Renungan Khusus
Minggu Keempat Juni 2019
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. Matius 6:14-15
PENGAMPUNAN
Di dalam Alkitab, pengampunan adalah salah satu hal yang utama yang sering dibahas. Di satu sisi ada pengampunan yang Tuhan berikan kepada manusia yang berdosa yang berkaitan dengan keselamatan, di sisi lain ada pengampunan yang seseorang berikan kepada orang lain. Keduanya memiliki hubungan sebab akibat yang sangat erat.
Yesus memperlihatkan hubungan antara keduanya ketika menjawab pertanyaan Petrus tentang berapa kali seseorang harus mengampuni (Mat 18:21-35). Yesus menjawab bahwa kita harus mengampuni seseorang setiap kali orang tersebut minta maaf (Lukas 17:3-4). Yesus kemudian melanjutkan dengan memberikan sebuah perumpamaan untuk menjelaskan sebuah hukum/ prinsip dalam Kerajaan Sorga mengenai pengampunan.
Prinsip Kerajaan Allah
Dalam perumpamaan tersebut ada seorang hamba yang berhutang sejumlah 10.000 talenta kepada seorang raja (Mat 18:23-24). Dalam kamus Alkitab LAI ‘talenta’ setara dengan 6.000 dinar, dan ‘dinar’ adalah upah yang diterima seseorang setelah bekerja selama 1 hari. Dengan kata lain, 1 talenta bernilai upah yang diterima seseorang yang bekerja selama 6.000 hari (atau sekitar 16.4 tahun). Hamba dalam perumpamaan Yesus berhutang sebanyak 10.000 talenta, artinya sejumlah upah orang yang bekerja selama lebih dari 164.000 tahun!
Kemudian diceritakan bahwa karena hamba ini tidak mungkin bisa melunaskan hutangnya, maka raja tersebut memerintahkan agar hamba ini dijual sebagai budak untuk membayar hutangnya (Mat 18:25). Namun hamba ini memohon agar raja bersabar karena ia akan berusaha untuk membayar hutangnya (ay 26). Tentunya hal ini mustahil bisa dilakukan oleh hamba tersebut, karena jika ia ingin membayar hutangnya maka ia harus bekerja. Setiap satu hari ia bekerja maka ia akan mendapat 1 dinar. Kita sudah melihat sebelumnya bahwa untuk melunasi hutang 10.000 talenta, maka ia harus bekerja selama lebih dari 164.000 tahun!
Karena sikap hamba ini yang berniat untuk membayar hutangnya, walaupun sebenarnya mustahil dapat dilakukan, raja tergerak oleh belas kasihan dan membebaskan serta menghapuskan hutang hamba ini (ay 27). Dalam hal ini kita perlu menyadari sebuah prinsip penting, yaitu jika seseorang berhutang, maka pihak lain dapat menghapuskan hutang orang tersebut dengan cara melunasi hutang tersebut sesuai dengan jumlahnya. Dengan kata lain, jika raja tersebut memutuskan untuk menghapuskan hutang hamba ini, maka raja tersebut harus melunasi hutang hamba tersebut sejumlah 10.000 talenta!
Di sini kita melihat bahwa Yesus sedang mengajarkan kepada kita sebuah prinsip Kerajaan Allah mengenai pengampunan. Dalam perumpamaan tersebut, hamba tersebut melambangkan manusia, dan raja tersebut melambangkan Allah, dan hutang melambangkan dosa yang dilakukan manusia.
Pengampunan Dari Allah
Dosa yang manusia lakukan terhadap Allah begitu besar dan mustahil bagi manusia untuk bisa berbuat apapun untuk membayar dosa-dosa mereka. Tetapi ketika manusia bertobat maka Allah akan mengampuni mereka dan menghapus segala dosa-dosa mereka. Namun perlu diingat bahwa Allah tidak sekedar memutuskan bahwa dosa manusia dihapuskan. Sebagai Allah yang Mahaadil, maka Allah harus melakukan pembayaran dosa atas nama manusia. Inilah yang Tuhan Yesus kerjakan dengan datang ke dunia sebagai manusia dan mati di kayu salib untuk membayar dosa-dosa manusia. Dengan cara inilah manusia menerima pengampunan dan keselamatan!
“Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib” – Kolose 2:13-14
Di kayu salib Tuhan Yesus sudah membayar lunas hutang dosa semua manusia. Dan setiap orang yang percaya dan bertobat akan menerima pengampunan dan keselamatan dari Allah. Namun perlu kita ingat bahwa ketika Tuhan Yesus menebus kita, maka sesungguhnya sekarang kita menjadi hamba Yesus, milik Yesus.
“Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.” 1 Korintus 7:23
“–dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
1 Korintus 6:19b-20
Hal ini menjadi penting untuk diingat ketika kita membahas pengampunan yang diberikan diantara manusia.
Mengampuni Orang Lain
Jika kita kembali ke perumpamaan yang disampaikan Yesus, maka kisah tentang hamba yang berhutang tersebut belum selesai. Diceritakan bahwa setelah hutangnya yang besar itu dihapuskan oleh raja, ia pulang dan dalam perjalanan bertemu dengan temannya, sesama hamba yang berhutang kepada dirinya sebesar 100 dinar (Mat 18:28).
Kita sudah mencatat bahwa 1 dinar adalah upah seseorang bekerja selama satu hari. Jadi hutang dari temannya ini sejumlah upah bekerja selama 100 hari (3 bulan lebih). Hamba ini langsung memaksa agar temannya membayar hutangnya. Temannya itu mengajukan permohonan yang sama persis seperti hamba itu kepada raja (ay 29). Tetapi hamba ini menolak dan memasukkan temannya itu ke dalam penjara (ay 30).
Mendengar hal tersebut raja sangat marah dan memanggil hamba tersebut dan berkata:
“Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” (ay 32-33)
Dan kemudian raja itu menyerahkan hamba itu ke dalam penjara (ay 34). Kemudian Yesus menutup perumpamaan tersebut dengan berkata:
“Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu”
Matius 18:35
Di sini kita melihat bagaimana Tuhan Yesus mengajarkan ada sebuah hubungan yang erat antara pengampunan yang Tuhan berikan kepada manusia dan pengampunan yang manusia berikan kepada orang lain. Sama seperti seseorang menerima pengampunan karena belas kasihan Tuhan sehingga Tuhan rela untuk menebus dosa manusia, maka kitapun harus memiliki belas kasihan dan memberikan pengampunan kepada orang lain yang memohon pengampunan kepada kita. Ketika seseorang minta maaf atas perbuatannya kepada kita, maka Alkitab mewajibkan kita untuk memberikan pengampunan.
Hutang 100 dinar bukanlah jumlah yang sedikit, namun dibandingkan dengan hutang 10.000 talenta maka 100 dinar tidak ada artinya. Seseorang dapat melakukan dosa yang sangat serius terhadap kita, bahkan bisa membuat hidup kita susah karena perbuatannya. Tetapi dibandingkan dengan dosa-dosa kita yang begitu banyak kepada Tuhan, maka sesungguhnya kesalahan orang lain kepada kita tidaklah sebanding. Itulah sebabnya Tuhan menuntut agar kita mengampuni orang lain. Hal ini bukanlah sebuah pilihan melainkan sebuah perintah.
Bagi Tuhan hal ini sangat penting karena pada dasarnya hal ini berkaitan dengan keselamatan kita. Kita bisa disebut sebagai orang yang sudah menerima keselamatan adalah karena apa yang Tuhan kerjakan dikayu salib, membayar lunas dosa-dosa kita dengan harga yang sangat mahal, yaitu darah-Nya yang tercurah.
“…tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” Ibrani 9:22
Jika kita tidak mau mengampuni, maka pada dasarnya kita membuat apa yang Yesus lakukan seolah-olah tidak ada artinya. Firman Tuhan sangat tegas, jika kita tidak mengampuni, maka Bapa di sorga tidak akan mengampuni kita (Mat 6:15). Amin. (PT)