mungkin itu pendeta, sahabat, suami, istri atau anak Saudara. Kalau mata kita tidak tertuju kepada Dia, kita bisa salah! “Ngapain luh, ngomong seperti itu?”, jadi meledak-ledak dan akhirnya menjadi tidak baik. Tetapi hari ini saya mau berkata kepada Saudara, mari mata kita selalu tertuju kepada Dia. Ada berapa banyak yang mau berkata, “Tuhan, saya mau mata saya tertuju kepada-Mu.”

Saudara, Tuhan akan menasehati, menuntun dan mengajar kita melalui pengertian ‘Tet’ atau angka 9 tadi. Huruf ‘Tet’ itu digambarkan sebagai sebuah bejana tanah liat untuk menyimpan sesuatu yang baik. Dan biasanya dipakai untuk menyimpan benih. Kata ‘baik’ yang terdapat dalam Kejadian 1:4, “…terang itu baik…” baik di sini adalah huruf ‘Tet’ dan ini adalah pertama disebutkan dalam Perjanjian Lama.

Yohanes 8:12, “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Ayat ini mengatakan bahwa Yesus adalah terang dunia, jadi Tuhan Yesus itu baik.

Saudara, saya tidak tahu keadaan Saudara bagaimana, tetapi saya ingin katakan sesuatu kepada Saudara, apa pun yang terjadi dalam hidup Saudara, apa pun masalah yang Saudara hadapi hari-hari ini, ketahuilah bahwa Tuhan Yesus itu baik, Dia sangat mengasihi Saudara.

Kalau kita membaca dari 2 Korintus 4:7, “Tetapi harta ini kami punya dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”

 

mata tuhan tertuju pada kita

Dikatakan di situ bahwa ‘tubuh kita’ adalah bejana tanah liat, pada saat kita percaya kepada Tuhan Yesus, maka Roh Kudus yaitu Roh Tuhan Yesus akan masuk ke dalam kita, sesuatu yang baik ada di dalam kita. Kita harus sadar bahwa kita ini adalah bejana tanah liat yang rapuh, mudah pecah, mudah rusak, tetapi karena Roh Kudus ada di dalam kita, kita menjadi ciptaan baru. Yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang!

Kita harus sungguh-sungguh menjaga Roh Kudus yang ada di dalam kita. Jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus apalagi menghujat Roh Kudus. Tetapi saya percaya jemaat di tempat ini akan selalu menyenangkan hati Roh Kudus yang ada di dalam kita. Amin!

Kalau kita membaca dari 2 Korintus 3:17 di situ dikatakan, “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.” Ada berapa banyak yang percaya bahwa Roh Kudus ada di dalam kita? Berarti kita adalah orang yang merdeka. Merdeka terhadap apa? Terhadap dosa, kuasa Iblis, daya tarik dunia dan perbuatan daging. Kita merdeka, artinya KITA ADALAH PEMENANG!

Dalam Wahyu 2 dan 3, tertulis pesan-pesan Tuhan Yesus kepada 7 sidang jemaat. Sebenarnya Tuhan Yesus bukan hanya berbicara kepada 7 sidang jemaat yang dulu saja, tetapi “7 sidang jemaat” ini juga berbicara tentang gereja sepanjang masa, termasuk gereja pada masa kini, yaitu untuk Saudara dan saya. Di situ selalu dikatakan, “Barangsiapa bertelinga hendaklah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh Kudus kepada mereka…” lalu kemudian diikuti dengan, “Barangsiapa menang…”, artinya hanya pemenang yang masuk Sorga.

PASUKAN GIDEON

Seleksi Tuhan Atas Pasukan 300 Gideon
PASUKAN GIDEON

Kalau kita melihat kisah dari Gideon di Alkitab, dimana Gideon dipakai oleh Tuhan untuk memerdekakan orang-orang Israel dari penjajahan Bangsa Midian yang sudah menjajah mereka selama 7 tahun. Tuhan berkata kepada Gideon, “Kamu kumpulkan orang-orang Israel, nanti Aku akan pilihkan kepada kamu mereka, para pemenang yang akan melawan orang-orang Midian.”

Saudara, ada 32.000 orang Israel berkumpul kemudian Gideon disuruh berkata begini, “Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead.” Apa yang terjadi? Ternyata ‘hanya’ 22.000 orang yang pulang! Mengapa? Karena mereka takut berperang! Sekarang tinggal 10.000 orang yang berani untuk berperang dan mereka tahu bahwa mereka sekarang masuk dalam masa peperangan. Ini sebetulnya adalah gambaran daripada orang Kristen. Katakan 32.000 itu adalah orang Kristen semua, tetapi hanya 10.000 yang mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen adalah hidup dalam peperangan secara rohani setiap hari. Apakah Saudara berani menghadapi itu? Kalau Saudara berani berarti Saudara masuk dalam 10.000 tadi.

Saudara, saya berdoa tidak ada seorang pun di tempat ini yang termasuk yang 22.000. Sebab mereka itu adalah orang-orang yang takut, “Waduh, masuk peperangan rohani?” Mungkin mereka tidak mengerti bahwa sebetulnya menjadi orang Kristen itu adalah hidup dalam peperangan secara rohani setiap hari, setiap saat dan kita harus menjadi pemenang!  

Tetapi ini belum selesai dan Tuhan melihat bahwa itu masih terlalu banyak. Tuhan berkata kepada Gideon, “Kamu test lagi yang 10.000, nanti Aku beritahu caranya yang mana yang dipilih.” 

Di situ ada sungai dan mereka semua disuruh minum, “Suruh mereka minum dan nanti kamu perhatikan, yang minum dengan mata yang selalu melihat ke air dan yang minum dengan cara mencedok air di tangannya lalu menjilat seperti anjing.”

Ternyata yang minum seperti anjing ini, yang matanya tidak selalu tertuju kepada air tadi hanya ada 300! Dan Tuhan berkata, “Yang 300 ini yang akan menyertai kamu untuk berperang!” Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa yang lain tidak dipilih? Sebab cara minum mereka, matanya selalu tertuju kepada air dan air ini berbicara tentang berkat. Saudara, saya berdoa agar Saudara jangan selalu melihat kepada berkat saja. Saudara mau diberkati Tuhan? Jangan kuatir, Saudara pasti diberkati! Ada orang yang tujuan hidupnya hanya mencari berkat, itu seperti orang yang termasuk dalam 9.700 tadi. Jangan seperti itu!

Saya diingatkan oleh perumpamaan Tuhan Yesus mengenai seorang penabur. Ada seorang penabur yang menabur benih di tanah yang banyak semak durinya. Benih itu tumbuh tetapi tidak normal, mengapa? Karena terjepit oleh semak duri tadi sehingga lama-kelamaan dia tidak bisa berbuah dan akhirnya mati. Tuhan Yesus berkata bahwa ini adalah gambaran daripada orang Kristen yang sebetulnya sudah tumbuh, artinya termasuk yang 10.000 ini. Tetapi karena terjepit oleh kekuatiran, daya tarik dunia, tipu daya kekayaan, kenikmatan hidup dan kepada berkat terus, akhirnya tidak berbuah. Hati-hati! “Akulah pokok anggur yang benar dan kamulah ranting-rantingnya. Setiap ranting yang tidak berbuah, dipotong…” (Yohanes 15:1). Saya berdoa tidak ada seorang pun yang dipotong di sini. Amin!

Firman Tuhan berkata, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.” (Roma 14:17-18).

Berkat-Mu yang telah kuterima, sempat membuatku terpesona

EMPOWERED 21 DI SICC

  1. Hatinya selalu tertuju kepada Tuhan dan bukan pada berkat-Nya

Saudara, lihat cara minum yang 300 orang tadi? Mereka melakukannya dengan mencedok air di tangannya. Mereka melihat ke airnya juga tetapi tidak terus-menerus ke air itu dan mereka minum sedikit demi sedikit seperti anjing menjilat, namun matanya terus melihat ke depan bukan selalu ke airnya (berkat). Saudara, saya pernah ditanya tentang lagu ini:

“Berkat-Mu yang telah kuterima, sempat membuatku terpesona. Apa yang tak pernah kupikirkan, itu yang Kau sediakan bagiku….”

Banyak orang bertanya, “Kenapa hanya sempat? Kan seharusnya selalu?” Saya katakan bahwa saya tidak melihat berkat itu terus atau hati saya pada berkat, tetapi hati saya hanya pada Sang Pemberi berkat. Saya hanya sempat saja terpesona, “Tuhan, terima kasih…”. Jangan kuatir, kalau Saudara sungguh-sungguh dengan Tuhan maka berkat itu akan mengikuti, tetapi kalau Saudara mengejar berkat maka berkatnya akan lari. Kalau Tuhan Yesus yang Saudara kejar maka berkat-Nya akan mengikuti Saudara.

  1. Setia kepada Tuhan seperti seekor anjing kepada tuannya

Dikatakan tadi bahwa mereka yang dipilih itu cara minumnya seperti anjing dan anjing adalah hewan yang sangat setia kepada tuannya. Saudara yang dikasihi Tuhan, ada ordo di Khatolik yang bernama Ordo Dominican, yaitu sebuah ordo misi di Katolik. ‘Domini’ itu artinya Tuan (Lord) dan ‘canis’ itu artinya anjing. Jadi mereka menyebut dirinya, “anjing-anjing-Nya Tuhan.” Kalau Saudara punya anjing, Saudara pasti tahu betapa setianya anjing itu kepada tuannya. Apa yang tuannya katakan, dia pasti ikut. Hanya orang-orang yang seperti ini yang akan dipilih.

Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika saya berulang tahun yang ke-69, saya diberi hadiah 3 ekor anjing! Dulu Saya pernah punya anjing yang diberi nama Panda hingga umur 17 tahun, baru ia mati. Yang paling dia kasihi itu istri saya, Ibu Hermin. Kalau dia melihat Ibu Hermin itu sungguh luar biasa, dia pandang terus, pandang tak jemu. Kalau Ibu Hermin sedang sakit dan tidak bisa turun dari tempat tidur, dia selalu ada di bawahnya dan sebentar-sebentar dia melongok ke atas ranjang dan begitu dia sudah melihat Ibu Hermin, dia tidur kembali. Sehingga pada waktu anjing itu mati, Ibu Hermin sangat terpukul dan dia berkata, “Sudahlah, tidak mau pelihara anjing lagi.”

Tetapi saya ini senang anjing dan dari dulu saya terpikir untuk mempunyai anjing Golden Retriever, tetapi setiap kali saya mau bicara itu selalu ditolak. Sampai akhirnya ulang tahun saya ke-69 tiba-tiba ada seorang datang pada saya, “Om, saya mau kasih hadiah buat om.” “Oh ya, puji Tuhan. Apa itu?” “Anjing.” “Oh, anjing apa jenisnya?” “Golden Retriever.” “Apa jenis kelaminnya?” “Jantan.” “Wah, mau!”, tetapi “mau” nya ini masih pergumulan berat. Lalu beberapa hari kemudian ada orang datang lagi dan kali ini membawa anjing ‘Teckel’.

Selesai diterima lalu beberapa hari kemudian datang lagi orang membawa Golden Retriever betina yang lahirnya tanggal 4 September; tepat tanggal ulang tahun daripada Gereja ini! Saudara yang dikasihi Tuhan, terus terang pada waktu itu saya terus berpikir, “Kenapa ya Tuhan? Ini ada apa ya,Tuhan?”

 

 

ciri-ciri orang pilihan tuhan

 Saya belum menangkap, tetapi ternyata Tuhan mau berbicara ini, “Itu kamu….”, saya langsung mengerti dan ingat anjing-anjing-Nya Tuhan. Saya berkata, “Tuhan, saya ini anjing-Nya Tuhan”, artinya apa? Hamba Tuhan!

Orang Kristen paling senang kalau berkata, “Saya mempelai Kristus, sahabat Kristus, teman sekerja Allah, prajurit atau anak Tuhan…”, tetapi jangan lupa, kita adalah hamba. Kita tidak mungkin jadi mempelai kalau tidak menjadi hamba. Hamba itu adalah orang yang taat, yang sungguh-sungguh dengan Tuhan dan apa yang Dia katakan akan kita lakukan. Itu namanya anjing-Nya Tuhan! Saya selalu berkata, “Tuhan, saya ini anjing-Nya Tuhan.”

Saudara, mengapa Tuhan mau kita menjadi hamba? Karena Tuhan Yesus sendiri pernah menjadi hamba. Mari saya ajak Saudara membaca Filipi 2:5 -11, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

Ada 300 orang yang telah dipilih oleh Tuhan dan mereka diberikan senjata. Mereka akan berperang, sekali lagi ada berapa banyak yang tahu bahwa kita setiap hari dalam peperangan secara rohani? Ada 3 senjata yang Tuhan berikan kepada mereka, yaitu: sangkakala di tangan kanan dan di tangan kirinya memegang buyung atau bejana tanah liat yang di dalamnya ada obor. Bagaimana caranya? Tuhan memberitahu, “Nanti setelah kamu berhadapan dengan musuh, pecahkan bejana tanah liat ini, obornya akan nampak dan tiuplah sangkakala!” Apa yang terjadi? Tentara-tentara Midian yang gagah perkasa itu menjadi kacau-balau, mereka saling membunuh satu sama lain. Akhirnya mereka lari dan orang Israel keluar sebagai pemenang! Tuhan sudah memberikan senjata kepada kita, apalagi memasuki Pentakosta Ketiga ini.

senjata yang tuhan berikan

Senjata yang Tuhan berikan, yaitu:

  1. Sangkakala

Yaitu doa, pujian dan penyembahan dalam unity siang dan malam. Itu adalah Restorasi Pondok Daud.

  1. Buyung atau bejana tanah liat

Supaya tiupan sangkakala itu efektif, maka Tuhan menyuruh buyung yang adalah bejana tanah liat tadi dipecahkan.

  1. Obor

Buyung dipecahkan sehingga muncullah obor, yaitu terang yang berbicara terang Kristus.

 

Bejana tanah liat berbicara tentang kita. Supaya pujian dan penyembahan kita efektif, bejana tanah liat ini perlu dipecahkan, perlu diremukkan supaya obor tadi atau terang Kristus yang nampak. Bukan aku yang nampak, tetapi Dia. Aku harus semakin kecil, tetapi Dia harus semakin besar. Amin!

Saya mau bertanya, apakah Saudara siap untuk dipecahkan? Ini adalah pertanyaan yang paling berat, tetapi kita harus siap diproses oleh Tuhan. Sebab orang yang berkata, “Saya mau menjadi seperti Tuhan Yesus”, pasti akan mengalami ini, suka atau tidak suka. Sebab kita sudah dipilih dan ditentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan gambar-Nya. Dan inilah prosesnya, yaitu dipecahkan! Saudara yang dikasihi Tuhan, kita harus mengerti akan hal ini.

Jadi, menjadi orang Kristen adalah seperti itu, tidak mudah berbicara seperti ini, “Pokoknya percaya kepada Tuhan, seenak-enaknya berbuat apa saja….saya pasti masuk Sorga…”. Siapa bilang? Tidak ada! Alkitab tidak pernah berkata seperti itu. Jadi orang Kristen adalah masuk peperangan secara rohani setiap hari, setiap saat untuk jadi pemenang. Amin!

Kalau saya ingat pengalaman saya dalam pelayanan ini, Tuhan itu berkali-kali dan begitu sering memecahkan bejana tanah liat ini. Saya ‘dipecahkan’ dan ‘diremukkan’, supaya apa? Sekali lagi, “Supaya bukan ‘aku’ lagi tetapi Roh-Ku”, kata Tuhan. Bukan aku yang nampak, tetapi Dia. “Bukan kuat, bukan gagah, tapi Roh-Ku”, kata Tuhan. Saya tidak tahu ada gunung apa di depan Saudara. Gunung tinggi? Jangan kuatir, itu pasti bisa diratakan, tetapi oleh Tuhan dan bukan kita!

Saya ingat pada waktu Tuhan memilih saya menjadi alat untuk Restorasi Pondok Daud, salah satu yang Tuhan berikan kepada saya adalah saya diberikan lagu-lagu dan kemudian saya disuruh merekam lagu-lagu itu. Saya ingat pada waktu merekam lagu-lagu di volume pertama yang berjudul “Darah Yesus”, saya mempunyai produser yang menyewa studio rekaman, dan sebagainya. Setelah siap semuanya dan hari-nya sudah ditentukan, persis hari-nya itu saya sakit flu berat. “Waduh, bagaimana ini?…tapi harus terus jalan”. Itu adalah pergumulan besar buat saya, “Bagaimana ini mau nyanyi? Mau nyanyi bagaimana, ini suaranya tidak keluar!” Saudara, saya harus ke studio dan disuruh mencoba, “Ayo coba saja, Pak…”. Akhirnya dengan susah payah, saya dengan suara ‘gerok’ yang tidak karuan saya menyanyi. 

 

 

Begitu selesai menyanyi, tenggorokan saya sudah sakit dan saya langsung diberi minum, “Ini Pak, minum air asem ini…”.  Lama-lama saya jadi kembung karena diberi minum air asem dan masih terus menyanyi. Akhirnya selesai jugalah lagu-lagu itu direkam.

Kemudian pada waktu mau launching daripada kaset tersebut, saya diundang oleh produsernya dan saya diminta untuk mendoakan. Lalu dia berkata, “Pak Niko mau mendengarkan tidak sekarang?”  “Oh tidak…tidak…”, saya sudah tahu pasti tidak karu-karuan dan saya tidak mau mendengarkannya. Jadi saya biarkan saja itu, tetapi sekitar 3 bulan kemudian tiba-tiba di luar itu ramai, “Wah, kasetnya Pak Niko itu yang berjudul “Darah Yesus” banyak membuat orang bertobat! Banyak membuat orang menjadi sembuh!”. Hal itu sampai ke saya, “Itu benar ya?” “Oh benar, Pak.” “Coba, saya mau dengarkan.” Begitu saya mendengarnya, ternyata benar, suaranya tidak karu-karuan. Saudara, karena tidak karu-karuan itu kuasa Tuhan yang nampak, bukan saya! Memang ini tidak mudah karena semua orang ingin sempurna, tetapi dalam pelayanan saya, saya sudah mengerti. Kadang-kadang ketika semua rencana sudah rapi, tiba-tiba ‘dihancurkan’ sehingga bukan kekuatan kita tetapi Roh-Ku, kata Tuhan! Bukan aku yang nampak, tetapi Dia!

Saudara, saya ingat pada waktu soal Pentakosta Ketiga yang sekarang sudah merambah ke dunia dimana sekarang sudah mulai bergerak di Amerika, di Church of God. Api itu mulai menyebar di sana! Saya ingat pada waktu awal-awalnya Tuhan mau mengatakan kepada saya tentang Pentakosta Ketiga, saya sebelumnya harus ‘dipecahkan’ terlebih dahulu. Saya diproses selama 6 bulan seperti burung rajawali yang dicabuti bulunya. Setelah itu apa yang terjadi?  Saya ingat 2 hari sebelum Empowered 21 di SICC Tuhan berkata, “Selama ini yang Aku katakan pencurahan Roh Kudus, itu adalah Pentakosta yang Ketiga!”

Saudara, saya perkatakan itu dan akhirnya seperti Saudara tahu pada tanggal 17 – 20 Juli yang lalu di SICC Tuhan menyuruh saya mengumpulkan bangsa-bangsa. Ada 45 bangsa yang berkumpul dan Tuhan berkata, “Aku akan mencurahkan Api Pentakosta Ketiga!” Dan mereka memang semua mendapatkannya, tetapi tahukah Saudara apa yang terjadi? Sebelum tanggal 17 Juli, yaitu pada tanggal 15 Juli selesai saya berkhotbah di JCC dan setelah makan siang tiba-tiba suara saya menjadi hilang! Makin lama makin hilang dan saya berpikir, “Waduh, ini hari Minggu, bagaimana Selasa ini sudah mulai? Besok Senin saya harus bertemu dengan semua pembicara dari luar negeri, bagaimana ini suara saya habis?!” Terus terang saya agak panik meskipun saya sudah berkali-kali mengalami hal yang seperti itu, tetapi kali ini saya benar-benar panik. Keesokan harinya saya bertemu dengan Ps. Cindy Jacob, Ps. Billy Wilson dan semua yang berkumpul, ketika saya bicara, “Ahh…ahh…”, mereka berkata, “Hahh! Apa yang terjadi dengan suaramu? Oh No!…Oh No!…”, semua berkata seperti itu. Saya bilang, “Nanti pada saatnya akan keluar.” Mereka semua menyambut, “Pasti, amin…amin…!”, tetapi saya sendiri berkata dalam hati, “Waduh, bagaimana ya?” Apa yang terjadi? Besoknya ketika saya mulai bicara, tiba-tiba suara itu keluar dengan normal! Dan saya tahu, sampai sekarang saya tahu bahwa bukan kuat, bukan gagahnya Niko, tapi Dia! Dia! Dia! Ini yang Tuhan rindukan dari setiap kita bukan hanya saya.

Memang itu tidak mudah, sebab kita sebagai manusia tidak mau yang seperti ini. Tetapi kalau Saudara mau naik tingkat dan akhirnya serupa dengan gambar-Nya, mau tidak mau Saudara harus melalui ini. Amin!

Khotbah Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo JCC, 7 Oktober 2018

Silakan share :