RENUNGAN KHUSUS

INDAHNYA DISIPLIN ROHANI

Latihlah dirimu beribadah1 Timotius 4:7b (TB)

Hendaklah kaulatih dirimu untuk kehidupan yang beribadat1 Timotius 4:7b (BIS)

Discipline yourself for the purpose of godliness1 Timothy 4:7b (NASB)

Hari-hari ini berkembang pengajaran yang menyebutkan bahwa untuk menjadi satu (union) dengan TUHAN, manusia tidak memerlukan usaha apapun juga (effortless spirituality). Kesatuan kita dengan TUHAN terjadi secara instan saat kita percaya kepada-Nya. Doa bisa dilakukan tanpa usaha, bahkan untuk hidup berserah pada TUHAN pun bisa dilakukan tanpa usaha. Kehidupan rohani kita di dalam TUHAN akan menjadi tanpa rintangan dan tanpa perlu upaya. Pandangan ini jelas salah. Sepanjang Alkitab, berulang kali kita diingatkan, ditegur, diperintahkan untuk menjauhi dosa dan semakin dekat dengan Allah. Ada bagian yang harus kita kerjakan; bukan effortless atau tanpa usaha.

Pembebasan Yang Seutuhnya

Rasul Paulus menulis kepada anak rohaninya, Titus, bahwa Yesus Kristus “telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan” (Titus 2:14). Tuhan Yesus menyelamatkan kita bukan saja hanya sekedar agar kita tidak masuk neraka ketika kita mati, melainkan juga untuk membebaskan kita dari semua perbuatan jahat kita. Tetapi pada kenyataannya, hal ini tidak langsung begitu saja terjadi pada orang percaya. Walaupun kita sudah mengalami kelahiran baru dan menerima keselamatan, tetapi kita masih tetap bisa berbuat dosa (1 Yohanes 1:10). Jadi pembebasan dari segala kejahatan itu tidak secara instan terjadi, tetapi harus berlangsung secara bertahap (progresif).

PROSES KESELAMATAN

“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.” – Titus 2:11-13

  1. Allah Menyelamatkan Kita (Justification)

“Kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia” (Titus 2:11). Ini berbicara mengenai kelahiran baru, di mana kita menerima pembenaran (Justification) yang diberikan kepada setiap orang yang percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya (Efesus2:8-9).

Orang yang sungguh-sungguh sudah menerima keselamatan dan mengalami kelahiran baru, akan memiliki Roh Kudus yang selalu tinggal di dalam hidupnya (Efesus 1:13-14). Kehadiran Roh Kudus akan membuat semua orang percaya memiliki rasa haus dan lapar yang baru, yang belum pernah mereka miliki sebelumnya, seperti kerinduan untuk membaca Alkitab, untuk berdoa, bersaksi, beribadah dsb. Mereka juga akan memiliki keinginan untuk hidup semakin hari semakin baik, semakin berkenan kepada Allah dan menjadi semakin sempurna di dalam Tuhan (Roma 12:2). Jadi, ketika seseorang sudah diselamatkan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menjaga agar hidupnya semakin kudus (Ibrani 12:14)

II. Allah Mendidik Kita (Sanctification)

Kemudian di dalam Titus 2:12, Paulus menjelaskan proses selanjutnya yang akan terjadi, yaitu proses pengudusan (Sanctification) di mana Allah “mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini”. Perhatikan kata-kata “Allah mendidik kita supaya kita…” Ini artinya ada hubungan sebab akibat antara didikan yang Allah lakukan dan dampaknya dalam hidup kita.

Dalam sebuah kegiatan pendidikan di dalamnya terdapat pengajaran dan pelatihan, yang semuanya berlangsung secara progresif. Semua bentuk pendidikan ini tidak bisa terjadi secara satu arah, misalnya hanya dari pihak yang mendidik atau hanya dari pihak yang dididik. Harus ada kerja sama dan timbal balik. Dalam proses pendidikan rohani memang Tuhanlah yang berinisiatif untuk mengajar dan melatih kita, tetapi respon kita harus memberikan diri kita untuk mau diajar dan dilatih. Dalam bahasa Latin, ‘disciplinae’, berarti “pendidikan untuk pengajaran dan pelatihan”. Paulus menyinggung hal ini di dalam suratnya kepada Timotius.

Hendaklah kaulatih dirimu untuk kehidupan yang beribadat. Latihan jasmani sedikit saja gunanya, tetapi latihan rohani berguna dalam segala hal, sebab mengandung janji untuk hidup pada masa kini dan masa yang akan datang. Hal itu benar dan patut diterima serta dipercayai sepenuhnya. Itulah sebabnya kita berjuang dan bekerja keras, sebab kita berharap sepenuhnya kepada Allah yang hidup; Ialah Penyelamat semua orang, terutama sekali orang-orang yang percaya. – 1 Timotius 4:7-10 (BIS).

Di dalam kehidupan jasmani, seseorang yang ingin berhasil dalam bidang apapun juga harus memiliki disiplin dalam kehidupan sehari-harinya. Baik itu seorang olahragawan, seniman, pengusaha, dll. Apalagi untuk menjadi berhasil dalam kehidupan rohani, karena bermanfaat tidak saja untuk kehidupan sekarang, tetapi juga untuk kekekalan (1 Timotius 4:8).

Quote:

Discipline is the heart of discipleship

dbd750322ff34007236ffd5e37af6df2

Disiplin bukanlah karakter atau sifat seseorang, tetapi tindakan praktis yang harus dilakukan secara jasmani (Roma 12:1). Walaupun hal-hal yang ingin kita hasilkan dari disiplin bersifat rohani, tetapi untuk meraihnya kita harus melakukan secara jasmani contoh: tekun bersaat teduh, masuk Menara Doa, memiliki kehidupan doa, pujian dan penyembahan, belajar firman, ber-COOL dan lain-lain. Hal ini ditekankan oleh Paulus dalam suratnya kepada Timotius; “Itulah sebabnya kita berjuang dan bekerja keras” (1 Timotius 4:10).

Tujuan Disiplin Rohani

Jika kita kembali kepada Titus 2:12 maka Paulus menyebutkan bahwa Allah mendidik kita agar pertama-tama kita “meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi”, artinya kita harus meninggalkan kejahatan kita. Lebih dari itu, Allah juga mendidik kita agar kita “hidup bijaksana (soberly), adil (rigtheously) dan beribadah (godly) di dalam dunia sekarang ini”, jadi bukan sekedar hidup tidak berdosa, tetapi hidup yang semakin rohani.

Quote:

Menjadi orang Kristen bukan sekedar berhenti berbuat jahat,

tetapi juga bertumbuh ke arah Kristus.


Jenis-Jenis Disiplin Rohani

Secara umum disiplin rohani dibagi menjadi dua kelompok, yaitu disiplin pengendalian diri untuk membebaskan diri kita dari dosa dan kedagingan dan disiplin pengembangan diri untuk mengarahkan diri kita kepada Yesus.

1. Disiplin Pengendalian Diri

Adalah ketika kita menahan diri kita dari keinginan atau kebutuhan kita agar kita dapat memiliki ruang dan waktu untuk memusatkan perhatian kita kepada Tuhan. Contohnya antara lain; berpuasa (fasting), berdiam diri (sabbatical), merendahkan diri (secrecy) dan menundukkan diri (submission).

2. Disiplin Pengembangan Diri

Adalah ketika kita membangun persekutuan dengan Allah dan sesama di dalam kasih. Contohnya antara lain; mempelajari dan merenungkan Alkitab dengan teratur, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, persekutuan dengan sesama orang percaya, perenungan dan pelayanan.

Ada yang menganggap bahwa melakukan disiplin rohani sama dengan legalisme, dimana orang percaya dibebani dengan kewajiban mentaati aturan-aturan. Justru sebaliknya, seseorang yang memiliki disiplin rohani dalam hidupnya akan menemukan kemerdekaan atas keduniawian, kemenangan atas dosa, damai sejahtera dalam kekudusan dan sukacita atas perkenanan Allah.

III. Allah Memuliakan Kita (Glorification)

Rasul Paulus menulis kepada Titus tentang bagian terakhir dari proses keselamatan orang percaya dalam ayat 13, yaitu bahwa kita melakukan disiplin rohani “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (Titus 2:13)

Ada saatnya semua orang yang setia di dalam Kristus harus menghadap Tahta Pengadilan Kristus. Pada saat itu setiap orang harus mempertanggungjawabkan setiap hal yang telah dilakukannya sebagai orang percaya. Tujuannya bukan untuk menghukum kita melainkan kepada mereka yang tetap setia di dalam Kristus, Tuhan memberikan upah sesuai dengan kualitas dan motivasi pekerjaan kita selama di bumi (1 Korintus 3:11-15).

Segala jerih lelah dan usaha kita tidak akan sia-sia, semua diperhitungan oleh Tuhan. Upah yang kita terima, bukanlah sebagai sesuatu untuk kita banggakan, tetapi untuk kita persembahkan kembali kepada Tuhan (Wahyu

4:10-11). Pada akhirnya kita akan sadar, ketika semua pengharapan kita digenapi, kita menerima tubuh kemuliaan, menerima jiwa yang sempurna dan tinggal persekutuan yang kekal dengan Allah, semuanya bukan karena kita, tetapi karena Dia, Yesus, Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk menyelamatkan kita (Wahyu 5:12). Tentulah setiap kita ingin memberikan persembahan yang terbaik kepada Dia di sorga nanti, tetapi selama di dunialah kita mengumpulkannya. Inilah keindahan dari disiplin rohani. “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Roma 11:36.

Disiplin rohani bukanlah hal yang mudah untuk kita lakukan, tetapi harus dilakukan secara terus menerus. Seseorang yang memiliki disiplin rohani dalam hidupnya akan menemukan “Apa kehendak Allah di dalam hidupnya?”

Mengingkari disiplin rohani berarti hidup dengan mengabaikan hukum-hukum Allah. Hidup akan menjadi liar, tidak terkendali, dan tersesat dalam neraka yang kekal. (PT)

Sumber : Warta Pusat HMMinistry



Silakan share :