RENUNGAN KHUSUS
HIKMAT DUNIA VS HIKMAT ROHANI
Seringkali kita mendengar seseorang berkomentar bahwa si A adalah orang berhasil, sementara si B kurang berhasil. Apa sebenarnya ukuran sebuah keberhasilan? Biasanya orang mengukurnya dengan jumlah aset atau uang yang dimiliki. Sangat sedikit orang mengukur keberhasilan dengan ukuran bahagia atau tingkat kepuasan. Jika kekayaan dijadikan sebagai ukuran keberhasilan, maka orang yang punya lebih banyak dianggap lebih berhasil dibanding yang punya lebih sedikit.
Kita juga mendengar bagaimana orang “mengukur” keberhasilan sebuah gereja dilihat dari penampilan luar seperti bangunan, jumlah kehadiran dll. Mereka menilai keberhasilan semata-mata berdasarkan kekayaan material.
GAMBARAN SEKILAS MENGENAI JEMAAT LAODIKIA
Laodikia adalah sebuah kota besar, modern dan kaya pada pada masa itu. Ada banyak tempat penukaran mata uang, perusahaan kain wool dari domba dan juga pembuatan salep mata. Usaha-usaha tersebut membuat kota ini menjadi kota perdagangan yang berkembang, ekonomi masyarakat menjadi baik dan meningkat dengan semua usaha yang dilakukan, sehingga jemaatnya menjadi kaya.
Kitab Wahyu menulis, “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” (Why 3:17)
Mereka merasa tidak kekurangan apa-apa, akibatnya mereka tidak membutuhkan siapa-siapa untuk menolong mereka, termasuk Tuhan. Tuhan memiliki penilaiannya tersendiri terhadap jemaat Laodikia. Mereka disebut melarat, malang, miskin, buta dan telanjang. Jika Tuhan menilai demikian, maka penilaian itu pastilah tepat.
HIKMAT YANG DIPAKAI JEMAAT LAODIKIA
Ada berbagai hikmat yang dipakai orang pada umumnya. Yakobus 3:15 menuliskan bahwa ada beberapa macam hikmat:
– Hikmat yang datang dari atas,
– Hikmat dari dunia,
– Hikmat dari nafsu manusia,
– Hikmat dari setan-setan.
Masing-masing hikmat itu akan memberi nilai pada segala sesuatu yang ada, termasuk mengenai hidup yang berhasil. Orang yang memakai hikmat dunia, atau nafsu manusia, akan menilai keberhasilan dari sisi materi. Yang memiliki lebih banyak akan dianggap lebih berhasil daripada yang sedikit. Yang tidak punya materi, dianggap tidak berhasil. Hikmat tersebut akan membuat orang-orang akan semakin cinta uang, iri hati dan mementingkan diri sendiri.
Jemaat Laodikia mengalami pertumbuhan yang baik. Pada awalnya semuanya berjalan dalam Tuhan dan bergantung kepada Tuhan, tetapi ketika semua kebutuhan sudah tercukupi bahkan berkelimpahan, pergeseran pandangan dan motivasi bisa saja terjadi.
TEGURAN TERHADAP JEMAAT LAODIKIA
Kekayaan merupakan salah satu pemberian Tuhan kepada anak-anak-Nya. Kekayaan perlu dilihat dari hubungan dengan Tuhan, artinya hanya orang yang memakai hikmat rohani saja yang dapat mengerti tentang hal ini. Orang yang memakai hikmat dunia, akan memandang kekayaan sebagai imbalan kerja keras mereka. Kenyataannya semua orang perlu bekerja, namun sudut pandang yang berbeda akan menghasilkan pandangan yang berbeda. Tuhan menghendaki kita memakai hikmat yang dari atas atau hikmat rohani.
“Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”
Yak 3:17
Hikmat yang dari atas, menuntun orang dalam kebenaran sejati. Firman Tuhan menjadi pijakan dalam menghasilkan hikmat rohani tersebut.
Tuhan mengetahui segala sesuatu, termasuk apa yang terjadi di dalam jemaat. Tuhan mengatakan bahwa mereka tidak dingin dan tidak panas, karena mereka merasa kaya, padahal di mata Tuhan mereka “tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” Apa yang dipandang kaya secara manusia, ternyata miskin secara rohani. Namun pernyataan Tuhan tidaklah mungkin keliru.
Tuhan Yesus memberikan jalan pemulihan bagi mereka:
“maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. (Why 3:18)
Teguran Tuhan, pasti bertujuan agar gereja bertobat dan mengambil langkah yang benar. Tuhan menghendaki agar mereka tidak bergantung kepada apa yang mereka miliki, namun bergantung hanya kepada Tuhan yang memberikan segala sesuatu kepada mereka.
Hikmat sangat diperlukan dalam kehidupan kita. Menggunakan hikmat dunia, sepertinya tidak berbahaya, namun ternyata sangat berbahaya. Jemaat Laodikia menganggap semua yang mereka lakukan dan alami adalah baik-baik saja. Namun mereka dalam keadaan yang berbahaya, bahkan akan dimuntahkan, karena keliru memberikan penilaian.
Betapa pentingnya hikmat yang dari atas, hikmat rohani dari Tuhan bagi kehidupan setiap kita, sehingga kita dapat melakukan kehendak Tuhan, bukan kehendak kita sendiri. Amin.
(RD)