Renungan Khusus
Minggu Pertama September 2018
“Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
– Kisah Para Rasul 2:4
Berdoa, Memuji dan Menyembah Dengan Bahasa Roh
Penggunaan bahasa roh di dalam doa, pujian dan penyembahan adalah yang kerap ditekankan oleh Gembala Sidang, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo dan menjadi hal yang normatif diterapkan di setiap ibadah di dalam keluarga besar GBI Jl. Jend Gatot Subroto, Jakarta. Hal ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, tetapi sudah menjadi ciri khas dari setiap Gereja yang dipenuhi Roh Kudus sejak lama, bahkan sejak Gereja pertama kali berdiri sebagaimana tercatat di kitab Kisah Para Rasul.
Berkata-kata atau berbahasa roh (atau dalam Yunani disebut ‘glossolalia’ atau ‘glossais lalo’) adalah tanda yang Tuhan berikan sebagai tanda awal yang menyertai baptisan Roh Kudus. Bahasa roh jugalah yang dipergunakan oleh para rasul sebagai tanda konfirmasi bahwa Roh Kudus ada pada diri seorang percaya.
“Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah.” (Kisah Para Rasul 10:45-46a)
“Ketika mereka mendengar hal itu, mereka membei diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.” (Kisah Para Rasul 19:5-6)
Kendatipun demikian, masih banyak orang yang mempertanyakan keabsahan penggunaan bahasa roh dalam ibadah. Ini bisa jadi timbul karena ketidakmengertian atau dipengaruhi suatu pemahaman yang sayangnya menyatakan bahwa berbahasa roh adalah sesat atau Gereja ini salah mengajarkan penggunaan bahasa roh kepada jemaat. Benarkah demikian? Jawabannya tegas: tidak! Gereja ini adalah gereja yang takut akan Tuhan dan karenanya selalu memberikan pengajaran yang Alkitabiah, yang dicerahkan pemahamannya oleh Roh Kudus.
Argumentasi yang kerap digunakan untuk menentang penggunaan bahasa roh dalam ibadah adalah dengan mengangkat ayat 1 Korintus 14:5-6, 13-17 yang sepertinya mewajibkan setiap bahasa roh harus diterjemahkan dan jika tidak maka tidak boleh beribadah dengan bahasa roh. Argumen ini diangkat karena melihat kenyataan bahwa di dalam ibadah apapun dalam Gereja ini ketika bahasa roh dikumandangkan, maka sepertinya tidak ada penerjemahan. Benarkah argumen ini? Mari kita lihat dan pelajari.
Bahasa Roh Adalah Karunia Roh Kudus Bagi Orang Percaya
1 Korintus 12:4-10 jelas menyatakan bahwa bahasa roh adalah karunia Roh Kudus. Seperti halnya karunia Roh Kudus yang lain, itu diberikan hanya kepada orang percaya, yaitu yang menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi satu-satunya dalam hidupnya. Keunikan dari bahasa roh adalah bahwa selain karunia Roh Kudus, itu juga adalah tanda awal yang menyertai baptisan Roh Kudus, seperti dipaparkan beberapa kali oleh rasul Lukas di dalam kitab Kisah Para Rasul. Sama dengan karunia Roh Kudus lainnya, bahasa roh pun memiliki tujuan atau fungsi ketika di karuniakan Roh Kudus kepada orang percaya, selain tanda awal baptisan Roh Kudus.
Bahasa Roh Yang Disertai Penerjemahan Adalah Untuk Membangun Jemaat
Konteks yang diangkat oleh 1 Korintus 14 yang sering digunakan sebagai keberatan untuk menggunakan bahasa roh dalam ibadah, sebenarnya tidaklah tepat. Jika bahasa roh digunakan untuk menyampaikan pesan kepada jemaat, atau untuk mendoakan seseorang, maka bahasa roh tersebut memang harus diterjemahkan, agar jemaat atau orang tersebut dapat menangkap pesan yang disampaikan.
Beberapa orang mungkin berkata bahwa penerjemahan seperti diatas tidak pernah terjadi di gereja kita. Faktanya adalah justru terjadi setiap saat. Perhatikanlah ketika para Hamba Tuhan/ Pelayan Jemaat sebelum mendoakan seseorang, mereka akan berbahasa roh terlebih dahulu barulah mendoakan seseorang dalam bahasa yang mereka mengerti. Pernahkah kita bertanya: bagaimana mereka bisa lancar berdoa dan yang didoakan tepat? Sebenarnya yang terjadi adalah bahwa bahasa roh tadi telah “diterjemahkan” ke dalam bahasa yang dimengerti, selain itu tentu sang Hamba Tuhan tersebut berbahasa roh untuk menguatkan imannya sendiri (1 Korintus 14:4).
Bahasa Roh Untuk Berdoa dan Berbicara Kepada Tuhan
Rasul Paulus mengajarkan bahwa siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh artinya sedang berkata-kata kepada Allah (1 Korintus 14:2). Dengan menunjukkan keteladannya, Paulus mengutarakan bahwa ia lebih banyak berdoa kepada Tuhan dengan bahasa roh (1 Korintus 14:18). Bahkan Paulus pun memuji dan menyembah Tuhan dengan bahasa roh! Perhatikanlah 1 Korintus 14:15 yang tertulis “… aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku …”. 1 Korintus 14 sedang membahas roh kita yang menyembah dalam bahasa roh. Dari pembahasan ini jelas bahwa mutlak boleh berdoa dengan bahasa roh, baik doa itu dilakukan secara pribadi maupun secara korporasi (bersama-sama).
Patut juga dicatat bahwa dari pengertian 1 Korintus 14 sendiri pun tidak ada larangan untuk menggunakan bahasa roh, sehingga dengan demikian menggunakan pasal ini untuk melarang penggunaan bahasa roh atau menyatakan penggunaan bahasa roh dalam ibadah adalah sesat, merupakan pendapat yang salah.
“Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh.“ (Kisah Para Rasul 14:39)
Kita harus banyak berdoa, memuji dan menyembah dalam roh; menggunakan bahasa roh. Kita harus melakukannya terlebih karena kita percaya bahwa inilah zaman akhir. Berdoa dalam Roh Kudus; yaitu dengan berbahasa roh, akan membuat kita kuat menghadapi kefasikan akhir zaman. Yudas memperingatkan akan hal ini:
“Sebab mereka telah mengatakan kepada kamu: “Menjelang akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup menuruti hawa kefasikan mereka. Mereka adalah pemecah belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup tanpa Roh Kudus. Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus. Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.”
(Yudas 18-21)
(CS)
Bahasa Roh Disangkal
Suatu pernyataan yang tegas ditulis dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan: “Sepanjang sejarah gereja, pada saat bahasa roh disangkal atau diabaikan, maka kebenaran dan pengalaman Pentakosta diputarbalikkan atau diabaikan sama sekali.” Jangan mengabaikan apa yang telah diungkapkan oleh Firman Tuhan: berdoalah, memuji dan menyembahlah dengan bahasa roh.