Hati Bapa
Di sebuah desa tinggallah satu keluarga yang mempunyai 3 orang anak. Anak pertama laki-laki, yang kedua laki-laki dan yang ketiga juga laki-laki. Tetapi Ayah mereka sangat pemarah (bukan peramah). Setiap hari Ayahnya marah, sangat temperamental, berdarah tinggi. Setiap hari marah dan pelampiasannya kepada anak yg pertama.
Anak pertamanya sering dipukul, dihajar, ditegur dengan keras dan ditendang seperti bola. Setiap hari walaupun masih pagi sebelum Ayahnya pergi ke ladang, sering kali anaknya menangis, ingin mati saja tersiksa karena ulah Ayahnya.
Tetapi setiap kali Ayahnya marah dan memukulinya, dia menangis dan mengambil paku dan martil. Dipakukannya paku itu di pagar di sekitar rumahnya. Setiap Ayahnya marah dan memukulnya, diambilnya paku dan dipakukannya di pagar. Sampai berbulan-bulan, suatu ketika Ayahnya melihat banyak sekali paku di pagar. Ayahnya heran siapa yang memakukannya di pagar.
Di suatu pagi Ayahnya marah sekali dan memukuli anaknya. Dan Ayahnya pergi ke kamar. Sang anak kemudian mengambil paku dan memakukan di pagar. Sang anak berpikir jika Ayahnya sudah pergi ke ladang. Padahal Ayahnya ada di kamar dan mendengar bunyi palu itu.
Ayahnya melihat dari celah gorden. Ayahnya melihat ternyata anaknya yang memakukan di pagar. Sang anak pergi ke tempat lain, sementara Ayahnya mulai mencabuti paku yang ada di pagar tsb. Dia mencabuti satu persatu paku itu dan matanya melihat bahwa setiap dia cabut paku itu ada lubang di pagar, ada luka di pagar itu, pagarrrr itu terluka !!!
Ada lubang di pagar setiap mencabuti paku itu. Sang Ayah lama kelamaan sadar. Ternyata setiap dia marah dan memukul anaknya, ada luka hati, ada lubang, ada sakit hati anaknya, ada luka yang mendalam dan ada kepahitan.
Ketika sang Ayah memarahi anaknya, apalagi memukulnya, menamparnya, membanding-bandingkan dengan anak lain, di hati anak itu tertancap luka hati. Yang walaupun sang Ayah sudah meminta maaf.
Sang Ayah tersadar dan menangis sejadi-jadinya. Dia menantikan sang anak pulang sampai sore. Akhirnya sang anak pulang sambil ketakutan. Tetapi sang Ayah memeluknya meminta ampun dan meminta maaf. Terjadi rekonsiliasi dan sang anak memaafkan, namun tetap ada bekas paku di hati sang anak.
Para pembaca budmian, mungkin ada yang mengalami seperti cerita tadi. Sering memarahi anak, memukul anaknya. Sudah berapa paku di pagar itu. Selama ini puluhan tahun anaknya diomelin. Dan hari ini cabutlah paku itu dan lihatlah luka di pagar, di hati yang terluka. Sang anak mungkin menjadi minder, pemalu, laki-laki menjadi feminim, lebay.
Ini adalah kesaksian kisah nyata, ketika saya dalam pelayanan pelepasan, banyak anak yang terluka yang perlu dipulihkan. Biarlah hati bapa-bapa berbalik kepada anaknya. Dan sebaliknya.??????..???
Share dari Whatsapp Group GBI Bumi Anggrek by Pdt. Leo Sitinjak
gambar diambil dari gbisalemba.blogspot.co.id