RENUNGAN KHUSUS
ROH KUDUS METERAI PERJANJIAN YANG BARU
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” (Yohanes 14:16-18)
Kevin J. Conner mengemukakan dalam bukunya “Perjanjian Darah” bahwa dalam Perjanjian Lama setiap perjanjian diikat atau disahkan dengan darah dan dimeteraikan dengan sebuah tanda. Perjanjian Musa yang berlaku bagi orang Israel dimeteraikan oleh darah korban anak domba dan menyandang meterai sunat di dalam tubuh setiap laki-laki Israel. Perjanjian Baru diikat oleh darah Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah dan dimeteraikan oleh Roh Kudus di atas kehidupan orang percaya.
Pengajaran Tuhan Yesus pada malam terakhir sebelum disalibkan adalah mengenai pribadi dan peran Roh Kudus. Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus melarang murid-murid-Nya meninggalkan Yerusalem sampai mereka dipenuhi “Janji Bapa” yaitu Roh Kudus yang memberi kuasa dari tempat yang Maha Tinggi. Selain kuasa, mereka yang menerima Roh Kudus artinya memiliki meterai keselamatan. “Di dalam Dia kamu juga karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.” (Efesus 1:13).
Yesus berkata di dalam Yohanes 14:6, “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Dari ayat ini kita melihat bahwa sebenarnya “Bapa” lah yang menjadi tujuan keselamatan; Yesus Kristus adalah jalan. Paulus juga meneguhkan doktrin ini di dalam Roma 8:15-16, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”
Zaman Gereja disebut juga sebagai zaman Roh Kudus, di mana segala sesuatu bersumber dari Bapa, dilakukan di dalam nama Yesus, dan dilaksanakan oleh Gereja di dalam pengurapan dan kuat kuasa Roh Kudus. Segala pengalaman rohani yang tidak sesuai dengan firman yang disampaikan oleh Yesus Kristus dan bukan merupakan salah satu manifestasi dari karunia Roh Kudus menjadi sangat diragukan keabsahannya dalam kehidupan orang percaya.
Yesus Kristus sebagai pribadi kedua di dalam Tritunggal sudah nyata pribadi dan karya-Nya sebelum inkarnasi-Nya ke dalam dunia ini. Demikian pula Roh Kudus terlihat jelas karya-Nya di mulai sejak Perjanjian Lama.
1. Roh Kudus “Hinggap Di Atas” Diri Seseorang
Pertama kita melihat frase Roh Allah di dalam penciptaan. Ia melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1:2). Di dalam Keluaran 31:3; 35:31 kita melihat bahwa Bezaleel dipenuhi dengan Roh Allah sehingga ia mampu mengerjakan teknik ukiran yang sulit dan mengerjakannya dengan sempurna untuk keperluan perkakas kemah Musa. Bahkan Bileam sekalipun (Bilangan 24:2) “dihinggapi” oleh Roh Allah sehingga ia mampu bernubuat untuk memberkati Israel.
Mungkin di dalam Perjanjian Lama ayat yang paling menyimpulkan konsep ini adalah Yesaya 61:1, “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara.” Bahasa Indonesia kurang menangkap reposisi yang ada di dalam bahasa asli (Bhs Ibrani: Ruach Adonai Alai / The spirit of the LORD is upon me). Pada dasarnya Roh Kudus “hinggap di atas” diri seseorang menandakan pengurapan yang menghasilkan kekuatan dan pemberdayaan atas orang tersebut.
Perjanjian Baru Tuhan Yesus mengulangi narasi ini dengan menggunakan istilah “menantikan janji Bapa, kuasa dari tempat yang maha tinggi, Roh Kudus turun atasmu” dan sebagainya. Ini menunjukkan sesuatu yang turun dari atas hinggap atas diri seseorang. Pada hari Pentakosta hal ini digenapi dengan tanda lidah-lidah api yang secara fisik turun ke atas 120 orang murid dan memenuhi mereka dengan kehadiran dan kuasa Roh Kudus.
2. Roh Kudus Menyertai Orang Percaya
Penyertaan Roh Allah juga terlihat di dalam Perjanjian Lama. Contohnya kepada Gideon yang pada waktu itu sedang ketakutan dan bersembunyi terhadap orang Midian. Tuhan mengutus Gideon untuk mengalahkan musuh, “Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: “TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” (Hakim 6:12). Tuhan tidak hanya mengutus, namun juga menyertai Gideon.
Tuhan juga menyertai Daud dalam kehidupannya; terlihat dari responnya menghadapi Goliat: “Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: “Pergilah! TUHAN menyertai engkau.” (1 Samuel 17:37). Daud sangat menyadari penyertaan Roh Tuhan dalam hidupnya. Di kemudian hari ia menulis:“Kemana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” (Mazmur 139:7). Raja Daud tahu bahwa kehadiran Roh Allah menyertai dia bahkan saat ia sedang menjauh sekalipun.
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus memantapkan pengertian ini ketika Ia menjanjikan Roh Kudus yang akan datang dengan nama Penghibur yang lain (Allos Parakletos/Pendamping yang sejenis dengan Tuhan Yesus) yang akan menyertai orang percaya sampai pada kesudahan zaman. Di sini kita melihat peranan Roh Kudus di dalam menghibur, mendampingi kita, menghadapi segala macam tantangan dan menggantikan kehadiran Yesus di dalam dunia ini bagi kita.
Orang percaya diajarkan oleh Tuhan Yesus dan oleh Rasul Paulus untuk selalu menjaga hati untuk tetap lembut, peka dan taat terhadap tuntunan Roh Kudus. Jangan sampai memadamkan, mendukakan, apalagi menghujat Roh Kudus karena dosa terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni (Matius 12:31) di sini kita melihat kesinambungan motif dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru.
3. Roh Kudus Di Dalam Diri Orang Percaya
Di dalam bagian yang ketiga inilah yang menjadi keunikan zaman Perjanjian Baru yang tidak terdapat dalam Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama, Roh Allah tidak pernah menghuni tubuh manusia secara permanen sehingga masih dibutuhkan sebuah tempat secara fisik untuk menampung kehadiran Roh Allah.
Yesus pernah menantang orang Farisi untuk meruntuhkan Bait Allah dan Ia akan membangunnya kembali dalam 3 hari. Mereka tidak mengetahui bahwa yang dimaksudkan bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri. Dengan pengertian yang sama setelah kebangkitan Tuhan Yesus, Roh Allah menghuni tubuh setiap orang percaya dan menjadikannya Bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16 & 6:19). Di dalam hal ini kata “di dalam” menunjuk kepada peran Roh Kudus dalam pengudusan dan eskatologi, dimana Roh Kudus menjadi meterai dan jaminan saat Tuhan Yesus datang kembali menjemput mempelainya di muka bumi ini (Efesus 1:13-14). Oleh sebab itulah kita dapat mengerti bahwa Tuhan Yesus sangat menekankan peranan Roh Kudus di dalam pengajaran-Nya mengenai akhir zaman (Matius 24 & 25).
Dengan melihat betapa indahnya Alkitab menggambarkan pelayanan Roh Kudus bagi orang percaya sudah sepatutnya kita setiap hari menjaga kerinduan untuk selalu dipenuhkan oleh Roh Kudus dan kita harus menjaga kepenuhan Roh Kudus di dalam kehidupan supaya kita tidak mengalami kebocoran-kebocoran rohani yang disebabkan oleh dosa, ketidaktaatan dan keduniawian. (AL)
Sumber : Warta Pusat HMMInistry