RENUNGAN KHUSUS

PERJALANAN MENUJU KEDEWASAAN ROHANI

Salah satu titik paling membahagiakan dalam kehidupan manusia adalah pada saat kelahiran seorang bayi. Saat itu, semua anggota keluarga bersukacita, teman-teman datang untuk melihat bayi yang baru lahir tersebut dan orang-orang memberikan ucapan selamat. Kelahiran seorang bayi adalah suatu peristiwa yang sangat istimewa sehingga layak untuk dirayakan.

Tetapi kelahiran bukanlah satu-satunya hal yang terjadi dalam hidup bayi tersebut. Kelahiran hanyalah awal dari suatu perjalanan yang sangat panjang dari kehidupan bayi tersebut untuk bertumbuh menjadi manusia yang dewasa, mandiri dan produktif.Bagi setiap manusia, hidup dan menjadi dewasa itu tidak terjadi secara instan, tetapi harus melalui sebuah proses.

Prinsip yang sama juga berlaku dalam kehidupan rohani kita. Pada saat pertama kali kita percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka kita mengalami kelahiran baru secara rohani (Yohanes 3:5-7). Namun tidak berarti kehidupan rohani kita pun selesai sampai di situ. Kelahiran baru merupakan titik awal dari sebuah perjalanan rohani menuju kesempurnaan.

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh (1 Tesalonika 5:23). Pada saat kita mengalami kelahiran baru, maka roh kita mengalami pemulihan. Ini yang disebut dengan Pembenaran (Justification), di mana Allah menyatakan kita “tidak bersalah” di hadapan-Nya, oleh karena apa yang sudah Tuhan Yesus lakukan di atas kayu salib; yaitu membebaskan kita dari semua hukuman dosa masa lalu.

Pada saat bersamaan, kita pun memasuki sebuah proses yang disebut dengan Pengudusan (Sanctification). Proses ini akan berlangsung seumur hidup, di mana kita diberi kemampuan untuk menang atas kuasa dosa.

Akhir dari perjalanan hidup kita adalah ketika kita menerima tubuh yang baru, yaitu tubuh kemuliaan dan bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus di Sorga (Filipi 3:20-21). Titik akhir perjalanan Ini disebut Pemuliaan (Glorification), di mana kita sungguh-sungguh dibebaskan dari kehadiran dosa.

Sanctification: Pengudusan dan Pendewasaan

Dalam Alkitab, proses ‘Sanctification’ atau pengudusan memiliki pengertian: dipisahkan dari dunia kepada Allah. Walaupun secara posisi kita sudah kudus; yaitu dibebaskan dari segala dosa oleh darah Kristus (Kisah Para Rasul 13:39), tetapi kita tahu bahwa kita masih bisa berdosa (1 Yohanes 1:10). Di sinilah diperlukan sebuah proses yang secara progresif semakin memisahkan kita dari perbuatan-perbuatan dosa. Bukan untuk sekedar tidak berdosa lagi, tetapi juga supaya semakin mendekati keserupaan dengan Kristus. Hal ini terjadi melalui ketaatan kepada firman Allah di dalam hidup kita. Inilah yang juga disebut ‘pertumbuhan’ (1 Petrus 3:18) atau ‘pendewasaan.’

Tuhan sudah memulai pekerjaan-Nya untuk membuat kita menjadi semakin serupa dengan Kristus, dan Ia tetap akan melanjutkan pekerjaan-Nya itu (Filipi 1:6). Pengudusan dan Pendewasaan adalah sesuatu yang harus sungguh-sungguh kita kejar sebagai orang percaya (1 Petrus 1:15, Ibrani 12:14). Sedemikian banyak pengajaran, nasihat, teguran, peringatan dicatat di dalam Alkitab yang memperlihatkan bahwa kita masih harus bergumul dengan dosa (Ibrani 12:4) dan harus berubah untuk menjadi dewasa. Bahkan hajaran yang kita alami dalam hidup ini merupakan bukti bahwa Tuhan mengasihi kita sebagai anak-anak-Nya (Ibrani 12:5-8).

Quotes:

Hidup kudus di hadapan Allah

membuat kita semakin dewasa di hadapan manusia

HIDUP INI PENUH DENGAN PILIHAN

Apa yang menjadi bagian kita dalam proses pendewasaan rohani?

1. Secara pasif: Kita percaya dan mengandalkan Tuhan yang akan menguduskan dan memampukan kita.

Kita berserah diri kepada Tuhan dan tunduk kepada Roh Kudus. Ketika kita menjadi orang percaya, Tuhan telah menyediakan semua yang kita perlukan agar kita bisa menjadi dewasa rohani. Rasul Petrus berkata: “Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.” (2 Petrus 1:3). Hanya Tuhanlah sumber kekuatan kita, dan semua pertumbuhan rohani adalah karena kasih karunia-Nya kepada kita.

2. Secara aktif: Kita memiliki tanggung jawab secara pribadi untuk membuat suatu pilihan. Kita:

Memilih untuk hidup menurut Roh, bukan menurut daging (Roma 8:13).

Memilih untuk mengejar kekudusan (Ibrani 12:14).

Memilih untuk menjauhi percabulan (1 Korintus 6:18).

Memilih untuk menyucikan diri

kita dari pencemaran jasmani maupun rohani (2 Korintus 7:1).

Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menambahkan kepada iman kita kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang ….. karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2 Petrus 1:10-11).

Apa yang terjadi jika kedua hal tersebut tidak seimbang?

Dalam kehidupan rohani orang Kristen yang sehat, kedua hal tersebut sangat penting; baik secara pasif maupun aktif. Jika kita hanya menekankan peran pasif, maka akan berakibat kepada kerohanian yang malas dan tidak mempedulikan disiplin rohani, dan pada akhirnya kita akan memiliki kerohanian yang tidak dewasa, kemunduran bahkan meninggalkan iman kita kepada Tuhan. Tetapi sebaliknya, jika terlalu menekankan kepada peran aktif dapat berakibat kepada legalisme (pandangan yang berkata bahwa hukum dan aturan adalah segalanya), kesombongan rohani, sikap merasa paling benar dan berakhir kepada kehidupan Kekristenan yang dingin dan tanpa sukacita.

SEBUAH PERJALANAN ROHANI

Proses pendewasaan rohani adalah sebuah perjalanan rohani untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Rasul Paulus mencatat bahwa proses tersebut akan berlangsung seumur hidup kita (Filipi 3:12-14). Rasul Paulus berkata bahwa ia pun belum sempurna, tetapi ia mengejar dan senantiasa mengarahkan dirinya kepada pengenalan akan Kristus. Kedewasaan rohani memerlukan perubahan prioritas hidup; dari menyenangkan diri sendiri menjadi menyenangkan Tuhan. Dari mengikuti keinginan daging menjadi mengikuti keinginan Roh. Kunci dari kedewasaan rohani adalah ketekunan dalam melakukan hal-hal yang kita tahu akan membuat kita lebih dekat kepada Tuhan. Ini yang disebut dengan disiplin rohani. Hal-hal yang termasuk di dalamnya antara lain membaca dan merenungkan Firman Tuhan, berdoa, memuji dan menyembah, mengambil bagian dalam persekutuan dan pelayanan.

Yang perlu diingat, tidak peduli berapa besar usaha kita dalam melakukan semuanya itu, tidak satupun dapat terlaksana tanpa campur tangan Roh Kudus yang ada di dalam kita. Dalam Galatia 5:25 Rasul Paulus menulis bahwa kita sudah menerima hidup yang baru oleh Roh (Justification), maka selanjutnya hidup kita yang baru itu hendaknya dipimpin oleh Roh (Sanctification). Hal ini artinya, kita mengambil langkah-langkah dalam perjalanan rohani dengan meminta pimpinan Roh Kudus. Pada saat kita semakin menundukkan diri kita kepada Roh Kudus, maka buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23) akan muncul dalam hidup kita. Inilah ciri dari kerohanian yang dewasa. (PT)

Quote:

Perjalan rohani adalah sebuah jalan yang penuh ujian, tantangan

tetapi juga berkat-berkat, dimulai di kayu salib dan berakhir di kota sorgawi

John Bunyan, Pilgrim’s Progress

“Kalau kita menolak proses pendewasaan oleh Roh Kudus

maka kita akan mengalami kemunduran rohani, yang pada akhirnya akan membahayakan status keselamatan kita.”

Silakan share :