TEOLOGIA KESELAMATAN

JAMINAN KEKAL YANG TAK BERSYARAT

Mitos atau Kebenaran?

Oleh: French L. Arrington Ph.D

Kepercayaa600px-Book_of_Genesis_Chapter_3-1_(Bible_Illustrations_by_Sweet_Media)n tentang adanya jaminan yang kekal sudah ada sejak dari Taman Eden. Allah mengatakan kepada Adam dan Hawa untuk tidak makan buah dari ‘pohon pengetahuan’ yang berada di tengah-tengah Eden. Apabila mereka memakannya, mereka akan mati. Ular sebagai agen iblis, memberi rasa aman kepada Adam dan Hawa dengan cara membalikkan firman tersebut dan mengatakan: “Sekali-kali kamu tidak akan mati.” Rasa aman yang salah itulah yang mendorong mereka berbuat dosa dengan memakan buah ‘pohon pengetahuan’ tersebut.

Apakah seorang Kristen yang telah menerima anugerah keselamatan, lalu dengan sadar dan sengaja kembali ke gaya hidup penuh dosa; bisa tetap selamat? Banyak orang Kristen mengekspresikan pemahaman mereka dengan slogan:

  • Sekali selamat, tetap selamat
  • Sekali menjadi anak, tetap menjadi anak
  • Sekali dalam kasih karunia, tetap di dalam kasih karunia

Istilah teologi yang lebih teknis tentang hal ini adalah “Preseverance of The Saints” atau “Ketekunan orang Kudus.” Sesungguhnya mana yang juga tersirat dalam istilah tersebut, menyiratkan tentang penginjilan, pemuridan, pertolongan kepada orang miskin dan lemah. Jemaat gereja mungkin bertanya-tanya tentang keselamatan dari seorang Kristen yang meninggal dalam kondisi rohani yang penuh tanda tanya. Pertanyaan tersebut juga relevan dengan segenap kehidupan kita.

KASIH KARUNIA DAN JAMINAN KESELAMATAN DALAM PERJANJIAN LAMA

Tindakan berbalik kepada kehidupan dosa dan murtad dalam Perjanjian Lama menjadi latar belakang dari pada ajaran Perjanjian Baru tentang murtad dan kembali kepada kehidupan yang bergelimangan dosa. Dipilihnya dan dievakuasinya Bangsa Israel dari Mesir tidak berarti bahwa mereka menerima jaminan keselamatan yang tidak bersyarat. Kasih karunia yang membebaskan mereka dari Mesir; membawa mereka menyeberangi Laut Teberau, sesungguhnya tidak membebaskan mereka dari mempertanggung-jawabkan kehidupan pribadi.

Dalam 1 Kor. 10:4 Paulus mengatakan bahwa orang Israel minum dari batu karang yang selalu mengikuti mereka, yaitu Kristus. Namun dalam perjalanan di padang gurun, bangsa ini melakukan hal-hal yang keji, penyembahan berhala, tindakan seksual yang tidak bermoral dan sebagainya; akhirnya Allah menghakimi mereka. Akhirnya, mereka mati dan mayat mereka tersebar di padang gurun. Kristus yang ilahi sesungguhnya menyediakan ‘air yang hidup’ bagi perjalanan Israel rohani. Tetapi Tuhan juga tidak senang atas ketidaktaatan orang percaya di Korintus. Dalam ayat ke 12 Paulus mengingatkan jemaat Korintus yang suka memuaskan diri sendiri; bahwa mereka juga bisa bernasib sama seperti generasi padang gurun.

Ayat ini juga menjadi peringatan bagi generasi-generasi mendatang yang mungkin akan melakukan praktek-praktek yang sama dengan generasi padang gurun dan generasi jemaat Korintus. Dari kisah tersebut di atas kita dapat mengenali bahwa Perjanjian Lama tidak mengenal azas: “Sekali dalam kasih karunia, selamanya tetap dalam kasih karunia.” Tidak ada jaminan keselamatan bagi orang percaya yang memilih berjalan di luar kehendak Allah. Jaminan keselematan hanya tersedia bagi orang yang berjalan di dalam kehendak Allah.

 KASIH KARUNIA DAN JAMINAN KESELAMATAN DALAM PERJANJIAN BARU

LAHIR BARU adalah awal perjalanan rohani kita di dalam Kristus. Lawan kata dari Lahir Baru bukanlah Tidak Lahir, melainkan Kematian. Dan, di sepanjang perjalanan rohani kita, bukan tidak mungkin kita mengalami kematian rohani.

  1. Ajaran Rasul Paulus

“Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.” (Roma 8:13)

“Bagi Paulus, jaminan keselamatan itu dibangun di atas fakta bahwa ia terus menerus berjuang untuk mengejar kesempurnaan.” (Fil. 3:12-16)

Para penganut paham Hyper Grace menyalah artikan kata-kata Paulus dalam Efesus 4:30, yaitu: “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”

Dalam Efesus 1:1, Paulus lebih dulu meng-clear-kan hal ini; bahwa hal itu berlaku hanya bagi orang percaya yang hidup di dalam Kristus. Ayat itu menegaskan bahwa Allah telah menyediakan warisan-Nya bagi orang-orang yang setia di dalam Kristus. Dan janji Allah itu adalah sesuatu yang pasti; sama pastinya dengan keharusan kita untuk bertekun menghidupi kekristenan kita.

  1. Janji Tuhan Yesus

“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” (Yoh. 10:27, 28)

Sekilas, ayat ini kedengarannya mengandung makna bahwa:

  • jaminan keselamatan yang kekal dan tak bersyarat, dan
  • orang percaya tidak mungkin bisa murtad.

Tetapi sebelum kita terburu-buru membuat asumsi apapun, mari kita lihat nilai asli yang dikandung dalam ayat tersebut. Beberapa kata kerja dalam ayat tersebut ditulis dalam present tense, artinya dilakukan terus-menerus. Sehingga ayat tersebut seharusnya berbunyi: “Domba-domba-Ku terus-menerus mendengarkan suara-Ku, dan Aku terus-menerus mengenal mereka dan mereka terus-menerus mengikut Aku, dan Aku terus-menerus memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.”

Tujuan kata-kata Tuhan Yesus tersebut adalah agar orang percaya tidak mengkhawatirkan pendakwa-pendakwa mereka dan bahaya maut selama mereka terus-menerus hidup di dalam Kristus. Jadi, ayat ini tidak dalam konteks memustahilkan orang percaya bisa murtad dan kehilangan karunia kehidupan kekal.

  1. Peringatan Tuhan Yesus

Sepanjang pelayanan-Nya selama 3,5 tahun, Tuhan Yesus berkali-kali memberikan peringatan tentang bahayanya bagi orang percaya yang kemudian murtad.

  • Dalam Mat. 12:21-37 dan Markus 3:23-30 Yesus memperingatkan orang Farisi tentang konsekuensi dosa menghujat Roh Kudus
  • Dalam Luk. 12:8-12 Yesus memperingatkan murid-murid-Nya akan bahayanya dosa yang sama, yaitu menghujat Roh Kudus.

Tuhan Yesus mengingatkan bahwa dosa menghujat Roh Kudus tidak akan diampuni. Para murid-murid harus berhati-hati agar tidak sampai menghujat Roh Kudus. Tujuannya bukan untuk membuat orang percaya merasa tidak aman, melainkan agar orang percaya jangan terlalu percaya diri (over confidence) secara rohani dan jadi gegabah.

     PANGGILAN TUHAN

  1. Semua Orang Dipanggil Kepada Keselamatan

Dalam area ini kita menemukan 2 (dua) istilah, yaitu: pre-destinasi dan orang-orang pilihan Tuhan. Jauh sebelum dunia ini dijadikan Allah berinisiatif untuk menyediakan keselamatan bagi semua orang. Allah memanggil kita kepada keselamatan melalui Injil, dan kita menerima kasih-karunia-Nya secara gratis melalui respon iman kita (Efesus 1:4, 2 Tim 1:9, 1 Pet. 1:20).

Kemudian kita hidup dalam pertobatan dan beriman kepada Kristus. Itulah cara kita untuk menjadi orang-orang pilihan Tuhan!

  1. Individu-individu Dipanggil Kepada Pelayanan Tertentu

Tuhan memanggil semua orang kepada keselamatan melalui Kristus, namun Dia memanggil individu-individu tertentu kepada tugas-tugas tertentu. Paulus mengatakan bahwa Allah telah memilih dia sejak dari dalam kandungan ibunya, dan memanggilnya melalui kasih karunia-Nya, kepada Injil (Gal.1:15,16). Tetapi kemudian ia juga berkata bahwa respon ketaatannya adalah hasil pilihannya sendiri (Kis. 26:19). Dia tidak menyangkali bahwa sekalipun ia telah menuntun banyak orang kepada keselamatan, dirinya sendiripun bisa menjadi murtad dan ditolak (1 Kor. 9:22-27).

  1. Panggilan Tuhan Dan Pilihan Hidup Kita

Paulus menyadari bahwa ketidak percayaan dan terus menerus hidup dalam dosa, menjadi bahaya yang sangat besar terhadap keselamatan pribadi seseorang. Kebanyakan orang Kristen percaya bahwa dosa jenis apapun akan mendukakan hati Tuhan, dan tidak bisa dianggap sebagai masalah yang kecil.

Namun ada kepercayaan yang populer terkait dengan pernyataan Paulus dalam Roma 8:35-39; bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat memisahkan kita dari Kasih Allah yang menyelamatkan kita. Namun daftar panjang dalam pernyataan tersebut sesungguhnya tidak meliputi ketidak percayaan kita dan kedegilan kita untuk terus hidup dalam dosa.

Bahkan dalam ayat 13 pasal tersebut Paulus dengan gamblang menyatakan bahwa orang Kristen yang terus hidup “menuruti keinginan daging”; akan “mati.” Semua orang yang mendengar Injil memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan untuk menerima Kristus, tetapi ini hanya sebuah awal; yang perlu diikuti dengan ketekunan untuk hidup kudus.

JAMINAN KESELAMATAN YANG SEJATI

  1. Kebangkitan Yesus Kristus adalah Fondasi Keselamatan Yang Kokoh

“Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu — kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.” (1 Kor. 15:1,2). Keselamatan yang benar dan sejati adalah ketika kita pertama kali menerima Injil. Paulus tahu bahwa sekalipun jemaat Korintus telah sungguh-sungguh diselamatkan, tetap ada kemungkinan mereka berbalik dan menjadi murtad, sehingga kepercayaan mereka akhirnya menjadi sia-sia.

  1. Kuasa Tuhan Dapat Mengatasi Cobaan dan Dosa

Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan adalah sebuah proses konversi, yaitu perubahan yang terus-menerus sampai kepada pemuliaan (glorification). Tetapi penganut paham jaminan keselamatan kekal yang tak bersyarat percaya bahwa proses pemuliaan pasti terjadi; tidak perduli seperti apa kualitas karakter orang percaya tersebut. Dosa bukan masalah yang serius. Tetapi sebenarnya dosa adalah masalah yang serius, sebab itu adalah perbuatan melawan Tuhan, dan melawan kasih-Nya terhadap kita. Paulus bersikeras mengatakan bahwa hidup terus-menerus dalam dosa membuat keselamatan final menjadi tidak mungkin.

Dia menyodorkan pernyataan retorik:

  • “Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?”
  • “Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup

       di dalamnya?” (Roma 6:1,2)

Jika kita masih terus hidup dalam dosa, hentikan itu dengan mencari bantuan Tuhan, dan membentengi diri kita dengan Firman Tuhan, doa, dan dukungan seorang yang dewasa rohani.

Melakukan dosa terus-menerus akan menghancurkan hubungan kita dengan Kristus! Apakah itu berarti bahwa orang Kristen tidak dapat berdosa lagi? Tidak! Namun, jika kita terus-menerus gagal melakukan perintah Tuhan, kita akan kehilangan keselamatan itu.

  1. Setia Hidup Kudus dan Bertekun

Paham Once Save Always Save (OSAS) memiliki daya tarik yang kuat bagi generasi post modern, karena doktrin itu memberi kenyamanan; sampai memberi kepastian bahwa bahkan dosa pun tidak akan memisahkan manusia dari Allah. Ada penekanan yang ‘berat sebelah’ terhadap keseimbangan di antara kasih karunia dan panggilan untuk hidup kudus.

  • Ibrani 12:14 menegaskan betapa pentingnya ‘hidup menurut kehendak Tuhan’ bagi terealisasinya kehidupan kekal.
  • 1 Pet.1:15 menegaskan bahwa sama seperti Kristus rela meninggalkan kenyamanan surgawinya untuk turun ke dunia untuk menebus kita, demikian pula kita juga harus rela meninggalkan kesenangan dan kenyamanan duniawi untuk meraih kekudusan hidup kita.
  • Gal. 5:4 menegaskan bahwa jemaat Galatia yang murtad dan mengikuti ‘injil lain’ yang sebenarnya bukan injil; sebagai orang yang “hidup di luar kasih karunia”, yang secara harafiah berarti “jatuh keluar dari kasih karunia.”

Setiap tulisan dalam Perjanjian Baru (kecuali Filemon) mengandung pesan dan peringatan tentang bahayanya hidup keluar dari wilayah kasih karunia. Hal itu mengindikasikan 2 (dua) realita kekristenan, yaitu:

  1. Sebagian orang percaya masih suka berbuat dosa dan paham OSAS memberi rasa nyaman dan aman kepada mereka.
  2. Adanya tradisi gereja yang mengambil alih ajaran Alkitab

PERANAN GEREJA – MENEGAKKAN STANDAR KEKRISTENAN

Banyak jemaat gereja yang hidup dalam dosa dari Senen sampai dengan Sabtu, lalu ke gereja pada hari Minggu untuk minta pengampunan, dan hari Senen berikutnya mengulangi lagi siklus yang sama. Orang-orang yang terus-menerus “keluar masuk dari keselamatan” memerlukan bimbingan pastoral dan pemuridan. Orang percaya yang ada di area itu, tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang betapa banyaknya dan mulianya jaminan bagi mereka yang ada di dalam Kristus. Adalah tugas dan peranan mimbar ibadah raya untuk menginformasikan hal itu dan meng-encourage jemaat ke arah panggilan yang mulia tersebut.

PERANAN ROH KUDUS – MEMBERDAYAKAN KEKRISTENAN KITA

Firman Tuhan menjamin adanya kasih karunia yang tetap adanya, kepada orang percaya yang setia (Yudas 24,25). Ketika Kristus kembali untuk menjemput umat-Nya, Allah akan menampilkan kita: “kudus, tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya” ; oleh sebab itu kita harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak goyah, dan tidak pernah beranjak dari pengharapan Injil (Kol. 1:22,23)

Puncak keselamatan kita berada lebih dekat dari pada sewaktu kita pertama kali menjadi orang percaya. Jadi tetaplah berpegang kepada tangan Sang Juruselamat dengan:

  • mengandalkan pengampunan dan kasih karunia-Nya yang menyelamatkan;
  • dan dengan hidup berkenan kepada-Nya

Paulus merangkum bahwa kehidupan yang setia itu adalah kehidupan yang menghasilkan buah Roh, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal. 5:22,23).

Yesus Kristus melalui Roh Kudus akan memberikan kepada setiap kita rahmat yang memberdayakan kita agar tetap setia di sepanjang perjalanan hidup kita. Yang perlu kita lakukan hanyalah meminta dan menerima karya-Nya dalam hidup kita dari waktu ke waktu sambil kita menjalani hidup ini, berjalan bersama Yesus Kristus yang merupakan sumber sejati jaminan keselamatan kita. Amin.

Sumber : Warta Pusat HMMinistry
Silakan share :